Sidebar ADS

SYAEIKH ABDUL QODIR AL-JAELANI

Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Nama lengkapnya ialah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Ia lahir di Desa Nif atau Naif, termasuk wilayah distrik Jailan. Daerah itu disebut juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil. Lokasinya masih dalam area budaya Kurdistan, persisnya sekitar 150 kilometer sebelah timur laut Baghdad, Irak, Manuskrip karyanya tersimpan secara utuh di negeri Vatikan

Syekh Abdul Qadir al-Jailani pertama kalinya menghirup udara dunia pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M. Ia wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.

Ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid.

Menurut Walter Braune dalam bukunya, Die 'Futuh al-Ghaib' des Abdul Qodir (Berlin & Leipzig, 1933), ia adalah waliyullah yang paling terkenal di dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un Grand Saint del Islam: Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia Islam.

Ia lahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu beliau masih dalam kandungan enam bulan) di tengah keluarga yang hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW.

Sedangkan, ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid Abdullah Sauma'i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini, silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jika silsilah ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan nama Sayyid.

Kebesaran Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan semata-mata karena faktor nasab dan karamahnya. Ia termasuk pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, jujur, dan berbakti kepada orang tua.

Selain itu, kemasyhuran namanya karena kepandaiannya dalam menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama. Ia menguasai ilmu fikih dan ushul fikih. Kendati menguasasi Mazhab Hanafi, ia pernah menjadi mufti Mazhab Syafi'i di Baghdad.

Di samping itu, ia juga dikenal sangat alim dan wara. Hal ini berkaitan dengan ajaran sufi yang dipelajarinya. Ia suka tirakat, melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu.

Selain penguasaannya dalam bidang ilmu fikih, Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga dikenal sebagai peletak dasar ajaran Tarekat Qadiriyah. Al-Jailani dikenal juga sebagai orang yang memberikan spirit keagamaan bagi banyak umat. Karena itu, banyak ulama yang menjuluki 'Muhyidin' (penghidup agama) di depan namanya.

Menurut GE Von Grunebaum dalam Classical Islam: A History 600-1258 (1970), Al-Jailani terus menjaga kedudukannya sebagai orang yang suci. Selain itu, tokoh inilah yang pertama kali memegang posisi sebagai pemadu syariah dan tarekat.

Syekh Abdul Qadir Jailani juga merupakan ulama dengan karya intelektual yang tidak sedikit. Berikut di antara kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir Jailani:

1. Tafsir Al-Jilani
2. Al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq,
3. Futuh al-Ghaib.
4. Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydh ar-Rahmani
5. Jala' al-Khawathir
6. Sirr al-Asrar
7. Asror Al-Asror
8. Malfuzhat
9. Khamsata ‘Asyara Maktuban
10. Ar-Rasail
11. Ad-Diwaan
12. Shalawat wal Aurod
13. Yawaqitul Hikam
14. Jalaa al-Khotir
15. Amrul Muhkam
16. Usul as-Sabaa
17. Mukhtasar Ulumiddin

Karya yang berjudul Futuh al-Ghaib dianggap sebagai salah satu karya sastra Islam terbaik yang pernah ditulis Syekh Abdul Qadir Jailani. Buku ini dihargai karena materi dan gayanya serta salah satu nilai edukatif yang besar bagi umat Islam dan non-Muslim. Karya ini juga memberi pengaruh besar kepada sejumlah besar orang Kristen dan Yahudi, sehingga mereka menerima iman dalam agama Islam.

Di antara kitab Syekh Abdul Qadir Jailani yang juga paling terkenal adalah Sirr al-Asrar. Kitab ini dianggap sebagai jembatan yang mengantarkan pada tiga karyanya yaitu al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydh ar-Rahmani, dan Futuh al-Ghaib.

Kitab karangan Syekh Abdul Qadir ini merupakan satu di antara buku yang dianggap representatif menyingkap semua tabir itu. Karya akbar Syekh Abdul Qadir Jailani ini ditulis sejak 1.000 tahun lalu yang bisa dijadikan bekal bagi umat Islam untuk menjadi kekasih Allah.

Kitab Sirr al-Asrar berhasil menjelaskan secara detail pengalaman dan tahapan-tahapan spiritual seseorang dalam menjalani amalan tarekat dan makrifat hingga mencapai hakikat Allah.

Dalam kitab Sirr al-Asrar, Syekh Abdul Qadir Jailani menjelaskan tentang macam-macam ilmu. Menurut dia, semua ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat bagian. Pertama, ilmu lahiriyah, yaitu ilmu syariat yang berupa perintah, larangan, dan segala bentuk hukum.

Kedua, ilmu syariat batin atau yang disebut juga ilmu tarekat. Ketiga, ilmu tarekat batin atau yang disebut juga ilmu makrifat. Keempat, inti ilmu batin atau yang disebut juga ilmu hakikat.

Selain karya-karya lain yang juga istimewa, kitab Tafsir Al-Jilani merupakan karya fenomenal yang ditemukan oleh salah seorang cucunya sendiri, Syekh Muhammad Fadhil Jailani. Sebelumnya, naskah kitab Tafsir Al-Jilani selama 800 tahun menghilang dan baru ditemukan secara utuh di negeri Vatikan. Manuskrip yang berisi 30 Juz penuh ini tersimpan secara baik di perpustakaan.

Waallahu Aklamu bissowab...

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS