Sidebar ADS

BERSEMINYA MAJLIS SHOLAWAT DAN MINIMALISNYA ACARA MAJLIS TA'LIM.

BERSEMINYA MAJLIS SHOLAWAT DAN MINIMALISNYA ACARA MAJLIS TA'LIM.

Sebuah auto kritik yang harus saya sampaikan dengan tegas, hari ini sebagai upaya menyelamatkan generasi yang hanya hore bersholawat tanpa ilmu. Fenomena itu telah terjadi dan tidak mungkin bisa diingkari, realitas menjamurnya majlis shalawat, seperti halnya pubertas pertama bagi anak yang beranjak dewasa. Sulit dibendung kemauannya, dengan semangat yang luar biasa menggelorakan nasyid dan shalawat di mana mana. Dalam konteks pandangan keberkahan mencintai Nabi memang uvoria ini positif dan bernilai berkah bagi yang meyakininya.

Namun apa yang terjadi jika keadaan ini terus dan terus berjalan di ambang batas harapan kita, di sisi lain kegembiraan kebahagiaan kita akan terbangun dari gebyarnya nasyid dari pari munsyid yang melagukan itu dengan mendayu ndayu. hingga lupa waktu, kondisi dan hajat penting bagi kita yakni ilmu dan fasilitas majlis ilmu serta mawaid para Masyayikh yang sengaja di minimalisir dengan dalih tak ada yang mendengarnya.

Efek hausnya pitutur, berkurangnya ilmu, para muhibin akan menjadi hamparan rintangan besar menanduskan hati para muhibin, karena minimalnya majlis dan mawaid ilmu, jika di majlis sholawat itu tidak ada ngaji dan pencerahan, tidak hanya itu mereka juga hanya akan menjadi generasi penggembira dengan tandusnya ilmu di dadanya. Lalu sampai kapan kita dibeginikan oleh kegiatan kita ini sendiri ? di Nina bobokan dengan hanya mengundang para habaib saja, tanpa menghadirkan dan menggundang para Masyayikh yang akan memberikan nutrisi keilmuan kita yang membangun kwalitas keimanan kita ?

Sekali lagi ini bukan atas dasar hasad iri dan konkuren, bagaimana cinta kita kepada para Alim Ulama yang menjadi pengayom penerang pemberi nutrisi ruh kita? Apakah kita lupakan saja? Kritik sosial dan kegiatan keagamaan ini penting bukan hanya berawal dari pikiran penulis secara personal saja, ini harusnya dipikirkan oleh para tokoh masyarakat yang ingin masyarakatnya berkualitas tentang ilmu Agamanya supaya tidak terjebak pada Glamornya saja lalu melupakan prisip majlis ilmu dan keilmuannya.

Belum serapan administrasi biaya dana dan anggaran yang dalam satu malam menghabiskan puluhan dan sampai ratusan juta rupiah dengan pulang tanpa ilmu Tanpa pengetahuan lalu sebagian anak kita yang subuhnya hilang, samgat mengerikan jika tidak dicarikan solusi bagi generasi negeri ini yang hanya bisa bershalawat namun keilmuan tidak mencukupi syarat, yang berbahaya adalah tidak ingat akhirat karena krisis mauidhat hasanat. Boleh kita bersholawat namun harus ada majlis ilmu sebagai penguat syariat.

Alhasil para panitia yang nota bene para tokoh berkepentingan harus memperhatikan mempertimbangkan anggaran yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh banyak anak faqir yatim, pembangunan musholla dan masjid tempat ibadah dan pesantren yang belum selesai yang benar harus di bangun dibantu menjadi wasilah jariyah dan menjadi markas dakwah dalam sekala prioritas itu yang sangat penting sebenarnya.

maka sebagai jalan tengah walaupun shalawat tetap jalan namun harus kembalikan peradaban peradaban dan budaya ngaji untuk mengimbangi, undag hadirkan para kiyai sepuh, kiyai kampung berikan ruang bagi mereka menyampaikan kesejukan dakwahnya agar menyampaikan maudhahnya. Agar generasi kita tidak meremehkannya serta menafikanya.  Rubahlah mental generasi kita taat dan hormat kepada para guru kita agar tidak menjadi manusia lemah dan di manfaatkan kebodohannya. Cerdaskan mereka dengan ilmu dan kajian yang membangun Agama dan Akalnya Agar seimbang.

Jika masih terus bergolak fenomena diatas terjadi tanpa keseimbangan ilmu dan pengetahuan, maka 5- 15 tahun yang akan datang generasi kita tidak akan menjadi generasi yang berilmu dan akan tergilas oleh zaman dan kalah dengan kelompok tertentu yang akan menjajah peradaban bangsa ini, dan ending mereka akan dengan mudah menjadi manusia yang kritis ilmu dari pendahulunya Masyayikhnya termarjinalkan di Negaranya sendiri.

Waallahu Aklamu bissowaab.............
Penulis : Abdulloh Faizin, ketua LTN-NU PC LAMONGAN

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS