Awas Ekspor Ideologi Revolusi Iran
Iran memiliki tujuan geopolitik dalam rangka ekspansi ideologi dan berencana memperluas penguasaan territorial
( lebensraum). Penguasaan lebensraum sangat berharga bagi Iran, untuk dapat mengupayakan hegemoni di Timur Tengah dan pada akhirnya di seluruh penjuru dunia.
Ketika Khomeini berhasil menjatuhkan dinasti Shah Pahlevi melalui revolusinya tahun 1979, segera setelah itu ia lalu mengatakan: “…Aku mau ekspor revolusi keluar !!”. Berdirinya revolusi itu telah memunculkan kebangkitan Syi’ah, yang dahulunya lebih menekankan pada aspek quetisme (kecenderungan untuk bersikap pasif secara politik dan lebih mengedepankan pola hidup keberagamaan yang ascetic), kini hadir dalam bentuk yang progresif dalam bentuk ideologi yang revolusioner.
Khomeini telah berhasil menjadikan ajaran Syi’ah yang demikian itu telah terlembagakan sebagai sebuah institusi (institutional shi’ism) dengan seperangkat pemikiran teologis dan politisnya (theological and political framework).
Revolusi Iran memiliki daya sentrifugal yang menjangkau seluruh dunia muslim, hingga saatini. Iran sangat massif dan ofensif dalam ekspansi ideologi imamah yang berseberangan dengan umat Islam.
Melalui kelembagaan velayat el-faqih (wilayat al-faqih), Iran mengklaim bahwa kepemimpinan Islam secara universal adalah berdasarkan mandate Ilahi, dan sekarang berada pada Imam Mahdi (Imam Kedua belas) yang sedang dalam masa “ghaib kubro”. Selama masa ghaib kubro, maka menurut ketentuan Pasal 5 Konstitusi Republik Iran, kekuasaan dijabat oleh waly al faqih, yang tiada lain untuk masa sekarang adalah Ali Khamenei sebagai pengganti Khomeini.
Dapat dikatakan bahwa ekspansi ideologi itu sebagai konsekuensi dari doktrin imamah yang mengalami elaborasi transformative oleh ulama ushuli yang oleh Khomeini berhasil dimasukkan kedalam konstitusi Negara Iran.
Ideologi imamah adalah termasuk ideologi transnasional yang masuk melalui penetrasi atau infiltrasi budaya dan agama (transcendental) dan berwatak fundamentalis.
Keberadaannya pada suatu Negara sebagai ancaman nir-militer, yang menghendaki terjadinya perubahan revolusioner dalam rangka pencapaian tujuan cita-cita mendirikan suatu Negara berdasarkan paham keagamaan yang berlaku di Iran (Syiah Imamiyah Itsna Asyariyyah).
Aspek nir-militer ini dikenal sebagai
aspek asimetris. Ancaman yang bersifat asimetris tidak menggunakan kekuatan militer (hard power) atau peperangan simetris melainkan dengan menggunakan isu-isu ideologis, politik, hukum, ekonomi, sosial-budaya, dan teknologi informasi. Jadi, seperti propaganda internasionalisasi dua Tanah Suci (Makkah dan Madinah) oleh Iran termasuk cakupan peperangan yang bersifat asimetris.
Namun demikian, bukan hal yang tidak mungkin akan terjadi peperangan simetris.
Kita ketahui, Iran dewasa ini telah berhasil menjadikan beberapa Negara sebagai sekutunya. Libanon telah menjelma sebagai “Negara bagian” Iran dengan Hizbullah sebagai “perpanjangan tangan” Iran. Sejak kemunculan hizbullah hingga sekarang, fungsi waly al-faqih senantiasa tidak terpisahkan sari ideologinya.
‘Ideologi jihad’ Hizbullah terikat secara keagamaan dengan lembaga wilayat al-faqih yang berfungsi sebagai pengendali strategis dalam segenap aktivitas jihad yang dilakukan.
Hizbullah meletakkan ideologi dan
strategi jihad dalam kerangka legitimasi keagamaan dan tidak membiarkan ideologi berjalan secara terpisah dari strateginya.
Tegasnya, Hizbullah telah menjelma menjadi actor non state, untuk kepentingan negara Iran selaku “penerima manfaat” (beneficiary state). Iran bersekutu dengan rezim Bashar Assad (Suriah) jadi mitra strategis dalam gerakan pemberontakan Syiah al Houthi di Yaman.
Iran juga mendapatkan otoritas gratis di Iraq dari Amerika Serikat. Kesemua itu tidak lepas dari kepentingan geopolitik Iran dalam rangka penguasaan teritorial di Timur Tengah.
Oleh karena itu, dapat dimengerti maksud dan tujuan Iran dalam setiap propagandanya, tidak lain tidak bukan adalah guna ekspansi ideologi dengan menjadikan kedudukan waly al-faqih sebagai pemimpin transnasional, sebab ia adalah wakil sang Imam yang dalam masa kegaiban besar.
Lalu bagaimana dengan pergerakan masiv dan penyebaran ideologi revolusi Iran di Indonesia..??
Waallahu Aklamu bissowab,........