WASPADA KASTANISASI RASIS IDEOLOGI TRANSNASIONAL
Ideologi Islam Transnasional yang di antaranya adalah islam dengan faham radikal, targetnya adalah ingin menumbangkan Nahdlatul Ulama (NU) dengan berbagai cara. NU yang menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia dianggap sebagai kelompok yang menghalangi faham-faham radikal tersebut berkembang di Indonesia.
Sebab, Indonesia dengan penduduk yang mayoritas muslim, merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sehingga banyak kepentingan yang masuk. Faham radikal yang ingin memaksakan khilafah untuk menjadi satu-satunya aturan dalam bernegara menganggap NU adalah musuh yang harus ditumbangkan.
Fakta dilapangan semua ideologi islam transnasional yang berkembang ingin menumbangkan NU, di Indonesia NU dan Muhammadiyah bekerjasama untuk menghadang faham-faham yang ingin menumbangkan NKRI.
Indonesia, adalah negara yang tidak masuk akal. Sebab, dengan ribuan pulau, jutaan bahasa dan budaya namun tetap bisa bersatu dan aman sentausa. Kondisi seperti itu, jikalau di Eropa atau Arab, Indonesia sudah bisa pecah menjadi puluhan negara. Seperti bekas Uni Soviet misalnya.
Indonesia kalau tidak ada NU dan ulama serta tokoh-tokoh yang merumuskan satu tonggak dan konsep negara yang berbeda namun tetap satu, mungkin sudah tamat Indonesia ini. Sekarang mulai banyak faham-faham yang ingin semua diseragamkan tanpa menghargai perbedaan bahkan sangat rasis.
Ada faham yang jika berbeda pendapat dengan dirinya dan kelompoknya maka semua itu seolah sebagai perbuatan menyakiti Nabi SAW, mereka mengklaim memiliki darah suci yang tersambung dengan Nabi SAW maka semua dipaksa harus tunduk dan patuh terhadapnya. Serta menganggap selain durinya dan kelompoknya dianggap sebagai manusia rendahan.
Faham kastanisasi rasis warisan Belanda seperti ini mulai dipaksakan, tidak mau menghargai perbedaan. Faham seperti harus diwaspadai dan ditangkal, sekuat tenaga yang kita mampu.
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan sistem kasta dan rasisme dalam Islam. Nabi SAW tahu betul untuk membangun peradaban manusia yang berkeadilah harus berdasarkan kesetaraan, serta hanyalah ketakwaan yang bisa muliakan seseorang bukan atas dasar nasab. Yang tidak mau menghargai manusia mungkin belum membaca tarikh atau sejarah Nabi SAW.
Bahwa dalam sejarahnya banyak kisah bagaimana Nabi SAW sangat memuji seseorang atas dasar ketakwaannya bukan karena nasabnya serta mengajak untuk bertakwa kepada Allah SWT bukan membanggakan nasab. Penyakit kronis manusia itu merasa paling. Merasa paling mulia, alim, kaya, benar, merasa paling dekat dengan Allah SWT dan sebagainya, sehingga orang atau kelompok lain itu adalah manusia rendahan, salah, tidak benar, kafir atau lainnya.
Karena itu, masyarakat, khususnya muslim dan khusus lagi warga Nahdliyin harus cermat dan mewaspadai faham-faham yang kaku dan bengkok tersebut. Karena agama adalah yang paling gampang untuk menghipnotis orang. Maka pemahaman masyarakat harus dalam. Jangan gampang merendahkan dan menyalahkan orang, jangan mudah menggunakan agama untuk merendahkan serta menuduh atau menyalah-nyalahkankan orang lain.
Karena kalau ingin menguasai dunia, maka kuasai Islam. Misalnya ada kelompok radikal sok paling mulia dan pemilik darah suci, kantor pusatnya di Yaman yang sedang berkecamuk perang saudara, kenapa dibawa dan diseret-seret ke Indonesia? Ini harus dipahami sehingga kita tidak mudah terpengaruh, semua untuk menghancurkan Islam.
Bahwa sejarah mencatat yang memporakporandakan Islam adalah persoalan politik. Khalifah Ustman dan Syayidina Ali dibunuh gara-gara politik. Syayidina Ali dibunuh Abdurrahman bin Muljam karena dianggap Khalifah Ali sudah kafir oleh kelompok mereka.
Saat ini, faham-faham seperti itu telah meracuni sebagian habaib. Mereka menghina ulama-ulama NU, padahal hanya di Indonesia yang warganya memuliakan mereka. Itu atas anjuran dan ajaran ulama-ulama NU yang khusnudzon mereka sebagai dzuriyah Nabi SAW. Namun malah ulama-ulama NU dicaci maki, ini ada apa?
Maka jangan disalahkan, ketika para santri mempertanyakan tentang kevalidan mereka sebaga dzuriyah Nabi SAW. Uji pustaka dan tes DNA yang di ajukan kepada mereka salah satu bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab secara ilmiyah.
Jika mereka tidak bisa menjawab secara ilmiyah, maka kejujuran harus di kedepankan. Suatu bangsa tidak akan bisa maju kedepan jika berpondasi dengan dasar kebohongan, sejarah bangsa sepahit apapun harus jujur agar generasi selanjutnya bisa belajar darinya.
Satu hal lagi, NU adalah organisasi yang tidak pernah memberontak negaranya sendiri, karena NU cinta pada negara ini. NU terus menjaga NKRI tetap utuh, karena Indonesia berdiri berdasarkan kesepakatan bersama atas semua perbedaan.
Jika ada yang memaksa untuk menggunakan syariat islam dalam bernegara, pertanyaaan syariat islam versi siapa, karena kelompok Islam banyak? Ini akan menjadi persoalan yang tidak pernah selesai. Maka Pancasila yang sangat relevan. Negara Sudan pernah menerapkan syariat islam itu, maka terjadi perpecahan, perang sipil selama 24 tahun, banyak kudeta dan perang karena kepentingan politik. Kita menjaga hal itu tidak terjadi di Indonesia.
Waallahu Aklamu bissowab..............