Sidebar ADS

SEJARAH MBAH HASYIM AS'ARI SELALU BERADAB DAN MEMBUKA DIRI JIKA BELIAU DI KRITIK

SEJARAH MBAH HASYIM AS'ARI SELALU BERADAB DAN MEMBUKA DIRI JIKA BELIAU DI KRITIK 

Adab Kyai Hasyim Asy'ari, Tak Merasa Paling Benar, Membuka diri untuk dikritik

Kyai Hasyim Asy'ari, sang Rais Akbar Nahdlatul Ulama, Ketua Dewan Syura Federasi Organisasi-organisasi Islam Indonesia (Masyumi), Maha Guru 20.000 Ulama Tanah Jawa, dan titel kebesaran lainnya, apakah ulama yang paling otoritatif di zamannya itu anti kritik?. 
Saat Muktamar NU kedua di Peneleh Surabaya tahun 1927, setelah 3 hari (14-16 mulud 1346) mengadakan "syuro" tahunan yang terbagi dalam 6 majlis, PBNU menghasilkan muqarrarat berupa putusan-putusan hukum fikih aktual. Yang menarik bagi saya justru kalimat penutup yang disusun oleh Kyai Hasyim Asy'ari, dan pimpinan PBNU lainnya.

Dengan judul "i'lan muhim wa i'lam mutim" (pengumuman penting dan pemberitahuan tambahan), secara gentle Kyai Hasyim mengundang ulama bermadzhab lainnya untuk mengkoreksi bilamana ada putusan yang kurang tepat. "Para ulama madzhab 4, jika sudah menelaah muqarrarat ini, jika ada yang menurut anda kurang tepat atau salah, saya persilahkan anda untuk mentahqiq (validasi) dan mentadqiq (verifikasi) bagian yang kurang tepat, dengan melihat kitab-kitab ulama 4 madzhab. Lalu pada Muktamar ketiga (tahun depan) saya mohon untuk hadir guna mengubah atau membongkar putusan tersebut".
Walhasil, apa yang dituliskan oleh Kyai Hasyim dan pimpinan NU lainnya dalam penutup muqarrarat Muktamar NU kedua tahun 1927 ini menjadi bukti akan kedewasaan berpikir para ulama NU yang dilabeli sebagai kaum tradisionalis. Hal ini juga menjadi bukti akan kebesaran hati Kyai Hasyim untuk menerima kritikan dan sanggahan secara terbuka. Dengan merasa sadar diri bahwa pendapat hukum yang telah ditetapkan tidaklah bersifat otoritatif yang absolut yang harus diikuti. Namun juga tetap membuka peluang pendapat lain yang lebih tsiqah yang barangkali datang di kemudian hari. Sehingga putusan hukum diambil dengan tidak merasa sebagai satu-satunya pemegang otoritas keagamaan yang absolut. So, tak perlu merasa paling benar sendiri, dengan menyekap diri dalam sikap otoriter anti kritik.

❄️بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب❄️  web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS