FILOSOFI GULA & KOPI TETAP ASYIK DIHIDANGKAN MESKI TANPA GARAM
-------------------------------------------------------------
Jika kopi terlalu pahit, siapa yang disalahkan ?
Gula yang disalahkan karena terlalu sedikit hingga “rasa” kopi pahit.
Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan ?
Gula lagi karena terlalu banyak hingga “rasa” kopi manis.
Jika takaran kopi & gula balance siapa yang dipuji ?
Tentu semua berkata kopinya mantap.
Kemana gula yang mempunyai andil mendapat “rasa” kopi menjadi mantap.
Mari iklas seperti “gula” yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.
Gula pasir memberi rasa “manis” pada kopi tapi orang ,menyebutnya “kopi manis” bukan “kopi gula”….
Gula pasir memberi rasa “manis” pada teh tapi orang menyebutnya “teh manis” bukan “ teh gula”…….
Gula pada “Roti” orang menyebutnya “roti manis” bukan “roti gula”….
Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu …. padahal bahan dasarnya “gula” tapi “gula” tetap iklas larut dan memberi rasa manis.
Tetapi bila berhubungan dengan sakit baru gula disebut “ Penyakit Gula”
Begitulah “HIDUP” kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang ….. tapi “KESALAHAN” dibesar besarkan…….
IKHLAS lah seperti GULA
LARUTLAH seperti GULA
JANGAN ASIN seperti GARAM
SEMANGATLAH memberi KEBAIKAN
SEMANGATLAH menyebar KEBAIKAN
Karena “KEBAIKAN” tidak untuk “DISEBUT” tapi “DIRASAKAN".....
Rasa yang disukai identik MANIS,,..
Bukan rasa ASIN TERLARUT GARAM
Penulis ; qsantri.com