Sidebar ADS

PERBINCANGAN SOAL NASAB BAALAWI MENJADI TRENDING SE ASEA TENGGARA

PERBINCANGAN SOAL NASAB BAALAWI  MENJADI TRENDING SE ASEA TENGGARA

Seorang ulama Nahdlatul Ulama bernama kyai Imaduddin Utsman baru-baru ini menantang klaim yang sudah lama diterima bahwa Muslim BaAlawi keturunan Hadhrami juga dikenal di Indonesia. karena habaib adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Tantangan tersebut muncul dari pemeriksaan kritisnya terhadap catatan yang ada mengenai silsilah Nabi dari abad kelima hingga abad kesepuluh Islam.Tantangannya yang belum pernah terjadi sebelumnya menimbulkan kontroversi di Indonesia. Yang lebih mengejutkan lagi, hal itu datang dari seorang ulama yang berlatar belakang tradisionalis. 

Perdebatan yang terjadi pun tidak terhindarkan karena komunitas habaib harus mempertahankan nenek moyang mereka, dan ikut membela mereka adalah beberapa cendekiawan Muslim asal Jawa. Namun, kyai Imaduddin secara aktif membantah tanggapan mereka, bersama dengan beberapa cendekiawan non-Arab lainnya yang berpikiran sama.

Artikel ini mengkaji perdebatan di mana kedua belah pihak memaparkan dokumen dan teori tentang (dis) hubungannya silsilah BaAlawi dengan Nabi Muhammad SAW. Kami berpendapat bahwa meskipun penelitian kyai Imaduddin tidak sepenuh nya membatalkan silsilah Ba'Alawi, namun habaib belum sepenuhnya meyakinkan dari sudut pandang kyai Imaduddin tentang silsilah mereka.

Meski demikian, otoritas habaib tetap utuh meski ada tantangan terhadap garis keturunan mereka. Sebab, mereka dapat memperoleh kewenangannya dari faktor lain di luar garis keturunannya.
DiIndonesia, terdapat kelompok komunitas Hadhrami di Jawa, dan berbagai provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Meskipun jumlah pastinya tidak diketahui, terdapat statistik yang menunjukkan lebih dari 13.000 Ba'Alawi Indonesia pada tahun 2017 (Kumparan, 13 Januari 2017). Namun, jumlah ini hanya mencerminkan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Jabodetabek, dan oleh karena itu seharus nya lebih kecil dari angka sebenarnya. 

Perkiraan populer di situs berita online menyebutkan jumlahnya bisa mencapai sekitar 1,2 juta (Andi 2023). Ba'Alawi di Indonesia biasa disebut dengan habaib, 
bentuk jamak dari habib, yang berarti "yang tercinta", dan istilah ini sering digunakan sebagai sebutan kehormatan bagi ulama laki-laki dari garis keturunan Ba Alawi. Laki-laki Ba Alawi sering menyandang gelar "Syed" didepan nama nya sedangkan perempuan bergelar "Sharifah". Meskipun hal ini merupakan praktik yang umum, jarang ada Ba Alawi laki-laki Indonesia yang hanya dikenal sebagai habib.

Ada beberapa habaib Indonesia yang dikenal masyarakat Islam pada 
umumnya, yang sebagian besar adalah ulama. Misalnya, Habib Ali AlHabsyi (1839-1913) adalah penulis Simth Ad-Dhurar, sebuah buku terkenal tentang kisah hidup dan pujian Nabi Muhammad yang sering dibacakan oleh umat Islam tradisionalis. Ada pula Habib Hasan 
Baharun (1934-99) yang mendirikan pesantren dijawa Timur yang mengkhususkan diri pada bahasa Arab dan dakwah Islam. Di antara mereka yang masih hidup adalah Habib Luthfi bin Yahya (lahir 1947), pemimpin Komunitas Tarekat Sufi (JATMAN) saat ini dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden. 

Salah satu anggota komunitas habaib yang lebih muda adalah Habib Husein Al Hadar (lahir 1988) yang dikenal suka berdakwah tentang Islam dengan cara yang menarik bagi generasi milenial. "This would include Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi. 5 There are also habaib who are known in other fields. Some names include former Minister of Foreign Affairs Ali Alatas (served from 1988 to 1999), rock singer Ahmad Albar (b.1946), journalist Najwa Shihab (b. 1977), and actress Atiqah Hasiholan (b. 1982). Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771-1808) was also a well-known ruler of the Sultanate of Pontianak, West Kalimantan. Ada pula Profesor Muhammad Quraish Shihab, seorang penulis produktif yang
menulis tentang Al-Qur'an dan menghasilkan tafsirnya sendiri. Meskipun menjadi anggota komunitas habaib, dia memilih untuk tidak disapa seperti itu karena kerendahan hati.

Antara Maret dan Agustus 2023, silsilah Ba Alawi menjadi perbincangan di media sosial Indonesia. Hal ini dipicu oleh penelitian yang dilakukan oleh Imaduddin Utsman, seorang tokoh Islam tradisionalis ternama asal Banten, Jawa Barat. Diterbitkan pada Oktober 2022, penelitian kyai Imaduddin menemukan bahwa catatan lama yang mencantumkan keturunan Nabi Muhammad tidak mencantumkan nenek moyang Ba'Alawi, sehingga membuatnya mempertanyakan apakah mereka adalah keturunan Nabi yang asli. 

Pertanyaan ini tidak hanya menantang landasan historis di mana silsilah Ba'Alawi dibangun, namun juga menantang status Ba Alawi sebagai kaum bangsawan religius yang mendapat banyak cinta dan rasa hormat dari komunitas Muslim tradisionalis di Indonesia. Lagi pula, karena dugaan mereka mempunyai hubungan dengan Nabi, mereka mendapatkan rasa hormat dan otoritas seperti itu (Alatas 2021, hal. 4).

Para habaib menghadapi tantangan untuk membela leluhur mereka. Mereka menyajikan bukti dan teori untuk menantang pernyataan kyai Imaduddin, dan orang non-Arab yang menghormati Ba Alawi juga mendukungnya. Namun, Imaduddin lebih lanjut membantah buktibukti mereka, begitu pula beberapa ulama lain yang berpikiran sama. 

Alhasil, para pengamat menyaksikan serangkaian argumen dan kontra argumen tentang (dis) hubungannya silsilah BaAlawi dengan Nabi Muhammad SAW.

Artikel ini mendokumentasikan perdebatan antara kyai Imaduddin dan 
Habaib. Perdebatan ini sangat unik, mengingat diskusi semacam ini belum pernah terjadi di Indonesia, dan pihak yang berdebat adalah otoritas agama dalam komunitas Muslim tradisionalis, yang merupakan komunitas agama terbesar di negara ini. Kami terutama fokus pada sisi akademis dari perdebatan yang menggunakan dokumen primer dan penelitian ilmiah sebagai bukti.

Setelah berbulan-bulan memberikan tanggapan dan sanggahan, perdebatan tersebut mereda pada bulan Agustus 2023. Namun, meskipun situasi saat ini relatif tenang, masalah ini belum sepenuhnya terselesaikan; garis keturunan Ba Alawi juga bukan keduanya 7 Meskipun tulisan ini memuat tanggapan dari tiga ulama non-Arab, ada pula ulama lain seperti Kiai Nur Ihyak Salafi Hadinagara, Tubagus Mogi Nurfadil dan Gus Fuad Plered yang tidak dibahas di sini.
(3)
sepenuhnya dibatalkan oleh Imaduddin, juga tidak sepenuhnya ditetapkan dan dibenarkan oleh para habaib, setidaknya dalam pandangan kyai Imaduddin. Namun, terlepas dari tantangan yang ada, dapat dikatakan bahwa otoritas habaib masih tetap utuh.
 
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁

          Oleh ; www.qsantri.eu.org

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS