WASPADAI PEMBELOKAN SEJARAH NEGRI
"Semua sumber-sumber primer tentang Walisongo itu beraksara Jawa,” kata beliau Alm KH Agus Sunyoto Lesbumi
Pembelokan sejarah dapat terjadi karena berbagai alasan. Beberapa tujuan umum pembelokan sejarah meliputi:
Mempengaruhi Opini Publik: Sejarah seringkali digunakan sebagai alat untuk membentuk opini publik. Dengan memutarbalikkan fakta atau menekankan aspek tertentu dari peristiwa historis, seseorang atau kelompok dapat mencoba mempengaruhi cara orang memandang peristiwa tersebut.
Mengubah Identitas Nasional: Sejarah adalah bagian penting dari identitas nasional. Oleh karena itu, mengubah sejarah bisa menjadi cara untuk mencoba mengubah identitas nasional.
Mempertahankan atau Mengubah Status Quo: Dalam beberapa kasus, sejarah mungkin dibelokkan untuk mempertahankan status quo atau untuk mendorong perubahan.
Menyembunyikan Kesalahan atau Kejahatan: Kadang-kadang, sejarah mungkin dibelokkan untuk menyembunyikan kesalahan atau kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok.
Propaganda Politik: Pembelokan sejarah sering digunakan dalam propaganda politik. Dengan mengubah cara peristiwa historis dilihat, kelompok politik dapat mencoba mempengaruhi opini publik dan mendapatkan dukungan.
Penting untuk dicatat bahwa pembelokan sejarah seringkali merugikan dan dapat mengarah pada penyebaran informasi yang salah dan pemahaman yang salah tentang peristiwa historis. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memeriksa fakta dan mencari sumber informasi yang kredibel saat mempelajari sejarah.
Contoh penyelewengan sejarah:
Menurut Ba'alawy keturunan Walisongo berasal dari jalur Ammul Faqih. Sama halnya dengan Al Aidid, Al Haddad, Walisongo juga berasal dari jalur itu.
Oknum Ba'alawy telah membuat pernyataan bahwa keturunan Walisongo sudah tidak ada sejak 500 tahun lalu. Pernyataan ini telah menimbulkan kontroversi dan mendapat komentar negatif dari sejumlah kalangan.
Terindikasi sempat ada distorsi pengkaburan sejarah dan silsilah leluhur Walisongo oleh oknum Ba’alawy muasal Yaman di masa lalu.
Dalam sejarah masyhur nusantara. Leluhur Wali Nusantara ada yang berasal dari Maghrib / Maroko dan terindikasi dari banyaknya gelar Maulana Maghribi (bukan gelar Maulana Yamani ataupun Maulana Al Hadhrami) dan ada yang berasal dari Samarkand Uzbekistan Asia Tengah terindikasi dari penggunaan gelar Asmarakandi pada ayah Sunan Ampel, dan penggunaan gelar Makhdum, gelar zuriat Ahlul Bait Nabi yang lazim digunakan di Asia Tengah dan jelas keluarga Walisongo tidak menggunakan gelar Habib, sebagaimana kelaziman gelar yang dipakai keluarga Ba’alawy muasal Yaman.
Contoh Walisongo yang menggunakan gelar Makhdum adalah Sunan Bonang Makhdum Ibrahim dan Syarif Hidayatullah Sunan Makhdum Gunung Jati.
Jalur muasal dari Maroko menurunkan Sunan Giri dan Sunan Kudus yang berdasar data Serat Walisana, dikolaborasikan dengan data Malaka dan Naqib Maroko berjalur turunan kepada kabilah Al Jailani Al Hasani dan sudah mendapat isbat nasab dari Naqib Internasional antara lain dari Maroko, Irak dan Turki.
Sedangkan dari jalur muasal Uzbekistan Asia Tengah sesuai dengan data pihak Keprabon Cirebon bernasab via jalur Al Kazhimi Al Husaini, diakui jalur ini namun untuk sanad detailnya sedang proses isbat Naqib Internasional melalui Naqib Hasyimiyyun Turki.
Di Cirebon ada berbagai versi data silsilah leluhur Sunan Gunung Jati yang berbeda. Pihak peneliti nasab dari keluarga Walisongo, meneliti bahkan menggunakan perbandingan hasil tes DNA sampel keturunan melalui Peta Migrasi Leluhur untuk meneliti versi mana yang paling shoheh diantara berbagai versi yang ada.
Penggunaan tes DNA untuk meneliti keabsahan silsilah jalur Alawiyyin di kalangan Internasional juga sudah dilakukan oleh Naqib Jordan dan Naqib Mesir. Sehingga penelitian nasab memperbandingkan data hasil tes genetik dengan data tertulis yang dilakukan peneliti dari kalangan keluarga Walisongo yang tergabung dalam wadah organisasi NAAT (Naqobah Ansab Auliya Tis’ah) memenuhi kaidah ilmiah ilmu nasab Internasional.
Silsilah yang dianggap paling shoheh oleh pihak peneliti untuk jalur leluhur Sunan Ampel dan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati adalah yang melalui jalur Al Kazhimi Al Husaini sebagaimana data yang dipelihara oleh pihak Keprabon Cirebon.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sejarah adalah subjek yang kompleks dan seringkali ditafsirkan berdasarkan perspektif individu atau kelompok. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari dan memahami sejarah Nusantara secara mendalam dan akurat.
Kita jangan pernah malas selalu terus mengali pengetahuan, agar wawasan serta literasi bertambah untuk menghadapi dinamika di masa depan.
❄️بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب❄️
web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple