Sidebar ADS

KH.SUBCHI SANG JENDRAL BAMBU RUNCING

💐🌹 𝐊𝙧𝙖𝙢𝙖𝙩 𝐆𝙖𝙣𝙙𝙪𝙡 🌹💐
    ﷻبسم الله الرحمن الرحيمﷻ

"KH. Subchi Jenderal Bambu Runcing"
---------------------------------------------------------
Sekilas Parakan, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di lereng Gunung Sindoro-Sumbing, Kota kecamatan Parakan dilintasi jalur dari Wonosobo ke Yogyakarta/Semarang dan Yogyakarta ke Jalur Pantura/Jakarta.

Pada zaman perjuangan kemerdekaan, daerah ini terkenal dengan senjata bambu runcing, Salah satu tokohnya adalah K.H. Subchi yang dijuluki "Jenderal Bambu Runcing", bersama tokoh-tokoh yang lain yaitu K.H.R. Sumo Gunardo, K.H. Nawawi, K.H. M Ali, K.H. Abdurrahman, dan tokoh-tokoh lainnya seperti K.H. Mandur, Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Istachori Syam'ani Al-Khafidz dan lain-lain. Parakan juga merupakan tempat lahir tokoh perjuangan nasional Mohamad Roem, yang terkenal sebagai delegasi Indonesia dalam perundingan diplomasi Roem-Roijen.

Dengan ridlo Allah Subhanahu Wata'ala pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di jalan Pegangsaan Timur Jakarta. Sejak saat itulah Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat mulai menunjukan eksistensinya kepada dunia.

Kaum imperalis dan kolonialis mulai menguasai lagi Negara kita untuk dihisap habis-habisan, mereka dengan congkak menginjak-injak hak dan kehormatan bangsa yang nyata-nyata telah merdeka, Tentu saja penghinaan ini tidak bisa kita terima begitu saja, dan akibatnya banyak terjadi pertempuran itu bersamaan dengan banyaknya para syuhada' yang berjatuhan gugur di medan perang, maka semboyan Merdeka atau mati terus bergema di seluruh Nusantara, Yakni dalam upaya mempertahankan kemerdekaan yang telah disepakati dan dicapai oleh seluruh rakyat Indonesia dengan pertumpahan darah.

Penjajah yang tetap ingin bercokol di bumi pertiwi tercinta ini adalah Jepang dan Belanda yang hadir dengan membonceng sekutu, Keengganan mereka angkat kaki dari Negara kita ini membuat benci dikalangan rakyat, Maka di sana-sini terjadi beberapa insiden sebagai upaya perlawanan rakyat terhadap penjajah, Salah satu gerakan massa yang patut diperhatikan pada saat itu adalah gerakan perjuangan masyarakat di Kecamatan Parakan. Yakni suatu gerakan massa yang disponsori oleh para Ulama dan para pemuda muslim yang tergabung dalam organisasi Barisan Muslim Temanggung atau di singkat ( BMT )
 
Dengan melalui organisasi ini penyepuhan ( pemberian mantera lewat do'a kepada Allah SWT ) terhadap Bambu Runcing muali dikembangkan. Penyepuhan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memberi bekal semangat perjuangan pada masyarakat sekitar Parakan, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu perjuangan yang mempunyai scupe Nasional. Yang pertama kali mengadakan penyepuhan itu adalah Kyai dari Parakan sendiri. Yakni Bapak Kyai R. Sumomihardho, yang dibantu oleh para Kyai lain yang cukup terkenal, seperti Kyai Subchi, KH. Nawawi, KH. Abu Amar, K. Ali dan KH. Abdurrahman.

✨ASAL MULA BAMBU RUNCING

Bapak Kyai R. Sumomihardho, yang nama kecilnya Abu Hasan R. Gunardho, mula-mula menyuruh H. Abdurahman bin Subchi, yang terkenal pula denan nama H. Baghowi, memanggilpemuda-pemuda desa Parakan Kauman, Yakni Ikhsan, dan Abu Dzar, Sunaryo dan Suroyo, Kemudian kedua pasang pemuda ini diperintahkan mencari bambu "wulung" untuk dibuat bambu runcing. 

Setelah didapatkan dari Prawirorejo DUkuh Jetis Parakan, maka bambu-bambu tersebut ditebang tepat pada waktu matahari mulai agak condong kebarat. Tepatnya pada hari Selasa Kliwon jam 12.00 WIB bulan Oktoyber 1945, saat bedug Dhuhur mulai berbunyi. Kemudian dibawa langsung ke rumah KH. Sumomihardho untuk diberi do'a atau disepuh, agar ada tuahnya yang kemudian dapat dijadikan senjata untuk melawan musuh.

Bebrapa hari kemudian datang Abu Yazid. Kemudian diperintahkan pula agar mengajak teman-temannya mencarikan bamboo untuk diberi do'a. sementara bagi pemilik bamboo runcing ada persyaratan, Yakni jika Bambu Runcing itu telah diberi do'a atau disepuh, maka tidak boleh dilangkahi. Sebab sangat berbahaya.

Pada hari Selasa Wage pemuda-pemuda Parakan Kauman sowan minta ijazah do'a dan gemblengan. Maka didawuhi seperti tersebut di atas, yakni agar supaya pada hari Selasa Kliwon datang dengan membawa bamb runcing, Maka pada hari Selasa Kliwon yang telah ditentukan pemuda-pemuda tersebut menghadap dengan membawa bamboo runcing ke ruah kediaman KR. Sumomihardho, di Kauman Parakan untuk minta disepuh / diberi do'a.

✨TERBENTUKNYA BARISAN BAMBU RUNCING
BARISAN MUSLIMIN TEMANGGUNG (BMT)

Pada tanggal 27 November 1945 Magelang diduduki tentara sekutu Inggris Gurga dan Nica. Pemerintah Kabupaten Temanggung mengadakan rapat dengan Alim Ulama dan tokoh masyarakat Parakan di Pendopo Kawedanan Parakan. Pihak Pemda diwakili Patih Sutikwo dan dari partai Masyumi diwakili H. Sukirman, MIAI oleh KH. Siraj Payaman Magelang. Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha dan pemikiran untuk mengajak membentuk pertahanan rakyat yang kuat, yang terdiri dari Alim Ulama dan rakyat. Ajakan itu sangat diperhatikan dan tanggapi secara serius oleh para Alim Ulama Parakan.

Kemudian para Alim Ulama, masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat mengadakan musyawarah lagi di rumah Mat Suwardi, Jalan Masjid Kauman Parakan dan beberapa pokok pikiran.
Di antaranya :

👉 Gerakan cucukan (Bambu Runcing) diberi nama organisasi pertahanan rakyat yang dinamakan, Barisan Bambu Runcing atau Barisan Muslimin Temanggung (BMT).

👉 Dua gedung yang besar kepunyaan cina yang di belakangnya ada lapangan lebar dan luas, terletak di sebelah timur rumah K. Ali di Jalan Masjid Kauman yang dulunya dipakai mbah Moho (mbah Teguh) yang dalam keadaan kosong supaya ditembung untuk dipinjam demi kepentingan BMT / masyarakat. Kemudian dicari pemiliknya atau ahli warisnya.Ternyata sudah tidak ada di Parakan, semua sudah pindah ke Jakarta. Karena situasi yang kritis (dhorurot) orang-orang yang menyepuhkan Bambu Runcing banyak dan tempat sudah tidak  memadai akhirnya diputuskan bahwa bapak Sukarman Abdur Rohman selaku Kepala Desa Kauman Parakan dimohon agar berkenan bertanggung jawab dalam pemakaian tempat tersebut untuk penyepuhan.

👉 Kepada bapak KR. Sumomihardo dimohon agar supaya penyepuhan Bambu Runcing dipindahkan dari rumah kediamannya yang sudah tidak bisa menampung banyak orang ke rumah bah Teguh di jalan Masjid Kauman Parakan.
*Gedung itu diberi nama BMT {Barisan Muslim Temanggung)
*Untuk kelancaran tugas, BMT membentuk pengurus

✨ Pembagian kerja diantara para Kyai.

Kegiatan penyepuhan yang semula di kediaman KR. Sumomihardho tidak lagi dapat menampung orang-orang yang sowan meminta barokah penyepuhan Bambu Runcing. Kemudian dipindahkan ke gedung BMT. Ternyata dengan pemindahan kegiatan ke tempat baru tersebut pengikut semakin melimpah.

maka Bapak KR. Sumomihardho mengadakan pertemuan (musyawarah) dengan para Kyai di rumah Bapak KH. Abdurrahman Karangtengah Parakan. Yang hadir adalah para Kyai yang berilmu hikmah, diantaranya : KH. Mandur dari Kauman Temangung, KH. Subchi, KH. Abdurroham, K. Ali dan KR. Sumomihardho sendiri.

Pertemuan para Kyai tersebut mengundangbanyak orang untuk turut mendengarkan dan mengerumuni para Kyai, sehingga musyawarah diadakan dalam sebuah kamar. Pada musyawarah tersebut berhasil memutuskan :

* KH. Abdurrohamn memberi asma' nasi diberi gula pasir (nasi manis) untuk kekebalan.
* K. Ali memberi asma' air berani (banyu wani) untuk keberanian dan menghilangkan kecapaian.
* KH. Subchi memberi do'a :
Bismillah hi bi 'Aunillah 3 X,  Allah ya Hafidhu 3 X, Allahu Akbar 3 X
* KR. Sumomihardho seperti biasa menyepuh Bambu Runcing, memberikan petuah dan do'a-do'a dan sebagainya.
Begitulah putusan musyawarah yang merupakan pembagian kerja diantara para Kyai.

✨ Membentuk BADAL-BADAL (wakil-wakil)

Semakin banyak orang meminta berkah serta penyepuhan Bambu Runcing, bahkan bukan saja untuk memerangi enjajahan Jepang, tetapi juga untuk memerangi hama tikus (berupa tusuk sate-sujen). Waktu itu tikus merajalela di persawahan sehingga sangat merugikan masyarakat, terutama para peani.

Tiap hari orang-orang yang datang meminata berkah penyepuhan bertambah-tambah juga. Untuk memperlancar kegiatan penyepuhan di gedung BMT itu, Bapak KR. Sumomihardho membentuk BADAL-BADAL (wakil-wakil) untuk membantu tugas penyepuhan Bambu Runcing. Mereka terdiri dari orang-orang yang hafidhul Qur'an. Mereka ialah Kyai Zaenal Abidin, Kyai Fahrur Rozi, Kyai Istakhori, Kyai Irjai. Ketiga Kyai yang disebut terakhir ini adalah hufadh kauman Parakan, murid Kyai Zainal Abidin.
 
Karena bertambah banyaknya orang-orang yang minta berkah, maka KR. Sumomihardho diminta agar memberikan ijazah kepada Kyai-Kyai yang ada untuk menambah badal-badal. Ijazah diberikan kepada K. Ali, K. ZUhdi, K. Suyuti Thohir, K. Mad. Suwardi, KH. Nawawi dan KH. Muntaha Ch. Sedang KR. Sumomihardho hanya menangani gemblengan penyapuhan senjata api, mitraliur, meriam, kendaraan perang dan sejenisnya.

Tidak sedikit laskar pejuang terkenal datang di  Parakan meminta barokah. Seperti Jenderal Sudirman beserta divisinya, ketika menuju Palagan Ambarawa. Bahkan para pemimpin seperti Kol. Nasir dari  ALRI, K.Wahid Hasyim tokoh Masyumi waktu itu, Kyai Zainal Abidin tokoh Chisbullah, KH. Masykur pimpinan Sabilillah, Mr. Kasman Singadimejo jaksa agung waktu itu, Moh. Rum, Mr. Wongsonegara Gubernur Jateng waktu itu, Mr. Suyudi Residen Kedu waktu itu, KH. Anwar Cokro Aminoto, Ruslan Abdul Ghani dan masih banyak lagi.

✨KEJADIAN-KEJADIAN PENTING
PADA MASA PERGERAKAN BAMBU RUNCING 

Pada suatu siang yang sangat cerah datang utusan Bupati Wonosobo melalui Bupati Temanggung (pelindung BMT) meminta dengan sangat agar dirawuhi para Kyai Parakan dan dilakukan penyepuahan Bambu Runcing untuk para pemuda Wonosobo yang jumlahnya sangat banyak sekali. Berhubung pada waktu itu di Parakan sendiri banyak tamu yang tidak ada henti-hentinya minta barokah, dan tidak mungkin ditinggalkan, maka yang bisa hadir ke Wonosobo hanya KH. Subchi, K. Baydhowi dan beberapa badal. Demikian pula utusan dari Gubug Purwodadi dengan maksud yang sama , juga dari Pati. Yang hadir ke Gubug ialah KH. Nawawi atas nama sabilillah dan teman-temannya. Yang hadir ke Pati ialah KH. Subchi, K. Baydhowi dan Bpk. Sulaiman Basyir dari Chisbullah.

Pada waktu itu KR. Sumomihardho juga memberi ijazah penyepuhan Bambu Runcing kepada sebagian Ulama luar daerah Temanggung yang dipandang perlu dan mampu. Diantaranya : KH. Danusiri dari desa Jetis Susukan Salatiga, yang di bantu KH. Thoha, KH. Jumari, K. Ghomrowi di ijinkan menyepuh di daerahnya sebagai badal. Begitu juga KH. Muntaha Ch Kalibeber Mojotengah Kabupaten Wonosobo, K. Mukhlas Panggung Tegal Pekalongan, KH. Nawawi bin Abdullah Kajen Margoyoso Pati serta seorang Kyai dari daerah antara Banyumas – Cilacap.
  
Berita yang sangat menggembirakan yaitu Al Mukarom Romo KH. Hasyim Asy'ari, Tebuireng Jombang Jawa Timur, Rois Aam NU akan ngrawuhi di Parakan memberi wejangan kepada BMT. Pengurus BMT dan para Ulama segera mengadakan musyawarah. Hasil musyawarah yaitu jangan sampai Hadrotisy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari rawuh dulu ke Parakan, tetapi kita dulu yang sowan kepada beliau di Tebuireng Jombang. Maka yang menghadap sowan kesana adalah KH. Subchi, KH. Nawawi, K. Ali / K. Syahid Baydhowi. Mereka yang sowan kesana, ternyata didawuhi juga menyepuh Bambu Runcing oleh KH. Hasyim Asy'ari.
Penyepuhan dilakukan dengan tata cara seperti di Parakan. Sejak saat itu KH. Subchi dan Bambu Runcing Parakan mulai tersohor di Jawa Timur.

Setetlah kunjungan para Kyai Parakan ke Jombang, tidak berapa lama datang rombongan pemuda pejuang (Chisbullah) Jombang ke Parakan memakai pakaian serba hitam, peci hitam. Tamu-tamu terhormat kemudian datang ke Parakan. Bpk. KH. Saifudin Zuhri datang bersama BpkMr. Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah waktu itu. Beliau ditemui ketua BMT KH. Nawawi. Pengurus dan Ulama lainnya tidak dapat menemui karena kesibukan menerima tamu yang banyak sekali.

Setelah ditemui di kantor BMTyang selalu ramai, beliau kemudian diantar ke rumah KH. Subchioleh KH. Nawawi, K, Ali dan KH. Mandhur yang pada waktu itu ketua sabilillah Karesidenan Kedu.
 
Tidak beberapa lama datang juga KH. Wahid Hasyim yang diantar KH. Saifudin Zuhri, KH. Masykur(ketua pusat Sabilillah waktu itu) dan KH. Zaenal Arifin (ketua Chisbullah waktu itu). Para tamu diantar KH. Nawawi ke rumah KH. Subchi. Dalam hal ini Bpk. KH. Saifudin Zuhri menyampaikan maksud kedatangan beliau-beliau. Mendengar maksud mereka, KH. Subchi tidak kuasa menahan rasa haru. 
Beliau menangis tersedu-sedu sambil berkata dalam bahasa jawa : 
"Kenging menopo panjenengan kok mboten sowan lan nyuwun dateng KH. Siradj Payaman Utawi Sowan KH. Dalhar Watucongol . panjenenganipun kekalih meniko Ulama'ipun Gusti Allah".

Tidak pelak lagi KH. Subchi dan Bambu Runcing Parakan bertambah tersohor keseluruh tanah air, sampai-sampai datang seorang wartawan dari Amerika.

✨ SEKILAS KEGIATAN ULAMA DAN SUASANA KOTA
PARAKAN PADA MASA BAMBU RUNCING

Tidak terhitung lagi banyaknya orang-orang yang datang ke Parakan siang malam, pagi sore berbondong-bondong tanpa henti-hentinya bagaikan barisan semut. Mulai dari stasiun, karena waktu 
itu diadakan kereta istimewa sampai Jetis, jembatan Galeh sampai jembatan Brangkongan, penuh pemuda beriringan memanggul Bambu Runcing, kelewang, sujen, dan botol-botol tempat air. Kereta api memuat penumpang bergelantungan samoai di atas atap. Dari stasiun para pemuda dengan beratur berbaris empat-empat menuju gedung BMT. Tidak sedikit rombongan yang berjalan kaki dari jalan Kedu, jalan Bulu, jalan Wonosobo, jalan Ngadirejo, semuanya menuju satu tujuan yaitu gedung BMT Kauman Parakan, tempat menyepuh Bambu Runcing.

Masyarakat dan rakyat Parakan menyambut mereka dengan sangat ramah dan penuh suka cita. Mereka tak ubahnya saudara mereka sendiri. Pada saat seperti ini banyak orang yang memberikan kemudahan kepada pengunjung, yaitu dengan menjual berbagai dagangan, seperti makanan dan minuman juga Bambu Runcing, kenthes, angklek keris, botol, tambang, dan tutup botol. Bila ada rombongan datang sore atau malam hari, selain menawarkan dagangan juga menawarkan penginapan secara rombongan. Sebab tidak semua rombongan sudah komplit peralatannya. Ada yang sudah membawa perlengkapan dari rumah seperti Bambu Runcing, botol dan lainnya, tetapi tidak sedikit yang datang "wong-wong thok" (tidak membawa perlengkapan apa-apa).

Pada siang hari muali jam 8.00 sampai jam 16.00 di jalan Kauman gedung BMT dipenuhi orang, terdengar sangat ramai dengan suara memanjatkan do'a bersama

Diantara rombonganpun terjadi kesibukan berbeda-beda. Ada yang akan mencari masjid, mencari warung, mencari penginapan, ada yang langsung mendaftar ke kantor BMT dan ada juga yang langsung menyepuhkan. Untuk menampung pendatang malam hari, tidak sedikit rumah-rumah pribadi dijadikan penginapan sementara, seperti di Mekkah pada musim haji. Soal dimana tidurnya tidak masalah. Asal ada dipan bahkan dengan menggelar tikar lantaipun mereka tidur pulas. Langgar dan masjidpun selalu penuh.

Pada malam hari masih ada kegiatan, yaitu kegiatan mujahadah, dipimpin K. Ali bagi orang-orang sabilillah. Tamu-tamu rombongan yang ingin mengikuti juga diizinkan. Mujahadah dilangsungkan tengah malam di masjid atau langgar (mushola), yaitu mandi di kolam masjid atau kolam langgar, nyilep (tenggelam) tujuh kali di dalam air dengan membaca surat Al-An'am dan membaca takbir.

Artikel Sejarah diringkas dari tulisan K.H.R. Muhaiminan Gunardo  
"Bambu Runcing dan Perkembangan Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing"

Wallohu aklamu bissowab...

Setajam2nya pisau lebih tajam perkataan dan umpatan yg menyayat hati ✨qsantri.eu.org✨ 

*┏━━❖•ஜ°🕌﷽🕌°ஜ•❖━━┓*
       *💚NAHDLATUL 'ULAMA💚*
 *┗━━❖•ஜ°🇮🇩NU🇮🇩°ஜ•❖━━┛*
✨mailnesia.com✨qsantri.com✨

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS