PENYESATAN SEJARAH SKENARIO BA'ALAWI MENGHANCURKAN BANGSA
Masyarakat wajib mewaspadai kelompok berjubah agama radikal dan intoleran yang mengaku sebagai dzuriyah Nabi SAW. Mereka berusaha menyusupi generasi muda dengan cara mengaburkan fakta sejarah bangsa Indonesia.
Kelompok radikal dan intoleran yang mengklaim dzuriyah Nabi SAW ini kerap berusaha menghilangkan atau mengaburkan sejarah bangsa ini agar para pemuda Indonesiai tidak punya kebanggaan terhadap bangsanya sendiri.
Kita juga wajib menyadari bahwa fenomena penyesatan sejarah ini bukan terjadi lantaran kebetulan. Fenomena penyesatan sejarah ini merupakan bagian dari skenario besar untuk menghancurkan bangsa dari dalam.
Salah satu langkah awalnya ialah dengan mencerabut ingatan publik dari sejarah bangsanya sendiri lantas mencekoki dengan narasi sejarah palsu yang sarat dengan kepentingan ideologis. Dan, kita tentu paham bahwa penyusun skenario itu ialah dari kelompok ini.
Kelompok ini akan menggunakan berbagai macam cara untuk menghancurkan bangsa dari dalam dan mengambil-alih kekuasaan. Mulai dari mengadu-domba sesama umat beragama dengan membesar-besarkan perbedaan ajaran atau aliran keagamaan. Juga selalu mencaci maki para Kiai atau Ulama yang bersebrangan dengannya.
Juga mengadu-domba antara masyarakat (rakyat) dengan pemerintah (negara) melalui serangan fitnah dan ujaran kebencian. Sampai yang paling ironis, yakni upaya menyelewengkan narasi sejarah bangsa dan menggantinya dengan sejarah palsu yang sesuai dengan kepentingan mereka.
Penyesatan sejarah bangsa oleh kelompok radikal dan intoleran yang mengklaim dzuriyah Nabi SAW tidak boleh dibiarkan. Bagaimana pun, sejarah ialah bagian penting dalam membentuk jatidiri dan identitas kebangsaan. Ketika kita tercerabut dari akar pengetahuan sejarah, maka besar kemungkinan kita akan mudah diinfiltrasi oleh paham dan ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI. Maka dari itu, penting kiranya kita memperkuat literasi sejarah di kalangan masyarakat.
Literasi sejarah tidak hanya mencakup pengetahuan ihwal kronologi peristiwa: kapan, siapa, dan di mana. Melainkan juga kemampuan untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber sejarah secara kritis sehingga tidak mudah disesatkan oleh narasi sejarah palsu. Literasi sejarah yang kokoh akan menghindarkan masyarakat dari upaya pemutarbalikan fakta sebagaimana diagendakan oleh kelompok radikal.
Memperkuat literasi sejarah bisa dilakukan dengan pendidikan sejarah yang baik. Ini artinya, masyarakat harus terbiasa mempelajari sejarah dari sumber-sumber yang otoritatif, ilmiah, sekaligus valid. Pendidikan sejarah dalam hal ini tidak lantas harus dilakukan dengan pendekatan formalistik.
Alih-alih itu, pendidikan sejarah bisa dilakukan melalui beragam pendekatan. Salah satunya melalui budaya populer seperti novel, film, series, vlog, dan sebagainya. Pendidikan sejarah berbasis budaya populer ini kiranya akan lebih menarik bagi kalangan anak-anak, remaja, kaum muda dan masyarakat pada umumnya.
Ungkapan Bung Karno tentang Jas Merah, yakni jangan sekali-kali meninggalkan sejarah kiranya sangat relevan untuk kehidupan bangsa saat ini. Terutama ketika ada upaya menyelewengkan sejarah bangsa dengan beragam cara. Memahami sejarah bangsa ialah bagian penting dari merawat rasa cinta tanah air; nasionalisme.
Lebih spesifik lagi, kita harus memahami kronologi peristiwa sejarah bangsa yang besar ini, siapa saja yang terlibat dan apa saja perannya. Hal ini penting agar kita tidak mudah disesatkan oleh narasi sejarah palsu yang disusun kelompok radikal dan intoleran yang mengklaim sebagai dzuriyah Nabi SAW.
Waallahu Aklamu bissowab.........