Sidebar ADS

SAUDARA RUMAIL ABBAS MULAI LELAH

SAUDARA RUMAIL ABBAS MULAI LELAH

Katanya Gus Rumail menjawab empat tulisan sekaligus: tulisan Gus fakih dan tulisan penulis. Tetapi isinya tidak menjawab substansi keterputusan nasab Ba Alawi dalam beberapa tulisan penulis terakhir. Gus Rumail menceritakan perjalanannya mencari kitab suci ke “Barat” : Turki, Yordan, Jeddah dan Madinah. Ia menceritakan pula bahwa penelitiannya menghantarkannya kepada pengurus Naqobah atau tokoh yang menyambungkannya dengan Naqobah Timur Tengah (sebenarnya sudah ketemu belum dengan pengurus Naqobah? Kalimat “menghantarkan” dan “atau” anda itu mencurigakan).

Gus Rumail juga bercerita ia ngopi di kantor Direktur Dar al-Ifta’ Jordania (semacam MUI di bawah otoritas kerajaan, dan Naqobah di Jordania berada di bawahnya secara administrative). Kalimat itu sekilas membahana: bisa berada di kantor Daru al-ifta, sekelas MUI dan Naqobah ada di bawahnya. Tentu terkesan benar telah bertemu orang penting di sana. Tetapi tidak. Penulis yakin ia tidak bertemu siapa-siapa di sana. Hanya ngopi. Mungkin di kantin pinggir Dar al-Ifta.

Ia melanjutkan tulisan: “menempuh wawancara terbuka dengan pakar dan informan utama memang harus dilakukan, kiai Imad!” kalimat itu tidak ada yang salah. Tetapi kesan yang dibangun itu loh. Seolah telah wawancara dengan pakar dan informan utama di Dar al-Ifta itu, tetapi ditulis dengan paragrap baru. Tentu dengan itu jika didesak bisa berkelit bahwa narasi itu mandiri tidak ada kaitannya dengan narasi sebelumnya: perhatikan, paragraphnya aja beda!. Cerdik. Satu yang perlu direnungkan: jika duduk di depan meja sepuluh menit bisa mendapatkan, bahkan bisa lebih dari, apa yang didapatkan orang yang keluar negeri sepuluh hari, mengapa kita harus buang-buang waktu dan biaya ke luar negeri? Membawa manuskrip tarikh Madina Shon’a, di sini ada. Bawa Manuskrip al-musyajjar al-Hawi, di sini ada. Lalu istimewanya lalu lalang ke luar negeri itu apa? Itulah yang penulis maksud dalam tulisan Sun Go Kong itu bahwa: penulis tidak tega menginsafinya. Maksudnya penulis tidak tega kepada Ba Alawi dan pendukungnya yang di PHP Gus Rumail dengan kitab sezaman tentang Ubaidillah telah ditemukan, padahal hanya “abang abang lambe” saja.

Gus Rumail melanjutakan: “ Niqobah Hijaz, melalui Ibrahim bin Mansur, tidak meragukan Ba Alawi…”. Kalimat itu juga mengesankan ia bertemu dengan Syekh Ibrahim bin Mansur, buktinya? Gak ada. Juga perlu Gus Rumail tahu bahwa Syekh Ibrahim bin Mansur itu nasabnya tidak jelas juga. Ia berasal dari marga al-Amir. Pengakuan mereka bahwa mereka keturunan Amir Makkah yang bernama Syarif Fulaitah bin Qasim dari keturunan Musa al-Jun al-Hasani. Menurut mereka mereka dari salah satu anak Syarif Fulaitah bernama Husain. Sedangkan dalam kitab-kitab nasab, semisal Lubbullubab, disebutkan bahwa Sayyid Fulaitah tidak punya anak bernama Husain. Juga Gus, hasil tes DNA keluarga Syekh Ibrahim bin Mansur ini melenceng kayak Ba Alawi. Makanya dalam kitab Syekh Ibrahim yang berjudul al-Ifadoh, ia menentang keras kesahihan nasab dengan metode tes DNA. Mirip Ustaz Hanif Alatas yang mengharamkan tes DNA. Sama-sama diragukan harus sama saling menjaga dan bekerja-sama. Mengenai diksi “Naqobah Hijaz” memang beliau bikin naqobah sendiri di Saudi juga bikin website, dan setiap keluargapun bisa bikin naqobah seperti itu di Saudi. Wadah yang menghimpun keluarga gak bisa dilarang.

Gus Rumail mengatakan, Syekh Ibrahim bin Mansur menyatakan: ba Alawi terlalu sulit untuk dirontokan karena kemasyhurannya di Hijaz, Yaman dan Oman. (Seperti kepopuleran Kaesang sebagai anak Jokowi). Penulis menjawab: itu karena Syekh Ibrahim juga nasabnya di batalkan peneliti nasab di Kerajaan Arab Saudi, sementara keluarganya telah mashur sebagai syarif. Ia menjadikan syuhrah istifadoh itu sebagai satu-satunya cara menetapkan nasab. kalau ia bilang Ba Alawi batal karena tidak tercatat kitab nasab abad 4-9 dan hasil tes DNA melenceng, itu sama saja ia membatalkan nasabnya sendiri. Karena nasab Syekh Ibrahim ini persis keadaanya dengan Ba Alawi. Satu lagi, bicara popolernya Kaesang sebagai anak Jokowi, hari ini, itu betul. Semua warga NKRI menjadi saksi. Lalu Gus, kalau saksi di zaman Ubaidillah, bahwa ia adalah anak Ahmad bin Isa, kan harus kitab waktu itu, lalu kitabnya mana? Katanya sudah dibawa dari Tim-Teng. Ko belum di publis. Apa masih direstorasi Abu Omar juga. Sayang Abu Omar belum juga merilis di tweeternya hasil restorasi dari ijajah Sunan Turmudzi itu. Padahal banyak yang nunggu.

Bicara Naqobah, Gus. Setiap naqobah yang ia punya masalah dalam nasabnya, tidak akan berani membatalkan nasab naqobah lainnya. Karena nanti nasabnya juga bisa diserang. Maka dari awal, kalau penulis, tidak mendasarkan kesahihan nasab suatu kabilah dari pendapat naqobah itu atau naqobah lainnya, tetapi dari fakta kitab-kitab nasab yang telah ditulis ulama-ulama nasab pada zamannya.

Mengenai manuskrip kitab Kasyf al-Gahin, Gus Rumail mengakui, manuskripnya bodong tanpa tanggal. Tanggalnya pakai kias. Ditolak. Lalu katanya, walau tidak ada tanggalnya, tetapi dikuatkan oleh kitab Tuhfat al-Zaman. Gus, kitab itu ditahqiq oleh Ba Alawi, namanya Abdullah al-Habsyi. Curriculum Vitae-nya dalam pentahqiqan kurang bagus. Banyak interpolasi. Penulis banyak verifikasi hasil tahqiqannya, banyak ulama yang meragukan integritas ilmiyahnya. Coba bandingkan saja kitab cetakan itu dengan manuskrip aslinya.

Membawa nama-nama naqobah, Gus Rumail mungkin lelah menjadi historian. Untuk itu ia turunkan standarnya menjadi naqib atau ahli nasab. Atau menjadi seperti Ustadz Wafi, Ustaz Hanif dan Kiai Qurtubi, seraya mengatakan: tidak ada ulama nasab yang mensyaratkan kitab sezaman (padahal ulama nasab sangat memperhatikan kitab sezaman); tidak ada kitab abad 4-9 yang membatalkan nasab Ubaidillah sebagai anak Ahmad (bagaimana dibatalkan wong sama sekali tidak ada); tidak disebut bukan berarti tidak ada (kebanyakan yang tidak disebut itu karena memang tidak ada). Penulis harap Gus Rumail tetap semangat dan bermartabat. Amin.

Wallahu aklamu bissowab.......

Oleh : KH Imaduddin Utsman al-Bantani

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS