SULITNYA MENERAPKAN ILMU SUMARAH
Dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah yang sedang menerpa dan membuat kalut lahir dan batin, para sepuh di Jawa yang masih berpegang pada jalan kebatinan punya jurus penyelesaiannya tersendiri, mereka selalu mengajarkan pada kita untuk "tidak semata" hanya menggandalkan ilmu "maneges" (menelisik, mempertanyakan, dan menyelidik menggunakan perangkat pikiran) seperti halnya tradisi para intelektual dan akademisi di Barat, tetapi kita sebagai orang Timur di samping menggunakan ilmu maneges, juga dituntunkan untuk menggunakan ilmu "sumarah" (mengheningkan ego/gerak pikiran, menghayati kekerdilan diri, dan berpasrah pada gerak kosmik/kehendak Tuhan). *Mungkin bagi yang "tidak percaya" Tuhan, silahkan berbahak tawa. Tapi itulah ilmunya orang Jawa yang menghayati jalan kebatinan. Bagi orang Jawa, kecerdasan intelek/pikiran bukanlah yang tertinggi. Leluhur kami mengajarkan: di atas kecerdasan cipta (pikiran) masih ada kecerdasan rasa (batin).
Mungkin karena dekat dengan pengajaran seperti inilah, ketika saya dulu gandrung dengan pemikiran Marxis tetap saya tidak bisa menerima azas materialisme mereka, begitu juga ketika saya berada dalam fase pencarian akan kebenaran agama-agama, saya juga tidak pernah hinggap ke pemikiran Ateisme dan tidak pernah menganggap pemberontakan mereka pada Tuhan sebagai keseksian intelektual. Harus saya akui, sebagai orang Jawa saya cukup konservatif dan menganggap suatu hal yang prinsipil tentang keimanan pada Tuhan. Pikiran saya boleh jadi liberal, tetapi keimanan saya pada Tuhan cukup dogmatis. Tanpa keimanan pada Tuhan akan mustahil bagi orang Jawa untuk bisa menerapkan ilmu sumarah warisan leluhurnya, mereka hanya akan berhenti pada ilmu maneges seperti orang Barat atau siapapun yang menganut azas materialisme.
Menerapkan ilmu sumarah tentu saja tidak mudah, orang harus terbiasa mengheningkan egonya, mendiamkan gerak pikirannya, dan menghaluskan segala gelegak keinginannya.* Memang sangat mudah dan terlalu indah jika hanya untuk "diteori-wacanakan" atau dijadikan masturbasi intelektual belaka, tetapi untuk melakoinya? tentu saja butuh kemantaban hati, konsistensi batin, dan prinsip asketisme yang kuat. *Orang yang tidak berani lapar dan tidak berani untuk mengalah, tidak akan mungkin bisa mencapai tahapan ilmu sumarah dan tanpa sumarah akan mustahil bisa mendapat petunjuk Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan dalam kehidupannya.
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
web.facebook.com/qsantri.eu.org