LANGIT ADALAH SEBUAH QIBLAT DOA ALLAH ADA TANPA TEMPAT TANPA ARAH
AsSyaikh Mulla Ali al Qari (w 1014 H) dalam Syarh al Fiqh al Akbar,
Salah satu kitab yang cukup urgen untuk memahami risalah al Fiqh al Akbar karya al Imam Abu Hanifah, menuliskan sebagai berikut:
"السماء قِبْلة الدعاء بمعنى أنها محل نزول الرحمة التي هي سبب أنواع النعمة، وهو مُوجِب دفع أصناف النقمة،
وذكر الشيخ أبو معين النسفي إمام هذا الفن في "التمهيد" له من أن المحقّقين قرّروا أن رفع الأيدي إلى السماء في حال الدعاء تعبّد محض"
Langit adalah kiblat dalam berdoa dalam pengertian bahwa langit merupakan tempat bagi turunnya rahmat yang merupakan sebab bagi meraih berbagai macam kenikmatan dan mencegah berbagai keburukan.
Asy Syaikh Abu Mu’ain al Nasafi dalam kitab at Tamhid tentang hal ini menyebutkan bahwa para Muhaqqiq telah menetapkan bahwa mengangkat tangan ke arah langit dalam berdoa adalah murni karena merupakan ibadah.
Referensi: Syarh al-Fiqh al-Akbar, h. 199
‘Arsy (Bahasa Arab عَرْش, ‘Arsy) adalah makhluk posisinya di bawah lauh mahfuzh dan di atas langit ke 7, berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat.
Pengertian ‘Arsy ini yang diyakini oleh para manhaj Salaf, berdasarkan Al Qur'an dan hadits Nabi Muhammad, sesuai dengan ayat:
“ (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang kekuasaanNya lebih tinggi dari ‘Arsy. (Thaha, 20:5) ”
Penjelasan serupa banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, dalam beberapa surah."... Tetapi banyak ulama yang berpendapat beda dalam mengartikan makna dari ‘Arsy ini, apakah ‘Arsy itu berwujud fisik atau nonfisik.
Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Quran, kata ‘Arsy itu disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu:
Singgasana raja, Atap rumah, tercantum dalam hadits Tiang dari sesuatu Kerajaan Bagian dari punggung kaki
Inilah sebagian dari arti ‘Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.
Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arsy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al Qur'an:
“ ... kemudian dengan kekuasaanya yg lebih tinggi dari arasy Dia mengatur segala urusan... (Yunus 10:3)
Menurut manhaj salaf, ‘Arsy adalah makhluk terbesar di antara para makhluk Allah yang lainnya seperti Kursy,[8] memiliki beberapa tiang yang menjadikan ‘Arsy sebagai atap alam semesta.[9] Wujud ini dicatat dalam beberapa hadits-hadits yang shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Allah untuk terbang ke mana saja yang dikehendaki dan malaikat tersebut merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.
Malaikat itu diberikan oleh Allah kekuatan yang setara dengan 70.000 malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendakinya. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arsy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula dan hal ini telah memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah tersebut.
‘Arsy yaitu singgasana atau tahta yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. ‘Arsy juga merupakan atap seluruh makhluk. Penjelasan mengenai ‘Arsy memiliki tiang-tiang, adalah kisah ketika Musa hendak melihat wujud Allah, dan pada hari kiamat akan tampak kembali tiang-tiang ‘Arsy.
Berdasarkan penjelasan hadits bahwa makhluk yang bernama ‘Arsy teramat besar dibandingkan dengan Kursy, seperti sebuah cincin yang dilemparkan ke Gurun Sahara yang sangat luas.
Dijelaskan pula oleh cendikiawan Muslim bahwa ‘Arsy dikelilingi oleh empat sungai, yaitu: sungai berisi cahaya; sungai berisi salju putih; sungai berisi air; dan sungai yang berisi api. Kemudian ada penjelasan lain bahwa sungai-sungai surga adalah berasal dari sungai yang ada di ‘Arsy.
Menurut syariat Islam, ‘Arsy terletak di atas surga Firdaus yang berada di langit ke-7. Kemudian ada penjelasan lain bahwa ‘Arsy terletak di atas air.
Jadi ‘Arsy Allah yang berada di atas air, sedangkan Kursy berada di atas langit ke tujuh, dan di atas Kursy itu ada air, dan di atas air ada ‘Arsy. Maka jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan Kursy, Kursy dengan air, dan air dengan ‘Arsy-Nya adalah 500 tahun perjalanan. Pendapat lain berkata bahwa letak ‘Arsy sangat dekat dengan Sidratul Muntaha, sebuah pohon bidara yang terletak di bawah ‘Arsy, pendapat lain mengatakan ‘Arsy terletak dikanan pohon bidara tersebut. Posisi ‘Arsy dekat dengan Baitul Makmur (Ka'bah penduduk langit) yang sejajar dengan Ka'bah di atas bumi.
Para malaikat pemikul ‘Arsy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (Arab: حملة العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail dan Hamalat al-‘Arsy.[28] Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat ini, dalam surah Al Haqqah 69 ayat 17:
“ ... dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al Haqqah, 69:17) ”
Wujud Hamalat al-‘Arsy
Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgasana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.
Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.
Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para malaikat dan malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat kiamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari ‘Arsy, dikatakan bahwa bahwa ‘Arsy adalah permata berwarna hijau dan ‘Arsy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan, dan setiap harinya ‘Arsy dihiasi dengan 1000 warna daripada cahaya, tidak ada satu makhluk pun dari makhluk Allah Ta'ala yang sanggup memandangnya. Segala sesuatu seluruhnya di dalam ‘Arsy seperti lingkaran di tanah lapang. Dikatakan sesungguhnya ‘Arsy merupakan kiblat para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi...
Di dalam perbincangan masalah ini para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah ‘Arsy ini. Mereka memperdebatkan apakah ‘Arsy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik). Sedangkan para salaf mengimani sesuai dengan apa yang tertulis dalam Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad, tanpa bertanya lebih lanjut.
Dalam penafsiran ‘Arsy oleh para ulama ini, maka bisa digolongkan menjadi tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
Mu'tazilah
Berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam Al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak berupa materi, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.
Mujassimah
Berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. yang di kias kan kepada makhluk yang disebut paham antropomorfisme.
Ahlussunnah
Berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya tanpa di metafor atau dikiaskan ataupun tanpa diserupakan dengan makhluk.
Tafsir bersemayam
Sunting
Istiwa secara bahasa diterjemahkan menjadi bersemayam,tetapi karena Allah tidak sama dengan makhlukNya,maka para ulama salaf memahami bahwa kata istiwa Allah tidaklah diterjemahkan dengan kata bersemayam . Hal ini tertulis dalam surat al ikhlas ayat 4 .وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ " Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
Bersemayam merupakan sifat fi'liyah (sifat perbuatan) bagi makhluk.maka para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah mentakwil makna istiwa dengan makna yang layak bagi-Nya, ahli ta'wil mengubah maknanya menjadi 'menguasai' (istii'la)jadi kata istiwa tidak bisa diterjemahkam dengan "bersemayam",tapi diterjemahkan menjadi "menguasai". karena sesungguhnya Allah tidak ada satupun yang menyerupai menyerupaiNya ,baik perbuatan,dzat, atau sifatNya.
Ucapan Imam Malik bin Anas dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi Ahlussunnah wal Jama'ah dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab,
“ Istiwa telah diketahui, caranya majhul (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, menyamakan dengan kata bersemayam adalah bid'ah.
Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Menyebutnya bersemayam, merupakan bid'ah.
Imam Ibnu Khuzaimah berkata,
“ Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihamah, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai dzat Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁