Sidebar ADS

ANTARA KAIDAH ITSBAT DAN NAFI DALAM NASAB

ANTARA KAIDAH ITSBAT DAN NAFI DALAM NASAB 

Sering kali disebut-sebut kaidah antara nafi dan itsbat mana yang harus lebih  didahulukan ?? 

Abdurrahman al Qoroja menjawab permasalahan ini dengan: “yang didahulukan adalah yang memiliki hujjah yang terkuat, dan yang memiliki poin-poin prioritas dalam menerima nasab, yaitu: priotitas dalam masa, tempat, pengetahuan (tentang tokoh yang akan ditetapkan nasabnya), dan keadilan.” [al Kafi al Muntakhob, hal 130]. 

Poin-poin itu sudah saya jelaskan di dalam vidio saya di link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=0D49vGM-O-4&t=885s.silahkan simak saja penjelasnnya

Maka dalam permasalahan ini tidak ada kaidah yang pasti mengenai mana yang lebih di dahulukan, tetapi yang lebih harus didahulukan adalah yang memiliki hujjah dan argumentasi yang terkuat di antara keduanya.

Nama Ubaidillah Tidak Disebut Di Dalam Kitab-Kitab Nasab Bukan Berarti Tidak Ada ?? Apakah Tetap dibutuhkan Data Sezaman ??

Habib Hatim bin Muhammad al Jufri di dalam “As Saadah Al Alawi Al Uraidhiyyunal Husainiyyun” hal.119 dengan mengutip dari al Kattani mengatakan: 

إذا عدم
ال
واعلم أن عدم ذكر نسب أو فخذ في كتاب ال يقضى بعدم وجوده ولو بجزم صاحب الكتاب إ
وجودهَعندَالكتبَالمعتمدةَالخرىَفيَالفن. 

“ketahuilah bahwa tidak disebutnya sebuah nasab atau pangkal nasab di dalam kitab itu tidak bisa dihukumi akan ketiadaan nasab tersebut, meskipun seorang penulis kitab sudah memastikannya, kecuali ketika wujud nasab (nama) tersebut sama sekali tidak ditemukan di dalam kitab-kitab nasab otentik yang lain.”

Pertanyaannya: apakah nama Ubaidillah ditemukan di dalam kitab-kitab nasab yang otentik ?? padahal sudah lewat 550 tahun semenjak kewafatan Ahmad bin Isa. 

Maka di sini betapa pentingnya data sezaman, agar mengetahui kebenaran Ubaidillah sebagai putra Ahmad bin Isa. 

Data sezaman dibutuhkan; karena ilmu nasab adalah bagian dari ilmu sejarah.Dalam menguji sebuah kejadian tentu membutuhkan data yang semasa dengan kejadian tersebut. Agar dapat dinilai seberapa jauh kebenaran dari kejadian tersebut. Begitu pula dengan meneliti sebuah nasab, khususnya nasab Baalawi, jika ingin menguji ketersambungannya kepada Rasulullah saw maka yang dilakukan oleh seorang peneliti adalah sebagai berikut: 

👉1. Mengkaji silsilah yang sedang dikaji dengan kajian nasab yang murni yeng memiliki beberapa tahapan:

 (a) tahrirun nasab “menguji nasab” dengan meniliti nama-nama dalam silsilah itu satu persatu. 

(b) menghitung setiap generasi di dalam silsilah nasab dari sisi kelahiran dan kewafatan masing-masing generasi
dari buku-buku sejarah. 

(c) melakukan muqobalah (komparasi) dengan nasabnasab yang lain dari sumber-sumber kitab nasab yang otentik.

👉2. Mengkaji silsilah nasab dengan kajian sejarah murni, yaitu dengan menyodorkan silsilah nasab tersebut sesuai dengan perjalanan sejarah, memperhatikan nasab-nasab itu apakah sinkron dengan sejarah yang ada dari masa ke masa atau tidak.

👉3. Mengkaji nasab dengan kajian geografis, artinya menelusuri masing-masing generasi secara geografi di dalam peta suatu daerah atau tempat, mengetahui perpindahan generasi-generasi itu dari satu tempat ke tempat yang lain, dan mengetahui kapan terjadinya perpindahan itu. Tentu jika silsilah asli maka akan meninggalkan pengaruh tabiat kepada masyarakat di tempat yang dijadikan tempat tinggal. 

Dan jika tidak ditemukan pengaruhnya, maka silsilah tersebut terindikasi palsu; karena tidak memiliki bukti ketika ditelusuri. Dan ini merupakan bukti terkuat dalam kepalsuan nasab. 

👉4. Mengkaji silsilah dalam sudut pandang ilmu sosiologi, yaitu dengan mengkaji pemikiran, idiologi, dan psikologi. Nasab yang shohih dapat ditemukan tandatanda kebenarannya di ujung nasab, dapat ditemukan juga pada bagian tengah dan bagian yang bawah, rantai kebenarannya dapat ditemukan di generasi yang awal, ditengah dan di akhir

👉5. Tidak mencukupkan diri dengan 4 poin di atas, tetapi penelitiannya hrus lebih mendalam lagi dengan tujuan lebih memastikan lagi kebenaran dan ketersambungan dari satu generasi kepada generasi yang lain. [Husain Haidar al Hasyimi, Rosail fi Ilmil Ansab, hal 183-186].

Maka proses ini sudah bisa difahami betapa pentingnya data sezaman, untuk mengkonfirmasi akan ketersambungan antara satu generasi dengan generasi selanjutnya. 

Apalagi dalam mengkaji sebuah nasab yang diklaim sebagai nasab yang paling shohih sedunia. 

Karena banyak klaim yang menyatakan dengan jelas bahwa nasab Baalawi adalah nasab yang paling shohih sedunia, bahkan nasab yang disepakati oleh seluruh ulama sedunia. Tetapi jika ditelusuri, misalnya: Muhammad bin Ali Baalawi.

Wallohu aklamu bissowaab............
qsantri.com

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS