PESAN BUAT GENERASI MUDA NUSANTARA
Sampeyan masih sangat muda, Jadi jika jam terbang sampeyan, kebijaksanaan, kedewasaan, kematangan berpikir, wawasan dan pengetahuan sejarah sampeyan tentang sejarah asli negeri ini masih minim, kami bisa maklumi.
Dimanapun yg namanya Sejarah selalu ditulis oleh penguasa dan kaum pemenang perang. Sekarang mari kita gunakan logika akal sehat saja. Jangan gunakan emosi.
Kenapa keturunan Prabu Brawijaya V sampai melarikan diri ke Gunung Lawu, Pantai Selatan, Tengger, Bali, di akhir masa kejayaan Majapahit? Tidak lain karena ada perintah bumi hangus dan tumpes kelor bagi para bangsawan Majapahit yg tidak mau mengikuti ajaran yg baru dari Timur Tengah.
Ada lagi 1 orang yg menjadi penasihat spiritual Prabu Brawijaya yaitu Danghyang Nirartha yg lebih kalian kenal dengan sebutan Sabdo Palon, beliau adalah titisan dari Sanghyang Ismaya Djati atau yg kalian kenal dengan sebutan Eyang Semar.
Eyang Semar adalah sosok dewa sekaligus leluhur dan salah satu pamomong ghaib penjaga bumi nusantara sejak ratusan ribu tahun lalu di kala peradaban kuno Attaladwipa atau yg kalian kenal dg sebutan Atlantis muncul.
Jadi beliau Eyang Semar bukanlah Raja iblis tanah Jawa seperti yg sering kalian tuduhkan kepada beliau. Kalo ada yg masih menuduh Eyang Semar sebagai Raja Iblis tanah Jawa ya jangan salahkan kami jika kelak kalian akan kena tulah bakal kualat mengalami kesengsaraan hingga seluruh anak cucu kalian.
Atas berkat keluhuran budi beliau Danghyang Nirartha lah, penganut ajaran Syiwa Buddha bersedia mengalah serta menyingkir dari Bumi Wilwatikta Majapahit demi menghindari banyaknya pertumpahan darah yg ada. Serta memberi kesempatan ajaran baru dari Timur Tengah agar bisa berkembang di negeri ini
Prabu Brawijaya V hanya mau ditemui oleh 2 orang saja, yaitu Syekh Siti Djenar dan Sunan Kalijaga.
Namun berhubung pada waktu itu Syekh Siti Djenar sedang mengalami perselisihan dg dewan wali akhirnya Sunan Kalijaga lah yg dipanggil menemui Prabu Brawijaya V untuk menghentikan pertumpahan darah yg ada.
Tidak usah baper, tidak tidak usah emosi, tidak perlu denial mas. Ini negara demokrasi. Semua orang memiliki hak yg sama untuk berpedapat.
Saran saya sampeyan perbanyak baca sejarah asli negeri ini, dan bukan sejarah yg telah direkayasa untuk kepentingan penguasa dan pemenang perang pada waktu itu.
Kebenaran sejati itu memang pahit. Terutama bagi kaum yg sering mengingkarinya.
Cepat atau lambat Kelak kebenaran sejati akan terbukti sendiri di kemudian hari.
Golongan yg tidak selaras dg ajaran semesta, golongan yg mengingkari fakta sejarah, golongan yg mengingkari kebenaran sejati kelak akan sirna dari bumi nusantara.
Tinggal tunggu waktunya saja.
Ijin saya Kutip dari Serat Wedhatama Pupuh Pangkur Bait 12-13 ciptaan KGPAA Mangkoenegoro IV
Bait 12
Sapantuk wahyuning Alah
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit,
Bangkit mikat reh mangukut,
Kukutaning jiwangga,
Yen mengkono kena sinebut wong sepuh,
Lire sepuh sepi hawa,
Awas roroning atunggil
(Siapapun yang menerima wahyu Tuhan,
Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan,
Kesempurnaan jiwa raga,
Bila demikian pantas disebut “orang tua”.
Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu
Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan)
Bait 13
Tan samar pamoring sukma,
Sinuksmaya winahya ing ngasepi,
Sinimpen telenging kalbu,
Pambukaning warana,
Tarlen saking liyep layaping aluyup,
Pindha pesating sumpena,
Sumusuping rasa jati.
(Tidak lah samar-samar saat sukma menyatu
meresap terpatri dalam keheningan semadi,
Diendapkan dalam lubuk hati
menjadi pembuka tabir,
berawal dari keadaan antara sadar dan tiada
Seperti terlepasnya mimpi
Merasuknya rasa yang sejati)
Mangasah Mingising Budi
Memasuh Malaning Bumi
Rahayu Kamulyaning Jagad
Jaya Jaya Wijayanti
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁