Sidebar ADS

SIAPAKAH ABDULLOH BIN UMMI MAKTUM ITU


💐🌹 𝐊𝙧𝙖𝙢𝙖𝙩 𝐆𝙖𝙣𝙙𝙪𝙡 🌹💐
     ﷻبسم الله الرحمن الرحيمﷻ

Abdullah bin Ummi Maktum ra.adalah merupakan muazin pada masa Nabi Muhammad. Sahabat Nabi ini termasuk Assabiqun Al-Awwalun (orang-orang pertama yg masuk Islam). 

Jika dibandingkan beberapa sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali bin Abu Thalib, Abdurahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqass, Zubbair, sahabat Nabi satu ini tidaklah begitu dikenal, Jangankan az Zubbair, bahkan dibandingkan Abu Darda sekali pun, nama Abdullah jarang sekali ditulis dalam tradisi khazanah Islam, meski ia salah satu generasi as-sabiquna al-awwalun.

 Beliau digambarkan memiliki fisik tak sempurna, sebab matanya tak dapat melihat (buta). Meski begitu, Abdullah dikenal berilmu serta ber-adab, sehingga bisa melihat dengan "mata hati".
Tak heran bila dirinya memiliki kepekaan tinggi untuk mengetahui waktu.

Jika Bilal mengumandangkan azan pada malam hari, maka setiap fajar Abdullah keluar dari rumahnya untuk menyerukan azan Subuh di Masjid. Pada bulan ramadhan, Rasulullah pun bersabda :
"Makan dan minumlah kalian hingga Abdullah bin Ummi Maktum mengumandangkan azan".

Orang² Madinah memanggilnya dengan sebutan “Abdullah". Ia adalah sepupu Siti Khadijah. Ibu-nya punya laqob (panggilan) “Ummi Maktum" karena melahirkan anak yg buta total. Anak yg kemudian memiliki nama Abdullah bin Ummi Maktum. Itulah yg membuat orang Mekkah lebih sering memanggilnya dengan “Ibnu Ummi Maktum".

Suara Abdullah sangat bagus, bahkan tak kalah bagus dibanding Bilal bin Rabah. Hal inilah yg membuat Abdullah punya tugas bergantian dengan Bilal dalam mengumandangkan azan semasa di Madinah. 

Di-kisahkan bahwa Abdullah adalah
salah satu sahabat yg paling semangat mengikuti segala macam majelis yg diadakan Nabi. Saking antusiasnya, Abdullah sering terdengar "rewel" (dalam makna rewel positif) jika sedang bersama Nabi. Karena kerewelan ini, Nabi sempat berpaling dari Abdullah, bahkan dengan wajah masam. Itu terjadi "saat sebelum peristiwa hijrah" (Nabi masih menyebarkan Islam di Mekkah).

Ketika Nabi sedang berdialog dengan pembesar² suku Quraisy. Dalam riwayat Anas bin Malik disebutkan bahwa di antara pembesar itu ada Utbah bin Rabi’ah, Abbas bin Abdul Mutahlib, dan Abu Jahal bin Hisyam. Mereka adalah orang yg punya kedudukan penting di Kota Mekkah.

Ini adalah pertemuan yg sebenarnya sudah dinanti Nabi. Selain Nabi bisa berdiskusi mengenai Islam dan mencoba menerangkan nilai² ajaran agama baru tersebut di lingkungan Mekkah, ia juga bisa bertemu dengan Walid bin Mughfirah, ayah panglima tempur ulung Khalid bin Walid, seorang pembesar dari suku Quraisy juga. Dialog dengan banyak orang penting dalam satu tempat semacam ini jelas menjadi kesempatan yg tidak akan dilewatkan oleh Nabi.

Rasulullah berpandangan, "keislaman
para pembesar Quraisy" sangat besar pngaruhnya untuk kepentingan islam. Beliau sedang berusaha meyakinkan mereka, meskipun mereka tetap saja berpaling darinya. Karena itu beliau tidak merespon panggilan Abdullah.

Karena merasa seruannya diabaikan, Abdullah ibn Maktum memegang erat tongkatnya lalu pergi meninggalkan Rasulullah. Dia sangat berduka mengingat kehadirannya tidak digubris, padahal ia telah menempuh perjalanan cukup jauh dalam keadaan buta.

Sepeninggal para pembesar Quraisy, Rasulullah merenung dan saat itu teringatlah pada suara yg menyeru ketika dia sedang bicara panjang lebar dengan para pemuka Quraisy. Beliau menyadari kesalahannya & merasa yakin bahwa Abdullah ibn Ummi Maktum tentu tersinggung dengan diabaikan seruannya. Beliau langsung pergi mencari Abdullah ibn Ummi Maktum.

 Disaat beliau berjalan mencari-cari Abdullah, Allah menurunkan ayat-ayat Al Qur’an :
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yg merasa dirinya serba cukup (pembesar Mekkah), maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yg datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sesungguhnya ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)...! Sesungguhnya ajaran² Tuhan itu adalah suatu peringatan”...
(Qs ‘Abasa 1-11).

Rasulullah yakin bahwa ayat itu merupakan suatu teguran dari Allah karena mengabaikan Abdullah ibn Ummi Maktum. Ayat ini mengingatkan bahwa kekurangan fisik seseorang yg didalamnya ada keinginan untuk beriman, jauh lebih mulia daripada seseorang yg kuat, terhormat tapi tidak ada keinginan untuk beriman. Dimata Allah hanya orang² yg berimanlah yg paling utama.

Menyadari kekeliruannya Rasulullah mengutus seseorang untuk mencari Abdullah dan memintanya agar menemui beliau. Ketika Abdullah datang, Rasulullah menyambutnya dengan suka cita dan bersabda : 
“Selamat datang wahai orang yg karenanya aku ditegur Allah....”, kemudian Rasulullah membentangkan selendangnya sambil mempersilahkan Abdullah duduk diatasnya. Abdullah merasa senang bahwa dia begitu diperhatikan Rasulullah, bahkan kedatangan yg tidak digubris tadi membuat Rasulullah mendapat teguran Allah.

“Berpalingnya Rasulullah dari Abdullah bin Umi Maktum membuat beliau ditegur oleh Allah Swt. dengan cara yg halus yaitu dengan dhamir ghaib : “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling”, bukan dengan dhamir mukhathab : “Kamu (Muhammad) bermuka masam dan berpaling”, (Qs ‘Abasa).

Hal ini adalah bentuk pendidikan sekaligus perintah Allah kepada Rasulullah untuk menyampaikan dakwah, terlepas dari diterima atau tidaknya dakwah Rasulullah, sebagai kewajiban beliau selaku utusan Allah sekaligus menekankan bahwa hak Allah Swt. adalah memberikan hidayah pada siapa saja yg Dia ke Dia kehendaki."

Dalam kesempatan lain, Rosululloh SAW menyampaikan akan kewajiban setiap Muslim yg mendengar azan untuk segera menunaikan shalat. Karena kondisi fisiknya, yakni matanya yg buta, ia memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, apakah saya juga diwajibkan kendati saya tidak bisa melihat?".
Rasul menjawab, "Apakah kamu mendengar seruan azan?" Ibnu Ummi Maktum menjawab, "Ya, saya mendengarnya."
Rasul pun memerintahkannya agar ia
tetap pergi ke masjid meskipun sambil merangkak.

Maka, dengan penuh keimanan, setiap adzan berkumandang dan waktu shalat tiba, ia pun segera pergi ke masjid dan berjamaah dengan Rasulullah. 

"Suatu ketika di waktu Subuh, Ibnu Ummi Maktum pun bergegas ke masjid. Di tengah jalan, kakinya tersandung batu hingga akhirnya mengeluarkan darah. Namun, tekadnya sudah bulat untuk tetap berjamaah ke masjid".
Waktu Subuh berikutnya, ia bertemu dengan seorang pemuda, Pemuda tersebut bermaksud menolongnya dan menuntunnya ke masjid. Selama berhari-hari, sang pemuda ini selalu mengantarnya ke masjid. Ibnu Ummi Maktum pun kemudian ingin membalas kebaikannya.

 "Wahai saudaraku, siapakah gerangan namamu. Izinkan aku mengetahuimu agar aku bisa mendoakanmu kepada Allah," ujarnya.
"Apa untungnya bagi mu mengetahui namaku dan aku tak mau engkau doakan," jawab sang pemuda.
"Jika demikian, cukuplah sampai di sini saja engkau membantuku. Aku tak mau engkau menolongku lagi sebab engkau tak mau didoakan," tutur Ibnu Ummi Maktum kepada pemuda itu.
Maka, sang pemuda ini pun akhirnya mengenalkan diri. "Wahai Ibnu Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis,". 

"Lalu mengapa engkau menolongku & selalu mengantarkanku ke masjid. Bukankah engkau semestinya mencegahku untuk ke masjid?" tanya Ibnu Ummi Maktum.
Sang pemuda yg bernama iblis itu kemudian membuka rahasia atas pertolongannya selama ini. "Wahai Ibnu Ummi Maktum, masih ingatkah engkau beberapa hari yg lalu tatkala engkau hendak ke masjid dan engkau terjatuh? Aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Sebab, karena engkau terjatuh, Allah telah mengampuni dosamu yg separuh. Aku takut kalau engkau jatuh lagi Allah akan menghapuskan dosamu yg separuhnya lagi sehingga terhapuslah dosamu seluruhnya. Maka, sia-sialah kami menggodamu selama ini," jawab iblis tersebut.

Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abdullah ibn Ummi Maktum sudah lebih dahulu hijrah bersama Mush’ah ibn Umair untuk mengajarkan Al Qur’an kepada penduduk Madinah. Karena keterbatasan penglihatan, Rasulullah melarang Abdullah untuk ikut berjihad dengan pasukan Muslim lainnya. Akhirnya, Ia dapat mengikuti pertempuran dalam pertempuran Qadisiyyah di bawah komando Sa`ad bin Abi Waqqas. Karena kuatnya keinginan Abdullah untuk berperang, maka Rasulullah mengijinkan dia ikut berperang melawan pasukan Persia. 

Abdullah diberi tugas memegang panji muslim serta dengan suaranya yg nyaring dia bertugas membakar semangat juang kaum Muslimin. Namun kemenangan tersebut juga harus dibayar dengan gugurnya para syuhada, para pahlawan Islam, di antara mereka adalah sahabat dan muadzin Rasulullah Abdullah bin Ummi Maktum ra. Jasadnya ditemukan "terkapar" di medan perang sambil memeluk bendera yg diamanatkan kepadanya" (syahid 636 H). 

“Demi menghormati Abdullah bin Umi Maktum, Rasulullah selalu berdiri tiap kali ada orang buta yg lewat di hadapan beliau.”

( Tafsir Ibnu Katsir)

Wallohu aklamu bimurodih.....

Setajam2nya pisau lebih tajam perkataan
dan umpatan yang sangat menyayat hati      *اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد*             ━━❖✨www.qsantri.com✨❖━━
*┏━━❖•ஜ°🕌﷽🕌°ஜ•❖━━┓*
    *💚NAHDLATUL 'ULAMA💚*   
 *┗━━❖•ஜ°🇮🇩NU🇮🇩°ஜ•❖━━┛*

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS