Sidebar ADS

JAWABAN UNTUK RUMAIL ABBAS DI PADASUKA TV

Jawaban Untuk Kang Rumail Di Padasuka TV

Di Padasuka TV, Ketika Gus Rumail ditanya: Apakah ia sudah mendapatkan kitab sezaman yang menyebut Ahmad bin Isa mempunyai anak Ubaidillah, Gus Rumail menyatakan bahwa ia telah mendapatkannya. Benarkah itu? Wallahu Alam

Dalam keyakinan penulis, kitab itu tidak akan pernah ditemukan, dengan keyakinan seyakin-yakinnya. kenapa? karena algoritma sumber-sumber abad Sembilan memberikan gambaran kuatnya dugaan bahwa kontruksi nasab Ba Alawi ini dibangun di atas pondasi “deliberately lie” (sengaja berbohong). Mulai dari kakek Fakih Muqoddam yang bernama Muhammad (Sohib Mirbat, w. 556 H), sampai Ubaidillah (w. 383 H), sama sekali tidak dicatat dalam sumber sezaman atau yang mendekatinya. Semuanya baru dicatat Habib Ali al-Sakran pada akhir abad ke-9. enam nama fiktif itu adalah: Muhammad (Sohib Mirbat), Ali Khali Qosam, Alwi, Muhammad, Alwi dan Ubaidillah.

Awalnya, penulis menduga nama fiktif dari silsilah Ba Alawi hanya empat: Alwi, Muhammad, Alwi (pertama) dan Ubadillah. Tetapi, setalah dibantu Ustaz Hanif al-Athos, bahwa Ali yang disebut kitab al-Suluk itu bukanlah Ali Khali Qosam, tetapi Ali cucu Fakih Muqoddam, maka terbukalah tirai bahwa nama-nama keluarga Ba Alawi yang historis hanyalah dimulai dari Muhammad bin Ali (Fakih Muqodam). Adapun enam nama setelahnya hanyalah pengambilan nama secara sembarangan untuk menyambungkan dengan Ahmad bin Isa. Kita bisa membuktikannya dengan ditemukannya keterangan dari kitab al-kamil fi al-tarikh karya Ibnu al-Atsir (Abad ke-7, kitab sezaman Sohib Mirbat) bahwa Sohib Mirbat adalah gelar untuk penguasa Mirbat yang bernama Muhammad al-Ak’hal al-manjawi (w. 601 H). Bukan untuk Muhammad bin Ali Ba Alawi (kakek Fakih Muqoddam).

Penulis menduga, kakek Fakih Muqoddam yang bernama Muhammad itu, bukan orang Mirbat dan tidak wafat di Mirbat. Ia entah ada di mana. Namanyapun entah siapa, bisa Muhammad bisa juga bukan. Jadi kesimpulan penulis, nama Muhammad Sohib Mirbat Ba Alawi dengan sifat yang disebutkan dalam kitab-kitab Ba Alawi sebagai imam dan sebagainya itu, adalah fiktif. Makam yang ada dengan batu nisan indah dan mahal itu baru dibuat di atas abad Sembilan. Sebagaimana penulis sebutkan alasannya dalam tulisan penulis berjudul “Ba Alawi, Makam dan Kesaksian Nasab”. Jika ingin membantah kesimpulan ini, Gus Rumail perlu untuk mendatangkan sebuah kitab yang membantah kitab al-Kamil fi al-Tarikh dan kitab yang menyebut bahwa Muhammad bin Ali Ba Alawi pernah hidup di Mirbat dan dimakamkan di sana.

Tidak ada kitab sejaman atau yang mendekatinya yang mengatakan ada orang Hadramaut bernama Muhammad bin Ali Khali Qosam pernah hijrah ke Mirbat; lalu bergelar Sohib Mirbat; lalu wafat tahun 556 H. Tidak ada. Semua itu ditulis abad 9 Hijriah. Satu nama Ba Alawi tereliminir dari pentas suci sejarah.

Gus Rumail pernah menyebut bahwa Muhammad Sohib Mirbat Ba Alawi mempunyai anak bernama Abdullah yang mendapat ijajah Sunan Turmudzi dari Muhammad bin Ali al-Qola’i pada tahun 577 H. berita itu, kemungkinan besar, Gus Rumail ambil dari kitab al-Gurar (h. 176) karya Habib Khirid Ba Alawi. Berita khirid itu hanya cocoklogi. Ceritanya begini: Ada sebuah kitab Sunan Turmudzi, di juz awalnya ada ta’liq (tulisan tambahan di pinggir kitab) yang berbunyi:

ان الشريف يقرأ وابن ماضي يسمع بقراءته اجزت لهما جامع ابي عيسى الترمذي وغيره وكتبه محمد بن علي القلعي وذالك سنة خمس وسبعين وخمسمائة

“Sesungguhnya sang Syarif membaca dan Ibnu Madi mendengar bacaanya. Aku ijazahkan kepada keduanya (kitab) Jami Abi Isa al-Turmudzi (Sunan Turmudzi) dan (kitab) lainnya. Dan (kalimat) itu ditulis oleh Muhammad bin Ali al-Qola’i pada tahun 575 (H).”

Kemudian, Habib Khirid mengatakan “al-Syarif ini, wallahu a’lam, adalah Abdullah bin Muhammad (Sohib Mirbat)”. (h. 176). Perhatikan kalimat Khirid: wallahu a’lam, itu menunjukan ia hanya menebak saja tanpa bukti pendukung. Jadi, tidak ada anak Muhammad bin Ali Khali Qosam yang bernama Abdullah yang mendapat ijazah dari Imam Qola’i; tidak pula ia tinggal di Mirbat. Kalau Gus Rumail membantah, silahkan cari kitab yang menerangkan bahwa nama Abdullah ini pernah ada di Mirbat. Kitab yang menerangkan Kota Mirbat dan Imam al-Qola’i banyak. murid-murid al-Qola’i juga menulis kitab. Cari nama Abdullah dan ayahnya benarkah keduanya sosok historis. Tidak akan ditemukan, kecuali di kitab abad Sembilan karya para Ba Alawi.

Kemudian, Wahai Gus Rumail! Nama-nama lain mulai dari Ali Khali Qosam sampai Ubadillah, mereka tidak pernah ada. Datangkan kitab yang menyebut nama Ali bin Alwi; atau Alwi bin Muhammad; atau Muhammad bin Alwi; atau Alwi bin Ubaidillah, bahkan Ubaidillah sendiri, tidak ada. Semuanya gelap. Semuanya baru di ciptakan abad 9 Hijriah. Percayalah!.

Di padasuka juga, Gus Rumail menyatakan kira-kira begini: “Kiai Imad itu instrumen penelitiannya cukup kurang. Ia menggunakan kitab al-Ubaidili (ulama abad ke-5) hanya satu, tahdzibul Ansab, padahal al-Ubaidili punya kitab lainnya”. Mungkin menurut Gus Rumail, jika penulis membaca kitab lain selain Tahdzibul Ansab aka nada keterangan bahwa Ahmad punya anak bernama Ubaidillah. Hehehe…yo wis kitabku ra ono, siki endi kitabmu, sing ono Ubaid, gawa rene! Podo ra ono kan, Gus. Karena memang kitab itu gak ada. Kalau ada Saya baca, Gus. Jika kitab al-Ubadili itu ditemukan-pun, penulis yakin tidak akan ada nama Ubaid. Karena apa motivasinya ia tidak menulis nama Ubaid di Tahdzibul Ansab sedang di kitab lainnya ia tulis?

Tentang naqobah. Gus Rumail mengatakan: bahwa penulis dan Gus Faqih menyatakan naqobah-naqobah tidak ada yang mengitsbat Ba Alawi. Kalau mau menyebut Gus Faqih, jangan bawa-bawa penulis, Gus. Penulis walau sama dengan Gus Faqih membatalkan nasab Ba Alawi, tetapi tentang naqobah berbeda. Bagi penulis, tidak penting apakah ada naqobah dunia yang membatalkan atau mengitsbat Ba Alawi. Kenapa? Karena patokan mereka juga adalah kitab-kitab nasab. kita bisa menelitinya sendiri tanpa menunggu ada naqobah berpendapat apa. Bahkan , jikapun hari ini ada naqobah-naqobah dunia yang mengitsbat Ba Alawi, penulis bersedia untuk berdiskusi dengan mereka, seperti surat terbuka penulis kepada Syekh Mahdi Roja’i. penulis yakin, semua naqobah itu tidak akan mampu menjawab pertanyaan penulis tentang alasan mereka mengitsbat Ba Alawi. Kenapa? Karena memang instrumen jawabannya tidak ada.

Untuk soal DNA, Gus. Penulis bukan ahli DNA. Penulis taklid kepada para ahli DNA saja bahwa: DNA keturunan paternitas Nabi Muhammad Saw itu pertama harus berhaplo J1. Dan Ba Alawi haplonya G. kama qaluu, bahwa mustahil seorang keturunan paternitas Nabi haplonya G. Bahkan penulis diledek para pakar DNA,katanya: penulis dan Gus Rumail itu meributkan surat dari sebuah kalung emas, padahal kalung emasnya belum diteliti apakah asli atau palsu.

Waallahu Aklamu bissowab..............

Penulis: KH Imaduddin Utsman al-Bantani

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS