MULIAKANLAH PARA KYAI KAMPUNG
Diakui atau tidak, selama ini sejarah seringkali bersikap tidak adil dan objektif dalam merekam jejak perjuangan seseorang. Ia hanya fokus terhadap perjuangan orang-orang kota. Sejarah seakan-akan enggan untuk menyorot perjuangan tokoh-tokoh pinggiran yang bertempat tinggal di daerah-daerah pelosok pedesaan (pedalaman). Bahkan, dalam buku-buku sejarah kiprah para kiai yang berjuang di pulau-pulau terpencil dan terbelakang nyaris tak pernah dicatat. Kalaupun ada hanyalah tokoh-tokoh tertentu yang orang kebanyakan mengenalnya (namanya masyhur).
Padahal, jika kita menilik kembali secara objektif sejarah berkembangnya ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari peran aktif para kiai pinggiran tersebut, yang kemudian akrab dikenal dengan sebutan “kiai kampung”. Mereka secara konsisten berjuang di level paling bawah. Bahkan, menjadi ujung tombak dan tombok pertahanan Islam. Kesiapsiagaannya selama 24 jam untuk membantu masyarakat yang membutuhkan tenaganya – baik menyangkut pendidikan (Islam) maupun masalah-masalah kehidupan sosial yang dihadapi masyarakat – adalah wujud nyata perjuangan mereka.
Para jamaah atau warga menaruh harapan besar kepada kiai kampung agar bisa membimbing dalam hal berbagai misalnya dalam beribadah, bersosial masyarakat, dan berbagai pertanyaan seputar persoalan yang berkaitan dengan agama Islam. Sosok kiailah yang nantinya bisa menjawab berbagai persoalan dan pertanyaan dari para jamaahnya.
Melihat sosok kiai kampung, maka jangan lupakan dari sisi semangatnya dalam membentuk dan membimbing karakter umat. Kiai kampung sangat ikhlas dalam mengerjakan segala yang menjadi kebutuhan masyarakat, misalnya menjadi mubaligh, guru ngaji, imam shalat, dan menjadi penggerak dalam acara keagamaan rutin. Dari berbagai rutinitas tersebut kiai kampung sangat ikhlas semata-mata mengharapkan ridlo Allah SWT.
Menurut almarhum KH Abdurrahman Wahid atau kerap biasa dipanggil Gus Dur, "Jangan kau temani atau jadikan guru orang yang perilakunya tidak membangkitkan kamu kepada tuhan dan kata-katanya tidak menunjukan kamu kepada Tuhan". Loh, siapa yang perilakunya jadi contoh bagi kita itu ? kepada Tuhan tidak lain tidak bukan adalah ulama secara keseluruhan walaupun zaman sekarang ada ulama politik dan sebagainya tapi ulama-ulama yang betul-betul masih ikhlas itulah yang kita pegang kalau pakai istilah adalah 'Kiai kampung' yang menghidupi pesantren, mengisi pengajian-pengajian, mempertahankan madrasah mengisi masjid-masjid dengan pengajian, dan sebagainya mereka itulah yang harus kita perhatikan.
Berikut ini merupakan analisa terkait beberapa peran dan semangat kiai kampung yang bisa kita semua pahami dan bisa kita jadi pegangan sebagai contoh teladan yang baik untuk umat atau jamaah dan masyarakat lingkungan sekitar.
Pertama, Kiai kampung sebagai penggerak acara keagamaan rutin. Acara keagamaan Islam merupakan rangkaian yang selalu diperingati sebagai wujud rasa syukur atas pemberian nikmat yang Allah SWT berikan kepada hambanya. Wujud acara keagamaan Islam misalnya acara slametan dan tahlilan atas meninggalnya seseorang, acara peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, acara peringatan 1 Muharram, dan yang lainnya.
Tentunya, ada tugas terkhusus sebagai kiai kampung. Kiai kampung yang harus menjadi penggerak dalam acara keagamaan tersebut. Bukan hanya sekedar sebagai penggerak saja, namun terkadang diminta juga untuk mengisi ceramah dan memimpin do’a dalam rangkaian acara keagamaan Islam.
Kedua, Kiai kampung sebagai guru ngaji madrasah atau pesantren. Hidup di perkampungan biasanya kiai kampung identik menjadi seorang guru ngaji di madrasah dan pesantren yang ada di desanya. Kiai kampung memberikan segala ilmu dan pengetahuan yang sudah didapatkannya semenjak menimba ilmu pesantren untuk bisa para santri atau masyarakat awam bisa memperoleh pengetahuannya seputar pemahaman agama Islam.
Kesediaan kiai kampung dalam membimbing masyarakat awam pedesaan beliau lakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT dan selalu mengajak agar terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keadaan perkampungan biasanya masih banyak orang-orang yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan belum tahu tentang tata cara beribadah. Maka kiai kampung akan membimbing dengan sabar.
Ketiga, Kiai kampung sebagai orang yang ahli pengobatan. Tidak jarang pula kiai kampung juga sebagai seseorang yang ahli dalam pengobatan, dengan media air putih yang dibacakan do’a atas berbagai keadaan buruk ataupun sakit yang menimpa diri seseorang. Karena keikhlasan do’a yang tulus kiai kampung walhasil segala hajat yang dimintanya d ijabah oleh Allah SWT dan kegiatan yang demikian bukanlah hal musyrik karena masyarakat tetap menganggap bahwa kesembuhan yang mereka dapat itu datang dari Allah SWT, dan kiai hanyalah perantaranya saja.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh KH Abdurrahman atau Gus Dur, maka dapat disimpulkan bahwa seorang kiai kampung haruslah mampu membentuk mental spiritual masyarakat dan sebagai perekat umat agar selalu terciptanya suasana yang tentram dan harmonis. Bahkan bukan itu saja, kiai kampung posisinya sebagai lentera penerang di lingkungan sekitar dan berperan besar sebagai seseorang yang mampu membimbing secara rohani menuju jalan terang dan sebagai panutan hidup.
Istilah kiai kampung sebenarnya sudah lama dipopulerkan oleh Gus Dur, ya tentu karena melihat sikap dan semangat keikhlasan perjuangan gigihnya berjuang di jalan kebenaran dan menuntut umat agar selalu terjalin komunikasi secara rohaniyah dengan Allah SWT. Maka dari itu, Muliakanlah para kiai kampung di manapun berada, karena beliau-beliaulah yang terus menerus memberikan ketentraman hidup dan selalu mengajak kebaikan kepada masyarakat.
Waallahu Aklamu bissowaab...... .........