DIALAH PEMILIK SIFAT MALU & RENDAH DIRI
Pamor umat muslim yang menyandang embel-embel gelar 'Dzuriyah Nabi SAW' biasanya lebih mentereng di mata masyarakat. Celakanya, pelabelan gelar itu kerap disalahgunakan untuk kepentingan ekonomi, penipuan, dan menaikkan pamor serta kepentingan politik.
Bahwa label Dzuriyah Nabi SAW adalah gelar sakral yang dinisbatkan kepada orang-orang keturunan Nabi Muhammad SAW, yang sejak dulu mendapat tempat khusus dan dihormati di tengah masyarakat.
Karena keistimewaan itulah, segelintir klan asalnya dari negri padang pasir yang miskin datang ke Nusantara atas campur tangan Belanda, nekat memanipulasi identitas diri dan mengakui sebagai Dzuriyah Nabi dengan kepalsuannya untuk motif tertentu demi tujuan mengeruk keuntungan.
Praktek semacam ini mesti diseret ke ranah hukum agar memberi efek jera kepada orang mencatut nama Dzuriyah Nabi demi meraih keuntungan pribadi dan klanya. Kalau cuma hanya tesis dan penelitian tidak ada artinya. Nanti pindah ke luar daerah, mengulangi perbuatannya. Dahulu Syarif Aun penguasa Hijaz kala itu telah memberi pelajaran bagi penyandang gelar Dzuriyah Nabi palsu.
Ternyata perkara Dzuriyah Nabi palsu biasanya tak jauh dari urusan fulus (duit). Anehnya masyarakat terlalu mudah percaya kepada orang yang mengaku-ngaku sebagai Dzuriyah Nabi tanpa menelitinya terlebih dahulu, apalagi berwajah Arab.
Masyarakat mestinya teliti dengan dasar tesis milik Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani maka tidak akan mudah untuk ditipu. Kalau orang yang bukan sebagai Dzuriyah Nabi mengaku-ngaku bagian dari Dzuriyah Nabi ujung-ujungnya pasti akan menipu.
Bahwa Dzuriyah Nabi SAW yang asli tidaklah rasis bisa dilihat dari sifat serta akhlaqnya mengikuti kakeknya, sifat malu dan rendah hatinya melebihi dari manusia pada umumnya. Merekalah para Kiai yang terkadang sering kita lupakan dan disepelekan, karena membuminya ada di setiap pelosok kampung.
Waallahu Aklamu bissowaab .........
@qsantri.com