Sidebar ADS

FILOSOFI JAWA CAKRA MANGGILINGAN

   FILOSOFI JAWA CAKRA MANGGILINGAN

CAKRA MANGGILINGAN sebagai Filosofi Kehidupan.

Memahami CAKRA MANGGILINGAN

Kata CAKRA (Bahasa Sanskerta: Chakra) diartikan sebagai Cakram atau Roda. Kata MANGGILINGAN berasal dari Bahasa Jawa yaitu Giling, yang berarti berputar atau menggerus. Maka istilah CAKRA MANGGILINGAN diartikan sebagai Kehidupan ini Ibarat Roda Berputar.

CAKRA MANGGILINGAN tidak secara langsung merujuk kepada nilai ajaran dan etika Jawa, melainkan berusaha untuk menarasikan bagaimana kehidupan berjalan bagai roda yang berputar, sehingga manusia dapat memperhitung kan sendiri apa yang semestinya harus dilakukan dalam menjalani kehidupannya.

CAKRA MANGGILINGAN berusaha mengingatkan bahwa tidak ada hal yang abadi. Kehidupan merupakan suatu proses dinamis, tidak statis. Perubahan akan terus terjadi, bergantung pada manusia yang menjalaninya.

Esensi dari CAKRA MANGGILINGAN adalah Waktu. Perubahan yang terjadi sudah menjadi kodrat manusia, dari hari ke hari, bulan ke bulan maupun tahun ke tahun. Konsepsi Waktu memegang peranan yang sangat penting.

Waktu tidak dapat berjalan mundur. Proses ini dapat menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Kadang kehidupan menyeret manusia dalam kesesakan, keterpurukan; namun selalu ada kesempatan untuk kembali ke posisi atas.

Secara lebih luas, CAKRA MANGGILINGAN menyimpan filosofi atau keyakinan tentang berputarnya roda kehidupan baik Mikro maupun Makro.

Maka penting untuk memiliki pemahaman spiritual akan CAKRA MANGGILINGAN ini. Agar kita bisa selalu siap dengan keadaan yang akan dihadapi, baik atau pun buruknya. Dengan memahami esensi CAKRA MANGGILINGAN, kita bisa menyiapkan diri untuk tidak terlalu larut dalam kebahagiaan atau pun kesedihan yang sedang dihadapi.

CAKRA MANGGILLINGAN secara tidak langsung telah membantu masyarakat Jawa untuk memahami apa itu kehidupan, dan bagaimana harus menjalaninya. Gambaran sederhana dari roda berputar diaplikasikan oleh masyarakat Jawa untuk menggambarkan pola kehidupannya.

Ini merupakan satu contoh bagaimana masyarakat Jawa berusaha menggali secara bijak, apa makna di balik segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan.

Wallohu aklamu bissowab.............

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS