KITAB AR RAUDHUL JALIY FI NASAB BANI ALAWI MENGITSBAT BAALAWI
Dilihat dari judulnya saja, kitab ini membahas secara khusus tentang nasab Baalawi. Tetapi jika tidak diteliti dan didalami, maka akan diamini seluruh isinya begitusaja, dan selesai. Padahal jika diteliti tidaklah seperti itu. Kitab ini memiliki banyak kerancuan isi.
Di mulai dari kisah kehijrahan Ahmad bin Isa
ke Hadramaut, pengutipan dari Mush’ab Az Zubairi, surat menyurat antara al Azwarqoni dan Ali bin Alwi (cucu Faqih Muqoddam), sosok Salim bin Bashri, dan masih banyak lagi.
Jika diteliti dan diperdalam, maka itu semua membuahkan kerancuan yang tidak dapat diterima oleh logika. Bahkanmuhaqqiq kitab itu sendiri yaitu Muhammad Abu Bakar Badzib juga meragukan penisbatan kitab ini kepada Murtadho Az Zabidi. Maka apakah layak kitab ini disebut sebagai sebuah kitab yang mengitsbat nasab Baalawi ??
jika Kyai Fahrur Rozi tidak percaya dengan ini, silahkan telaah saja muqoddimah tahqiq yang disusun oleh pentahqiqnya, maka anda akan menemukan apa yang saya tuliskan di sini. [Muhammad Abu Bakar Ba Dzib, Muqoddimah Tahqiq kitab Ar Raudhul Jaliy, hal 41-49]
Seandainya kitab itu benar-benar merupakan karya dari Murtadho Az Zabidi, maka pandangan beliau dapat diterima dan dapat ditolak.Sebagaimana penuturan dari Abdurrahman al Qoroja di dalam “al Kafil Muntakhob” (hal 128), beliau berkata:
👇
“Adapun pandangan ulama tentang Az Zabidi, maka yang saya ketahui bahwa beliau tidak dinilai cacat oleh seorang pun (dari kalangan ulama), kecuali al Jabarti sebagaimana dikatakan, saya tidak menemukanya, dan itupun karena ada sesuatu antara keduanya. Dan pandangan yang benar bahwa pendapat az Zabidi seperti ulama yang lain, dapat diterima dan dapat ditolak.”
Begitu juga dengan kitab "An Nafhah al Anbariyyah fi Ansab Khoril Bariyyah" karya Muhammad Kadzim bin Abil Futuh al Yamani al Musawi, juga dipandang oleh Abdurrahman al Qoroja ia bukanlah hujjah yang kuat meskipun dapat diambil manfaatnya, dan secara mayoritas data-datanya diambil dari penduduk Yaman. [al Kafil Muntakhob, hal 128]
Wal hasil, kesimpulan dari beberapa judul
kitab yang disebutkan oleh Kyai Fahrur itu perlu diteliti ulang; karena tidak semua karya-karya ulama dalam hal tarikh atau sejarah dapat dijadikan sebagai dasar utama di dalam keshohihan nasab. Karena kitabkitab sejarah dan biografi tidak bertujuan untuk menetapkan nasab. Maka Abdurrahman al Qoroja menuliskan:
مصادرَليستَغايتهاَالنساب:َكتبَالتراجمَوالتاريخ:َهذهَالمصادرَعموماَليسَمنَغايتهاَ
تحقيقَالنساب، علىَقدرَتناولَالج
ة
ص
ة وعدالة المترجم له أو ذكره ضمن سياق ق
وانب الشخصي
تاريخية
اط أو
، ومع ذلك يستثنى بعضكتب الطبقات التي رت بت على النسابكطبقات ابن الخي
اعتنيَفيهاَبالنسابَعنايةَفائقةَكطبقاتَابنَسعد.َ
Sumber-sumber yang tidak bertujuan membahas nasab: yaitu kitab-kitab biografi dan sejarah. Sumber-sumber ini tidak bertujuan untuk meneliti nasab, tetapi hanyasekedar mencakup sisi-sisi kepribadian tokoh yang disebutkan biografinya, keadilan tokoh tersebut, atau hanya menyebutkan tokoh yang tercakup di dalam kisah sejarah.
Meski demikian, terdapat pengecualian, yaitu beberapa kitab-kitab Thobaqot yang diurutkan sesuai dengan nasab seperti Thobaqot Ibnul Khoyyath, atau kitab thobaqot yang mengkaji nasab dengan kajian yang lebih, seperti: kitab Thobaqot Ibnu Sa’ad”. [al Kafil Muntakhob, hal 111]
Maka keterangan ini menunjukkan bahwa ketika sebuah nasab ditemukan di dalam kitab-kitab sejarah, maka belum tentu nasab tesebut adalah nasab yang shohih, tetapi harus diuji terlebih dahulu, apakah penulisnya termasuk dalam kategori tokoh yang memiliki perhatian khusus dalam kajian nasab, jika iya, maka bisa materinya bisa menjadi hujjah. tetapi jika tidak termasuk, maka penilitian mengenai nasab tersebut memerlukan kajian yang mendalam. Antara Kaidah Itsb
Wallohu aklamu bissowaab.........
www.qsantri.com