💐🌹 𝐒𝙪𝙡𝙩𝙖𝙣 𝗔𝙜𝙪𝙣𝙜 ➐➑ 🌹💐
ﷻبسم الله الرحمن الرحيمﷻ
Bagi para Santri yang masih Tholibul
al-ilmi ( para pencari ilmu) karya-karya Beliau imam al Ghazali memang tidak pantas dilewatkan, Selain lhya, di antara karya beliau yang layak dibaca adalah kitab: "al Arbain fi Ushuluddin".
Saya tersenyum ketika membaca pembahasan mereka tentang kelompok orang-orang yang melakukan riya (pamer) dalam kitab itu, Dan saya tidak tahu apakah "anda" akan tersenyum juga ketika membacanya..??
Kali ini kita simak tulisan Beliau sang Hujjatul Islam yg ada dalam kitab itu,
Insya Allah terjemahan saya tidak begitu meleset dari bahasa aslinya,, Saya berharap Anda "tidak tersenyum ketika membacanya, apalagi merasa kena Smash" ( sindiran) dari al Ghazali.
Menurut imam Ghazali, hakikat riya'/
pamer adalah : "thalab al-manzilah fi
qulub al nas bil ibadat wa a‘mal al-khayr" yaitu 👉 "mencari posisi dalam hati manusia melalui amalan ibadah dan amalan kebajikan".
Imam Al Ghazali membagi pelaku sifat
riya menjadi 6 kelompok, dilihat dari beberapa segi pandangan :
👉 Pertama, ar riya’ min jihat al-badan (riya dari segi fisik), tandanya yaitu :
"menampakkan wajah pucat agar disangka sedang berpuasa, atau menunjukkan kesedihan agar disangka peduli dengan urusan agama, atau menampakkan rambut yang kusut agar disangka tenggelam dengan urusan agama dan tidak memikirkan dirinya sendiri, atau menampakkan mulut yang bau agar disangka sedang berpuasa, atau merendahkan suara agar disangka sedang serius ber-mujahadah.
👉 Kedua, ar riya’ bil hay’ah,(riya dari segi gaya), tandanya yaitu seperti memendekkan kumis, menundukkan kepala ketika berjalan, menampakkan ketenangan ketika berjalan, meninggalkan bekas sujud di wajah (maksudnya tanda hitam di jidat), memejamkan mata agar disangka sedang terkena tarikan ruhani (al-wajd) dan penampakan ruhani (mukasyafah) atau gha'ishfil fikr (sedang tenggelam memikirkan sesuatu persoalan).
👉 Ketiga, ar-riya’ fi al-tsiyab (riya dari segi pakaian), tandanya yaitu seperti memakai pakaian ala sufi, pakaian kasar, memendekkan pakaian sampai setengah betis, membiarkan pakaian terlihat compang-camping dan kumal, semuanya itu agar disangka ia tidak punya waktu untuk mengurusi yang demikian, tanda lainnya adalah memakai jubah, seledang, dan melebarkan lengan baju, agar disangka ia orang alim, Tanda lainnya adalah memakai kaos tangan/kaki agar disangka ia orang yang hidup sederhana karena begitu hati-hatinya dengan debu jalanan.
👉 Keempat, riya dari segi perkataan
(ar-riya’ bil qawl), tandanya yaitu seperti seorang pemberi nasihat dan peringatan yang membagus-baguskan perkataan nya dan mengungkapkannya dengan kalimat puitis, atau berbicara dengan ungkapan-ungkapan hikmah dan ucapan para salaf sambil melembutkan suara dan menampakkan kepiluan, padahal batinnya kosong dari ketulusan dan keikhlasan, namun ia melakukan semua itu agar disangka begitu, dan Orang yang seperti ini jga menampakkankesedihan di tengah orang banyak, namun ketika sendiri ia bermaksiat kepada Allah.
Tanda lainnya seperti orang yang dirinya mengklaim hapal hadits dan bertemu dengan banyak guru, dan ia dengan mudah mengatakan bahwa hadits ini shohih, hadits itu cacat, agar ia disangka pakar dalam soal ilmu hadits.
Tanda lainnya adalah seperti orang
yang menggerak-gerakan bibir dengan zikir dan melakukan amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat, padahal hatinya tidak merasa sakit ketika dia sedang melakukan maksiat.
Tanda lainnya adalah seperti orang
yang menampakkan rasa marah dengan kemaksiatan yang terjadi, namun ketika
ia melakukan maksiat, hatinya tidak bisa merasakan pedih.
👉 Kelima "ar riya’ bil amal" yaitu :
"riya dari segi perbuatan", tandanya yaitu : 'seperti melamakan berdiri ketika shalat, membagus-baguskan ruku‘ dan sujud, menundukkan kepala, tidak banyak bergerak, gemar bersedekah, berpuasa, berhaji, pelan dalam berjalan, mengendurkan kelopak mata, padahal Allah swt tahu seandainya ia dalam kesendirian, ia tidak akan melakukan semua itu.bahkan, ia akan cenderung malas-malasan ketika mau shalat,
cepat-cepat ketika berjalan, namun ketika muncul orang lain, ia kembali bersikap tenang, agar disangka khusyu‘.
👉 Keenam "ar-riya’ bi katsrat al-talamidzat wal ashhab wa katsrat dzikr
al-syuyukh" yaitu : riya dari segi memperbanyak murid dan sahabat dan memperbanyak menyebut nama para guru", agar disangka ia banyak bertemu dengan para guru, atau seperti orang yang senang didatangi para ulama dan penguasa, agar disangka sebagai orang yang diminta keberkahannya.
Semua tanda yg disebutkan di atas
adalah yang menyangkut "urusan agama". Hukum semuanya adalah haram, bahkan termasuk dosa besar.
Namun, jika mencari ‘posisi’ di hati orang lain dengan perbuatan-perbuatan yang tidak termasuk dalam ibadat dan amalan-amalan agama, maka hal itu tidaklah haram, sepanjang di dalamnya tidak ada talbis (campur aduk), yang sebagaimana telah aku nyatakan dalam pembahasan tentang perihal ‘Mencari kedudukan’ (thalab al-jah).
Para ahli dunia mencari kedudukan dengan memperbanyak harta dan anak, membaguskan pakaian kebanggaan, menghapal syair, ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu nahwu dan bahasa, dan lain sebagainya. Yang demikian itu tidaklah haram sepanjang tidak berhenti (dimaksudkan) untuk menyakiti orang
lain, menunjukkan kesombongan, dan menunjukkan akhlak tercela lainnya.
Itulah kata al Ghazali, saya tidak tahu apakah Anda ikut tersenyum atau malah tersindir ketika membacanya. Namun, "dont look back in anger" ( janganlah
kesal ) dengan apa yg dikatakan imam
al-Ghazali. Menolak nasihat yang baik adalah tanda hati yang kusam.
"Lebih baik tersenyumlah, karena apa
yang dikatakan imam al Ghazali adalah obat bagi sakitnya hati kita dan laksana embun bagi gersangnya kalbu kita".
Selain tersenyum, kita patut dan wajib berterimakasih dengan beliau imam al-Ghazali, karena kita beruntung masih diingatkan atas kekurangan diri kita.
Wallohu aklamu bimurodih.....
Setajam2nya pisau lebih tajam perkataan
dan umpatan yang sangat menyayat hati *اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد* ━━❖✨www.qsantri.com✨❖━━
*┏━━❖•ஜ°🕌﷽🕌°ஜ•❖━━┓*
*💚NAHDLATUL 'ULAMA💚*
*┗━━❖•ஜ°🇮🇩NU🇮🇩°ஜ•❖━━┛*