Sidebar ADS

KOMUNISME & BAALAWI (Potret Buram Yang Dibingkai Agama) Part 2.

Komunisme & Ba’Alawi (Potret Buram Yang Dibingkai Agama) 
Part 2.

KOMUNISME DI INDONESIA

Komunisme ke Indonesia dibawa orang Belanda, Henk Sneevliet, yang juga seorang Yahudi. Yang nantinya membentuk ISDV hingga PKI ( Partai Komunis Indonesia). ( https://news.republika.co.id/berita/r0m48o385/komunis-di-hindia-belanda-sarekat-dagang-dan-sarekat-islam ).

Jangan lupa, ideologi apapun menyebar lintas benua dan lintas agama. Namun pada akhirnya, kembali ke persoalan siapa yang kalah dan menang di tiap negara.

Terlepas dari latar-belakang apapun, bangsa ini belum lupa bagaimana PKI berkali-kali melakukan pemberontakan. Dan yang sering menjadi korban adalah keluarga besar NU, baik dari kalangan pesantren maupun rakyat jelata. Ini terjadi karena 3 hal :

1. Di jaman itu keduanya berbagi pangsa pasar yang sama. Kaum pinggiran dan pedesaan.

2. Metodologi gerakan yang berbeda, yang satunya progresif revolusioner (politbiro tersentral), yang satunya memegang teguh tradisi berguru kepada ulama (sanad).

3. Pandangan Teologis yang bertolak-belakang. Yang satu menganggap agama adalah candu, yang lainnya agama dengan segala tradisinya adalah nilai-nilai yang harus dimuliakan dan dilestarikan. Untuk kasus ini, walaupun banyak tokoh Komunis berangkat dari Sarekat Dagang Islam, Serekat Islam, atau keluarga pesantren, tapi pandangannya akan agama yang jumud, tetaplah dianggap sebagai candu.

Singkat waktu, PKI akhirnya menjadi partai terlarang setelah Pemberontakan tahun 1965. Tepat hari ini tanggal 30 September. Ketika perseteruan Dewan Jenderal dan Dewan Revolusi mencapai anti klimaksnya. Kedua kekuatan yang bersaing di sekitar Bung Karno, Sang Pemimpin Besar Revolusi dan Presiden Seumur Hidup (TAP MPRS/III/1963).

Sekali lagi, penulis tidak akan mengulas terlalu jauh apa yang terjadi, siapa yang bermain dan diuntungkan, atau siapa yang benar dan salah. Biarlah sejarah kelam itu menjadi pelajaran yang berharga bagi Bangsa ini untuk selamanya.

Yang jelas, ada tragedi kemanusiaan tragis. Dibantainya jutaan manusia.

Yang pasti, Rejim Orba sebagai pemenang, menjadikan PKI sebagai partai terlarang. Semua yang berbau komunis akan ‘disikat’ tanpa mekanisme hukum yang memadai. PKI benar-benar hancur dan terlaknat di Nusantara.

Dan tentu saja, momok itu masih menghantui hingga hari ini. Ketika sesuatu dicap PKI, maka konotasinya sangat hina. Stigma ini banyak digunakan untuk membunuh karakter lawan politik. Dari tingkatan kampung sampai negara.

Setelah tumbangnya ORBA dan memasuki Reformasi, Presiden Gus Dur mencoba melakukan apa yang disebut REKONSILIASI 1965 ( https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/21/101400082/kelapangan-hati-gus-dur-saat-meminta-maaf-atas-pembantaian-1965-1966?page=all ).

Yaitu dengan elegan meminta maaf bahwa organisasi yang dipimpinnya yaitu NU, dengan jujur terlibat di dalam aksi pembersihan PKI tahun 1965-1966. Dan selain itu berupaya untuk menghapus TAP MPRS No. 25/1966, tentang Pelarangan PKI. Artinya ketika tragedi terjadi, kebetulan PKI di pihak yang kalah, maka korbannya juga jauh lebih banyak. Andai sejarah berkata lain, kemungkinan akan lain pula ceritanya. Disinilah NU berbesar jiwa, walau sejak 1948 & 1965 terjadi serangkaian pembunuhan Kyai, Santri maupun aktivis-aktivis NU, tetap ingin menghapus kisah kelam itu dengan cara yang bijak.

Ibaratnya NU yang ikut menjadi korban, tapi begitu menang malah meminta maaf, dan ingin menghapus stigma buruk demi kebaikan bangsa di masa mendatang.

Yang justru aneh adalah, banyak yang masih menggunakan framing anti PKI untuk menjatuhkan lawannya. Dan itu muncul dari kelompok radikalis yang sebenarnya tidak ‘berkonflik’ langsung dengan PKI di masa silam. Salah satunya dari ormas terlarang FPI. Yang sudah menjadi rahasia umum, adalah tempat bernaungnya banyak Ba’alawi radikal ( https://youtu.be/EdgLYiRcemo?si=MzN-zflJZw1vKf0O ).

Para Habib-Habib dari Yaman ini, adalah golongan yang paling getol sok anti PKI dan menuding  PKI kepada lawan-lawannya. Bahkan kepada aktivis-akrtivis NU. Yang mana di masa silam, NU lah justru yang berhadapan langsung dengan PKI itu sendiri.

( https://youtu.be/hS0XpM75M-Y?si=rtk-HthqNrsR6uE4 ).

Bersambung....

SELAMAT HARI KESAKTIAN PANCASILA 1 OKTOBER 2023.

Wassalam, Rahayu, Salam Sejahtera Nusantaraku !

KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS