Sidebar ADS

DIPERINTAHKAN BERTAWADHU BUKAN UNTUK MERUBAH NAMA ASLI SESEORANG

DIPERINTAHKAN BERTAWADHU BUKAN UNTUK MERUBAH NAMA ASLI SESEORANG  

Konon ada cerita bahwa ada seorang bernama Abdullah bin Ahmad seorang yang tawadhu, lantas ia merasa tidak pantas bernama Abdullah (hamba Allah), maka ia  merubah namanya sebagai Ubaid (hamba kecil), tanpa lafadz “Allah”. Lantas apakah sikap tawadhu itu harus merubah nama asli seseorang?? Berikut ulasannya.

Secara etimologi, kata "tawadhu" berasal dari akar kata "wadh'a," yang memiliki arti merendahkan. Serta juga berasal dari kata "ittadha'a" dengan arti merendahkan diri.

Imam Ghozali dalam Ihya Ulumudin menjelaskan tawadhu adalah mengeluarkan kedudukanmu atau kita dan menganggap orang lain lebih utama dari kita. Tawadhu menurut Ibnu Athoila dalam Al-Hikam adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah dan terbukanya sifat-sifat Allah.

Dari pendapat ulama ahli tasawuf diatas dapat dimengerti bahwa tawadhu itu sifat cara bersikap, bukan untuk merubah nama asli seseorang.

Secara umum tawadhu artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Seseorang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih unggul daripada orang lain. Maka akan sangat percuma jika merubah nama diri atas alasan tawadhu, namun sangat rasis menganggap rendah terhadap yang lain karena alasan nasab, misalnya.

Di dalam Al-Qur'an tidak ditemukan istilah langsung yang merujuk ke tawadhu, tetapi disebutkan kata yang memiliki kesamaan arti seperti rendah diri, merendah dan tidak sombong. Berikut beberapa firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an tentang perintah untuk tawadhu:

1. Perintah untuk Bertawadhu saat Berdoa

قُلْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۚ لَىِٕنْ اَنْجٰىنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan dengan kerendahan hati dan suara yang lembut?" (Dengan mengatakan), "Jika Dia melindungi kami dari bencana ini, pasti kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur." (QS Al-An'am: 63)

2. Perintah untuk Bertawadhu kepada Orang Tua

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Artinya: "Dan rendahkanlah dirimu di hadapan keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkan, "Ya Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah merawatku ketika aku masih kecil." (QS Al-Isra: 24)

3. Perintah untuk Bertawadhu kepada Orang Lain

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat terdekatmu (Muhammad), serta rendahkan dirimu dihadapan orang-orang yang beriman yang mengikuti petunjukmu" (QS Asy-Syu'ara: 214)

4. Perintah untuk Bertawadhu dalam Memohon

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَآ اِلٰٓى اُمَمٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَاَخَذْنٰهُمْ بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ

Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati." (QS Al-An'am: 42)

5. Perintah untuk Bertawadhu dalam Berdzikir

وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ

Artinya: "Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan kerendahan hati dan rasa takut, serta jangan mengeraskan suaramu, baik di waktu pagi maupun petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah." (QS Al-A'raf: 205)

Bahwa Tawadhu adalah salah satu sifat terpuji dalam Islam. Oleh karena itu, memiliki tawadhu membawa beberapa keutamaan, dan itulah mengapa kita harus tetap mempraktikkan sifat rendah hati ini. Berikut beberapa keutamaan tawadhu:

1. Derajatnya terangkat

Allah SWT akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang tawadhu sehingga manusia pun menghormatinya. Rasulullah SAW bersabda,

"Tawadhu, tidak ada yang bertambah bagi seorang hamba kecuali ketinggian derajatnya. Oleh karena itu tawadhulah kamu, niscaya Allah akan meninggikan derajatmu." (HR. Dailami)

2. Hamba yang dibanggakan

Orang yang tawadhu dibanggakan sebagai hamba Allah SWT sehingga diapun termasuk hamba yang disayangi. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT,

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

Artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan kerendahan hati dan jika orang-orang jahil menyapa, mereka akan mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS Al-Furqan: 63)

3. Dimasukkan ke dalam surga

Surga adalah milik Allah SWT, Dia senang kepada orang yang tawadhu dan membenci orang yang sombong. Karenanya, Dia akan memasukkan orang tawadhu ke dalam surga. Allah SWT berfirman,

تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

Artinya: "Negeri akhirat telah Kami sediakan bagi mereka yang tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah hak bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Qasas: 83)

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
Oleh : www.qsantri.com 

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS