Sidebar ADS

MEMEGANG KEPALA TANDA PENGHINAAN

MEMEGANG KEPALA TANDA PENGHINAAN 

Kalau kata kakek saiya "tidak sopan pegang kepala orang lain." Di tata krama pergaulan jawa memegang kepala orang dewasa atau lawan jenis itu dianggap tidak sopan, akan tetapi kalau orang dewasa memegang kepala anak yang lebih muda itu diijinkan.

Di keluarga saiya, kami tidak biasa membelai-belai rambut bapak-ibu atau antar saudara maupun teman, karena itu dianggap tidak sopan.

Orang-orang yang notabenenya terhormat baik kecil atau dewasa tidak diijinkan dipegang kepalanya oleh orang lain. Dalam pergaulan pun meskipun memiliki warna yang setara juga jarang yang pegang kepala teman-temannya.

Memegang kepala bagi orang Indonesia dianggap sangat tidak sopan dan tabu serta sebuah simbol penghinaan. Seseorang akan merasa kesal bahkan marah jika dipegang kepalanya, apapun alasannya.

Namun, sejak kapan memegang kepala ini dianggap sangat tidak sopan?

Muhammad Muhibuddin dalam bukunya ‘Laksamana Cheng Ho’ (2019) menuliskan bahwa memegang kepala sudah menjadi larangan sejak zaman Majapahit.

Bahwa seorang penulis Cina, Ma Huan dalam karyanya Ying Ya Sheng Lan (Pemandangan Indah di Seberang Lautan) mencatat bahwa laki-laki Jawa di Kerajaan Majapahit mempunyai satu pantangan keras, yakni kepala.

Dalam catatan Ma Huan, memegang kepala seseorang dianggap kejahatan terbesar. Jika ada orang yang seenaknya memegang kepala orang lain, bisa berujung ke saling tikam dengan keris.

Dari catatan Ma Huan ini, setidaknya kita tahu, bahwa memegang kepala seseorang sudah dianggap tabu sejak zaman dulu.

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
https://www.qsantri.com/search/label/Quran 

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS