Sidebar ADS

HAJI SINGAPURA MENYENGSARAKAN PRIBUMI

HAJI SINGAPURA MENYENGSARAKAN PRIBUMI

Mimpi masyarakat Indonesia untuk Naik Haji sudah besar sejak dulu. Sejak penjajahan Belanda, ribuan orang di Nusantara sudah menuaikan Ibadah Haji ke Tanah Suci. Mereka berlayar lebih dari tiga bulan menerjang lautan dari Hindia Belanda ke Arab Saudi.

Biaya naik haji di abad 19 tak murah. Kira-kira butuh uang jaminan sekitar 500 gulden. Bandingkan dengan gaji serdadu kolonial rendahan yang hanya 7-8 gulden per minggu.

Untuk tuan tanah atau kiai yang kaya, tak ada masalah dengan biaya yang besar. Namun bagi orang kebanyakan, mereka harus menabung puluhan tahun untuk bisa naik haji.

Munculah agen-agen haji yang menawarkan aneka kemudahan untuk orang-orang kebanyakan yang ingin naik haji. Mereka diiming-imingi pinjaman dengan jaminan tanah atau kerja. Banyak orang yang tergiur dan kemudian menandatangani kontrak dengan agen haji seperti ini.

Sebenarnya banyak agen haji ini hanya mencari keuntungan semata. Mereka bisa mendapat tanah dengan murah dari orang-orang yang mau naik haji. Yang tak punya tanah, kemudian dikontrak harus kerja bertahun-tahun di Singapura untuk membayar hutang mereka. Dari sanalah masyarakat menyebut mereka sebagai 'Haji Singapura'.

Ada versi lain soal istilah Haji Singapura ini. Menurut sejarawan Jakarta, JJ Rizal, mereka adalah orang-orang Indonesia yang tertipu agen perjalanan haji ke Makkah.

Karena antusiasme berhaji orang-orang Islam di Indonesia sangat tinggi, plus panjangnya antrean perjalanan kapal ke tanah suci, mereka mencari cara mudah lain. Misalnya menerima tawaran pinjaman uang dan layanan pemberangkatan haji dari orang-orang Arab dan Hadramaut, Yaman. Agen-agen itu mengaku memiliki akses ke tanah suci secara cepat.

Mendapat tawaran menarik, akhirnya orang-orang mau meminjam uang kepada agen. Sayangnya bekal uang pinjaman ternyata tidak cukup buat perjalanan ke sana. Mereka tertipu hingga akhirnya terdampar di Singapura dan Malaysia.

Akan tapi beberapa orang kembali menjadi haji palsu, beberapa membusuk di sana. Makanya dulu populer ada istilah haji Singapura.

Dalam buku Biro Perjalanan Haji di Indonesia Masa Kolonial: Agen Herklots dan Firma Alsegoff & co, Arsip Nasional Republik Indonesia yang terbit tahun 2001, tercatat peejalanan ibadah haji telah menawarkan bisnis tersendiri bagi penjajah kolonial.

Dalam arsip perjalanan haji sejak abad ke-19 dan awal abad ke-20, jemaah haji banyak dirugikan sebagai akibat upaya monopoli pemerintah Hindia Belanda. Kondisi itu diperparah dengan miskinnya pengetahuan calon jemaah haji mengenai situasi di Negeri Jazirah Arab itu.

Akibatnya, para calon jemaah haji harus membayar biaya lebih mahal dari yang seharusnya. Bahkan, parahnya, calon jemaah haji rela hidup dalam perbudakan sebagai kuli kontrak.

Pada 1883an, meningkatnya minat para calon haji membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda menawarkan kuota haji ke pihak-pihak swasta. Tetapi, kebijakan itu selanjutnya menimbulkan persoalan.

Kelompok-kelompok pribumi pro Belanda, Indo-Eropa maupun Arab dan keturunan lainnya mendirikan biro perjalanan haji. Kemunculan biro perjalanan haji justru menjadi masalah karena mengeruk keuntungan tanpa memperhatikan keselamatan.

Hari ini pun tidak sedikit biro haji swasta yang bermasalah, bisa jadi pengelolanya itu ada pertalian darah dengan biro haji swasta di masa lalu. Maka berhati-hatilah....

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
   
https://www.facebook.com/pg/qsantri.eu.org/posts/qsantri.com/paid_online_events

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS