BERPALING PADA HAL KEBENARAN YANG HAK ADALAH WUJUD KESOMBONGAN HATI
Sombong adalah menganggap diri sendiri lebih tinggi dan hebat serta merendahkan orang lain. Sikap sombong tersebut disebabkan karena beberapa faktor, yaitu: amal dan ilmu, nasab, kecantikan, kekuatan, kekayaan, keturunan, dan lain- lain.
Bahwa sombong ada dua macam yaitu: Menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Dua jenis sombong ini disampaikan oleh Nabi SAW di dalam sabdanya,
“Sombong adalah menolak kebenaran merendahkan manusia.” (HR. Muslim)
Menolak kebenaran maksudnya tidak menerimanya, dan merasa lebih tinggi dari kebenaran yang disampaikan. Meremehkan orang maknanya penghinaan, perendahan kepada orang lain.
Penafsiran Nabi SAW tentang sombong ini amat sempurna, menjadikan pemahaman terhadap makna sombong menjadi sangat jelas. Beliau menjadikan kesombongan menjadi dua jenis:
Yang pertama, sikap arogansi terhadap kebenaran, yang mencakup penolakan alias tidak mau menerima.
Setiap orang yang menolak kebenaran, dia sedang bersikap sombong, kadar besar kecilnya kesombongam sesuai dengan kadar penolakannya terhadap kebenaran tersebut
Hal ini karena diharapkan dari setiap hamba untuk patuh terhadap kebenaran yang Allah sampaikan melalui rasul-Nya dan wahyu-Nya dalam kitab-kitab-Nya.
Mereka yang menunjukkan sikap sombong dengan menolak sepenuhnya ajaran Rasul dianggap sebagai kafir yang akan menghuni Neraka selamanya. Meskipun kebenaran disampaikan kepada mereka melalui para Rasul dengan dukungan tanda-tanda dan bukti yang jelas, namun kesombongan muncul dalam hati mereka sebagai penghalang, sehingga mereka menolaknya. Allah SWT menyatakan,
“Orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa otoritas, sesungguhnya di dalam dada mereka tidak lain hanyalah keangkuhan atas apa yang mereka berbakti.” (Ghafir: 56)
Adapun orang yang sombong dalam pada sebagian kebenaran, karena tidak sesuai dengan pandangan dan keinginannya, meskipun tidak sampai dihukumi kafir, mereka telah menerjang sebab-sebab datangnya hukuman Allah, yang sesuai dengan kadar kesombongan yang ada dan kadar penolakannya terhadap kebenaran yang telah jelas. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa bila hadis-hadis Rasulullah telah sampai pada siapapun dia, maka tidaklah halal baginya untuk beralih memilih pandangan yang lain sebagai pijakan.
Jenis kedua, sombong kepada makhluk. Ini mencakup sikap merendahkan dan meremehkan makhluk tersebut. Sikap ini muncul karena seseorang merasa bangga (ujub) kepada dirinya dan menyombongkan diri. Sifat ujubnya seseorang akan tercermin dalam perilaku meremehkan dan mengolok-olok orang lain dengan kata-kata atau tindakan.
Dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, di riwayatkan:
Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah,
“Ya Rasulallah, tentang syirik kami telah mengetahui, namun tentang sombong, apa gerangan kesombongan itu? Apakah sombong itu seseorang yang mengenakan pakaian mewah?
“Bukan itu.” Jawab Nabi SAW.
Orang ini bertanya kembali, “Ataukah seorang yang memiliki sepatu yang bagus?”
Nabi SAW menjawab, “Bukan..”
“Atau seorang yang memiliki hewan tunggangan?”
Nabi SAW menjawab, “Bukan..”
“Ataukah seorang yang memiliki teman yang mendampingi?”
Nabi SAW menjawab, “Bukan..”
Kemudian orang tersebut bertanya kembali, “Lantas apa yang dimaksud sombong itu?”
Beliau menjelaskan, “Sombong adalah merendahkan kebenaran dan meremehkan orang lain.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sombong terdiri dari dua jenis:
pertama, menolak kebenaran meskipun kebenaran telah sangat nyata tampaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits di Sahih Muslim,
Ada seorang yang makan dengan tangan kirinya. Lalu mendapatkan teguran dari Rasulullah. Kemudian orang tersebut menjawab, ”Aku tak bisa makan dengan tangan kanan.” Rasulullah berkata, “Kalau begitu kamu benar-benar tidak akan mampu. Allah-lah yang menghalanginya.” (HR. Muslim)
Ini mencerminkan kesombongan, yang menjadi sumber ketidakmampuan untuk menerima kebenaran.
Kedua, keburukan dan dosa lahir dari kesombongan, membuat seseorang menolak kebenaran dan tidak mampu menerimanya. Banyak perbuatan yang muncul dari kesombongan, dan orang yang terjerumus ke dalamnya biasanya dikendalikan oleh kesombongan yang tumbuh dalam hatinya.
“Tidak akan masuk surga siapa pun yang dalam hatinya ada kesombongan seberat atom.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa kesombongan merupakan sifat yang tumbuh di dalam hati. Lalu akan tercermin dalam tindakan yang tampak, dengan sikap menolak kebenaran dan merendahkan masyarakat. Seseorang yang sombong meremehkan dan merendahkan orang lain, sambil memandang dirinya lebih baik dari mereka.
Kemudian hukuman yang akan menimpa orang yang sombong, sejenis dengan kesombongannya. Karena hukuman akan sejenis dengan dosa yang dikerjakan. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Tirmidzi, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam menyatakan bahwa,
“Pada hari kiamat, orang-orang sombong akan dikumpulkan seperti atom dalam gambaran manusia, dan kehinaan akan menyelimuti mereka dari segala arah.” (HR. At-Tirmidzi).
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
web.facebook.com/qsantri.eu.org