MENYIKAPI STATUS HABIB DAN
PENTINGNYA BERSIKAP KRITIS
Dalam masyarakat yang kaya akan tradisi keagamaan, gelar "Habib" seringkali diberikan sebagai bentuk penghormatan terhadap yang dipandang sebagai keturunan Rasulullah. Namun, penting bagi kita untuk memiliki sikap kritis terhadap status ini dan menyadari resikonya jika tidak dilakukan dengan bijaksana.
Salah satu resiko utama dari sikap mudah percaya kepada seseorang yang mengaku sebagai zuriat Nabi Saw adalah kemungkinan tertipu oleh seseorang yang ingin memanfaatkan momen dengan mengaku sebagai dzuriat Rasulullah. Kita harus memahami bahwa gelar untuk mereka yang mengaku sebagai dzuriat Nabi Saw banyak disalah gunakan oleh mereka.
Karena itu klaim semacam itu harus disikapi dengan kewaspadaan. Jika tidak, dapat membuka pintu bagi penyalahgunaan status dan kekuasaan, mengingat posisi Habib seringkali dihormati dalam Masyarakat karena adanya perintah Agama untuk memiliakan zuriat Nabi. Bahkan, banyak dari masyarakat awam yang terdoktrin menjadi sangat tidak rasional saat mereka berinteaksi dan berkomunikasi dengan para Habib.
Sikap kritis bukanlah tindakan menolak atau merendahkan, melainkan cara untuk melindungi integritas nilai-nilai keagamaan. Dengan mempertanyakan dan meneliti klaim status zuriat Nabi, pastinya membantu masyarakat mempertahankan kepercayaan yang benar dan mencegah penyalahgunaan. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan budaya diskusi terbuka dan kritis, yang dapat membantu menyaring informasi dan menghindari kemungkinan ketidakjelasan dalam penentuan status Habib.
*Dengan adanya Tesis KH. Imaduddin membuktikan status para Habib yang berada pada jalur Ba’lawi menjadi sebuah keharusan untuk lebih disikapi secara kritis. Bahkan, tesis tsb membuktikan bahwa pengakuan sebagai dzuriyat Nabi melalui jalur Ba’lawi terkonfirmasi sebagai pengakuan yeng sangat tertolak secara keilmuan Nasab.
Dengan demikian, sikap kritis atas status Ba’lawi sangat diperlukan, karena sikap tsb membantu *melindungi agama* dari kesalahpahaman dan praktek yang mungkin tidak sesuai. Jelas, sikap kritis terhadap status Habib bukanlah tindakan meragukan nilai-nilai keagamaan, melainkan upaya untuk memelihara integritas dan autentisitas tradisi agama. Dalam mempertahankan kebenaran, kita menciptakan lingkungan yang sehat dan berkembang untuk agama kita dan masyarakat secara keseluruhan.
Wallohu aklamu bissowab..... .. ..
Oleh : Agus Suryaman