Sidebar ADS

INILAH LIMA MOTIF MEMALSUKAN DENGAN MENGATASNAMAKAN KANJENG NABI S.A.W

LIMA MOTIF MEMALSUKAN DENGAN MENGATASNAMAKAN KANJENG NABI 

Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

من حدث عني بحديث يرى أنه كاذب فهو أحد الكاذبين

“Siapa yang menyampaikan informasi tentangku padahal ia mengetahui informasi itu bohong, maka ia termasuk pembohong,” (HR Muslim).

Ada lima hal yang mendorong orang untuk memalsukan atau berbohongan dengan mengatasnamakan Nabi Muhammad SAW ke khayalak umum :

Pertama, untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya, pemalsu mengatasnamakan Rasulullah agar orang lain termotivasi untuk beribadah. Memang niatnya bagus, tetapi caranya tidak benar.

Salah satu pemalsu yang melakukan cara ini adalah Maysarah bin Abdu Rabbihi. Ibnu Mahdi, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, pernah bertanya kepada Maysarah:

من أين جئت بهذه الأحاديث، من قرأ كذا فله كذا؟ قال وضعتها أرغب الناس

'’Dari mana kamu mendapatkan hadits ini, orang yang membaca ini mendapatkan ganjaran ini?’ Maysarah menjawab, ‘Saya memalsukannya supaya orang-orang termotivasi.’”

Kedua, untuk merusak Islam dari dalam. Sebagian musuh Islam membuat berita bohong dengan mengatasnamakan Nabi SAW agar umat Islam terpecah belah dan salah memahami agamanya. Di antara orang yang pernah melakukan ini adalah Muhammad bin Sa’id As-Syami.

Ketiga, untuk mendekati penguasa. Sebagian mereka membuat cerita maupun kabar palsu dengan mengatasnamakan Nabi SAW yang berkaitan dengan penguasa. Tujuannya untuk memuji dan mendekati penguasa. Misalnya, kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang memalsukan hadits supaya bisa dekat dengan Amirul Mukminin Al-Mahdi.

Keempat, untuk mencari rejeki. Biasanya hal ini dilakoni oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pecerita atau pendongeng. Melalui cerita-cerita itu ia mendapatkan uang dari pendengarnya. Untuk menarik pendengar, sebagian mereka memalsukan dengan mengatasnamakan Nabi SAW. Di antara yang melakukan ini adalah Abu Sa’id Al-Mada’ini.

Kelima, untuk mencari popularitas. Supaya orang yang meriwayatkan ini semakin populer dan dikenal banyak orang, mereka membuat kepalsuan dengan mengatasnamakan Nabi SAW yang tidak pernah diriwayatkan oleh orang lain. Melalui kepalsu itu mereka semakin dikenal karena tidak ada yang meriwayatkan selain dia. Di antara yang memalsukan itu demi popularitas adalah Ibnu Abi Dahiyyah.

Oleh karena itu berhati-hatilah di zaman akhir ini memalsukan dengan mengatasnamakan Nabi SAW sudah sangat canggih dengan mengikuti perkembangan zaman. Misal, mengemis di jalan atau minta sumbangan dan infaq ke warga dengan alasan untuk peringatan acara-acara hari besar Islam, namun tujuanan utamanya utuk memperkaya diri serta memenuhi nasfu dirinya sendiri.

Yang paling parah mengklaim dengan berkata "Di dalam diri saya mengalir darah Rasulullah SAW" untuk tujuan hanya ingin memenuhi hawa nafsunya.

Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

"Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman." (HR Muslim 49)

Para ulama mengatakan, diam terhadap kemungkaran dan kezaliman adalah setan bisu. Abu Ali Ad-Daqaq rahimahullah mengatakan:

ُ مَنْ سَكَتَعَن ِالْحَقِّفَهُوَ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ

"Siapa yang diam saja, tidak menyatakan Al-Haq (kebenaran), maka dia adalah setan bisu." (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/20)


Wallahu Aklamu bissowaab.......
qsantri.com

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS