Sidebar ADS

KASULTANAN DEMAK BINTORO KERAJAAN ISLAM PERTAMA KALINYA DI NUSANTARA

KASULTANAN DEMAK BINTORO KERAJAAN ISLAM PERTAMA KALINYA DI NUSANTARA 

Kesultanan Islam yang pertama dipulau Jawa adalah Kerajaan Islam Demak. Kesultanan ini lebih populer dengan sebutan Kerajaan Demak.
Melansir dari buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) karya Siti Wahidoh, para ahli memperkirakan bahwa Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500 M. Letak dari kerajaan Demak ini di Bintoro dekat muara Sungai Demak.

Pusat Kerajaan Demak terletak di Pelabuhan Bergota dan Jepara. Raja-raja yang memerintah di Demak yaitu Raden Patah sebagai pendiri sekaligus Raja pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawoto, dan Arya Penangsang. Demak memiliki peran yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara lainnya.

Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya Masih dalam buku yang sama, dikisahkan berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir pantai utara Jawa. Daerah-daerah pesisir tersebut misalnya saja seperti Tuban dan Cirebon yang sudah mendapatkan pengaruh agama Islam.

Merangkum dari buku Jejak-jejak Islam karya Ahmad Rofi Usmani dan buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) karya Siti Wahidoh para ahli sejarah menyebut Raden Patah berkuasa pada 906-924 H atau 1500-1518 M.

Raden Patah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai Raja Demak, secara langsung oleh Sunan Ampel Denta dan didukung oleh anggota wali lainnya.

Pada masa pemerintahannya inilah, wilayah dari Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga, Masjid Demak didirikan yang dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak.

Pada waktu Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 M, Raden Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Pasalnya, jatuhnya Kerajaan Malaka berarti juga putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putranya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka.

Namun, usaha tersebut tidak berhasil hingga akhirnya Raden Patah meninggal dunia pada 1518 M. Ia digantikan oleh putranya, Pati Unus. Namun, tak berselang lama yaitu pada 1521 M, Pati Unus pun meninggal dalam usahanya untuk melawan Portugis.

Akhirnya Kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono. Ia menjadi raja Kerajaan Demak ketiga dan merupakan Raja Demak yang terbesar. Sultan Trenggono berkuasa pada 1524-1548 M. Pada waktu inilah Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya.

Bahkan, agama Islam lebih berkembang secara luas. Sultan Trenggono mengirim Fatahillah ke Banten bersama dengan Syarif Hidayatullah pada akhirnya berhasil menaklukan Banten dan Pajajaran.

Tak berhenti sampai di situ saja, Sultan Trenggono juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Jawa Tengah bagian selatan dan Jawa Timur. Namun, dalam usahanya menguasai Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono akhirnya gugur.

Dalam keadaan gugur tersebut, Sultan Trenggono belum sempat untuk menguasai Pasuruan dan Blambangan. Suksesi kerajaan berpindah ke tangan putranya, Sunan Prawoto.

Setelah Sultan Trenggono wafat, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang (Bupati Jipang) yang merasa lebih berhak atas takhta Kerajaan Demak.

Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah hingga akhirnya Sunan Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang, bahkan Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto yang bernama Pangeran Hadiri.

Sejarah Masjid Demak yang Dibangun pada Masa Pemerintahan Raden Patah. Arya Penangsang akhirnya menduduki takhta Demak usai pembunuhan tersebut. Namun, usaha Arya Penangsang menjadi raja dihalangi oleh Jaka Tingkir, menantu dari Sultan Trenggono. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi perang saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir.

Setelah terjadinya hal tersebut, Jaka Tingkir menjadi raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Kemudian, ia memindahkan pusat kerajaan ke daerah Pajang. Dari perang bersaudara inilah Kerajaan Demak berakhir.

Wallohu aklamu bissowaab...............
~~~~~www.qsantri.com~~~~~

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS