Sidebar ADS

TANPA KYAI APALAH KITA MAKA HORMATILAH MEREKA SEBAGAI PENEGAK HUKUM ALLOH

TANPA KYAI APALAH KITA MAKA HORMATILAH MEREKA SEBAGAI PENEGAK HUKUM ALLOH 


Kyai adalah seorang tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat yang sangat dihormati di kampung. Dengan keserhanaan yang dimulai dari cara berpakaian hingga bahasa menggambarkan sifat mulia dan rendah hatinya. Penghormatan tersebut didapat karena jasanya yang semata-mata untuk kepentingan masyarakat dan sebagai penyeimbang dalam kehidupan.

Dalam masyarakat, Kyai selalu dibutuhkan dalam dan mengisi di berbagai lini. Seperti halnya imam salat, hajatan nikah, sunat, yasinan, bahkan orang yang mempunyai masalah dengan keluargapun membutuhkan kiai. Termasuk juga orang sakit karena dipandang memiliki segala ilmu. Oleh karenanya, masyarakat membutuhkan berkah dari kiai.

Maka tidak heran jika sosok Kyai disegani karena benar-benar membimbing akhlak dalam masyarakat. Selain itu jasa kiai jugalah kelestarian berbagai tradisi yang sudah ada sejak dahulu, seperti sadranan, kupatan, manisan, dan lain-lain masih terus dilaksanakan dalam rangka sebagai tanda syukur, menghormati bulan-bulan mulia, dan tidak lupa dengan tokoh-tokoh pembawa Islam di Nusantara yaitu Walisongo.

Kyai kampung yang dulu nya ketika pengajian selalu dihadiri banyak jemaah dan fatwa-fatwanya diikuti, tampaknya kini mulai terkikis oleh gerombolan yang mengaku-ngaku sebagai cucu Nabi SAW. Padahal kita tahu, sanad keilmuan dari gerombolan ini yang muncul dan viral akhir-akhir ini belum jelas. Mereka hanya bisa memamerkan nasab, sedang sejatinya itu nasab palsu. Hanya pintar berbicara tapi tidak untuk berbicara pintar dan mempunyai “kepedean” yang tinggi. Padahal sebetulnya ilmunya belum ada apa-apanya dibanding Kiai kampung yang sudah memakan pesantren bertahun-tahun.

Perlu kita sadari, kita bisa belajar tentang ilmu dasar agama dari siapa? Dari Kyai kampung. Kita bisa membaca Alquran atas jasa siapa? Kiai kampung. Kita bisa semangat beribadah karena siapa? Kiai kampung juga yang dalam setiap fatwa nya selalu menyampaikan fadhilah-fadhilah amal. Tapi kini sudah terbodohi oleh mereka-mereka yang pandai dalam berbicara saja tanpa ilmu yang terbukti kebenaranya.

Kita sebetulnya sudah zalim karena sering meneyepelekan Kiai kampung. Jasa-jasa beliau kepada kita seakan-akan tidak dianggap. Sikap hormat dan ketawadhu kepada para Kyai mulai hilang.

Kita sering mengonsumsi ceramah dari kabib-kabib karbitan yang sebetulnya menambah masalah dalam hidup, karena banyak sekali yang memang bertentangan dengan kultur dalam masyarakat. Seperti halnya wajib tunduk kepadanya, yang tidak mau di ancam dengan laknat dan sebagianya. Padahal itu semua tidak ada dasarnya dalam syari'at Islam. Maka mengonsumsi ceramah tersebut ibaratnya menantang arus. Dan bodohnya, ketika bertentangan malah ikut yang mereka, bukan Kiai kampung kita yang sangat tidak diragukan lagi ilmunya.

Fenomena maraknya ceramah-ceramah gedebrus tidak jelas para Kabib di media sosial mengingatkan kita pada zaman awal mempelajari ilmu dasar-dasar agama, yang menjelaskan tentang bab salat. Dalam pembahasan tersebut kita betul-betul diajarkan tentang rukun, syarat, batal, sampai pada praktik salat langsung. Ketika tidak bisa maka ada sanksi yang harus didapat. Sehingga harus betul-betul faham tentang bab tersebut.

Kyai dalam menjelasakan dan mengajarkan praktik salat tentu bukan hanya karang-mengarang seenaknya sendiri. Akan tetapi bersifat turun-temurun dengan kata lain ilmunya dari Kiainya terdahulu dan terus-menerus sehingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Hal inilah yang disebut dengan sanad. Sehingga apa yang kita praktikkan dalam agama benar-benar ada runtutannya.

Berbeda dengan Kabib yang baru tahu satu atau dua dalil saja sudah berani ceramah di mana-mana. Bab salat saja kita tidak tahu referensinya dari mana, apakah hanya dari mendengar-mendengar saja? Terjemah-terjemah? Mungkin. Para Kabib karbitan ini merasa “PD” karena memang mampu dalam menggiring opini dengan bahasa yang terkesan meyakinkan serta menjual nasab palsunya. Sehingga tak jarang jika Kabib ini biasa dengan mengancam seseorang dengan laknat. Lebih parahnya banyak pendengar yang ikut terbawa arus.

Hal di atas baru berbicara masalah fikih dasar. Belum berbicara masalah tajwid atau yang lebih kita kenal dengan tata cara membaca Alquran. Lagi-lagi, karena sanad keilmuanya belum jelas, sering terjadi kekeliruan entah dari menulis atau membacanya. Akibatnya berdampak pada makna ayat yang dibaca tersebut berbeda.

Maka dari itu mari kita kembalikan lagi rasa hormat dan ketawaduan kepada Kiai-kiai kita. Kiai-kiai yang jasanya besar, rasa di mana kita mendapat kenyamanan yang sebenarnya dalam hidup, tetap ikuti fatwa-fatwanya, dan berpikir bahwa Kiai-kiai lah yang membuat kita kenal agama.

Tanpa Kyai apalah kita. Salah satu cara yang paling mudah untuk mencegah informasi agama yang belum bisa dipertanggugjawabkan adalah jangan terbiasa mengkonsumsi ceramah dari para Kabib yang tidak jelas.

❄️بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب❄️  web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS