Sidebar ADS

KERIS SEBUAH SENI MAHAKARYA PARIPURNA

KERIS SEBUAH MAHAKARYA PARIPURNA 

Keris adalah simbol bersatunya seorang hamba dengan Tuhannya. Filosofi ini diambil dari ungkapan “curiga manjing warongko jumbuhing kawula lan gusti” yang artinya "bersatulah bilah keris dan warangkanya merupakan simbol bersatunya manusia dengan Tuhannya".

Bahwa sejatinya manusia dan Tuhan itu senatiasa menyatu dan melebur tanpa jarak. Keris merupakan simbol dari keinginan, harapan, cita-cita, dan identitas dari pemiliknya (manusia) untuk menghamba kepada Tuhan.

Mereka yang menjadikan keris sebagai falsafah hidup sejatinya memahami nilai-nilai ketauhidan tersebut.

Pada dasarnya, filsafat dan pengetahuan tentang Tuhan yang dipahami oleh masyarakat Jawa selalu jalan beriringan. Tidak hanya mengarah pada filsafat keilmuan, pemahaman ini juga mengacu pada kehidupan spiritual yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Maka tidak heran jika hampir semua benda pusaka dan budaya Jawa memiliki filosofi tertentu yang erat kaitannya dengan ketuhanan. Salah satu benda pusaka tersebut adalah keris.

Filosofi keris yang dipercaya masyarakat Jawa bertujuan untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Filosofi ini menjadi salah satu usaha untuk memaknai dan meleburkan diri pada Sang Pencipta (manunggaling kawula lan gusti).

Di sisi lain, keris juga mengandung falsafah konsepsi dari lingga dan yoni (purusa dan perdana) yang mengisyaratkan tentang perkawinan dan kesuburan antara Siwa dan Brahma. Falsafah ini diyakini oleh sebagian besar masyarakat Bali.

Dalam bahasa Bali dikenal ungkapan “Matannian mawawa keris yang silunglungania” yang artinya "sebabnya saya membawa keris adalah sebenarnya untuk berani mempertaruhkan nyawa". Keris dianggap sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan magis dan mistis.

Keris merupakan budaya leluhur yang memuat nilai “tatanan, tuntunan, dan tontonan”. Maksudnya, keris dibuat dengan sentuhan rasa mendalam untuk memenuhi kaidah serta bentuk visualnya.

Dijelaskan dalam buku 'Simbolisme dalam Budaya Jawa' karya Budiono Herususanto, masyarakat Jawa mempercayai bahwa keris dibuat dengan pakem yang rumit. Di dalamnya terkandung makna religius, magis, dan mistis.

Tidak hanya itu, benda pusaka ini juga menyimbolkan tuntunan perilaku dan pemaknaan hidup bagi masyarakat Nusantara. Kentalnya norma yang melekat pada keris tercermin dari bentuk, fungsi, sejarah, serta pemaknaannya.

Keris merupakan simbol yang menyiratkan ketajaman berpikir dan kelembutan hati yang dimiliki oleh seseorang. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai senjata, keris juga bisa dijadikan sebagai panduan hidup bagi seseorang

Seorang Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Drs. Prodjo Kardono, pernah mengatakan bahwa filosofi keris adalah sebuah mahakarya paripurna. Keris menjadi petunjuk tentang arah dan tujuan hidup manusia.

Dalam prosesnya, petunjuk ini patut ditaati oleh manusia, khususnya masyarakat Jawa. Sebab keris merupakan sebuah filosofi “Sangkan paraning dumadi” yang artinya darimana dan kemana manusia harus menuju.


❄️بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب❄️  web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS