💐🌹𝐒𝙪𝙡𝙩𝙖𝙣 𝗔𝙜𝙪𝙣𝙜 ➐➑🌹💐 ﷻبسم الله الرحمن الرحيمﷻ
Pada periode kepemimpinannya Harun ar-Rasyid sewaktu Zaman Dinasti Abbasiyah disebut-sebut meraih puncak kejayaan-nya, Ada beberapa hal yang langsung dilakukan Harun, yang waktu itu gelarnya “Ar-Rasyid” (Petunjuk).
Pertama, beliau meminta mentornya, yaitu Yahya bin Khalid, dibebaskan dari penjara,. Yahya bin Khalid beberapa kali menghalangi khalifah sebelumnya, dia Musa al Hadi, yang menggeser Harun ar-Rosyid dari jalur suksesi, lalu Musa menginginkan anaknya sendiri, Ja’far, yang menggantikannya nanti,. Yahya mengingatkan Khalifah "Musa" untuk memegang teguh wasiat ayah Musa dan Harun ar-Rosyid, yaitu Khalifah al Mahdi, Musa murka dan memenjarakan Yahya.
Waktu itu Khalifah Harun bukan hanya membebaskan Yahya, tapi juga telah menjadikannya sbagai Perdana Menteri, Keluarga Yahya dari Barmakid, Persia, menjadi sangat berkuasa dalam masa pemerintahan waktu itu.
Kedua, Harun ar-Rosyid "bergegas" menduduki kursi singgasana, dan sujud kepada Allah di atas karpet Armenia milik Musa, Ini bukan saja sebagai simbol pengambil-alihan kekuasaan,
tapi juga simbol ketaatan kepada Sang Maha Kuasa.
Ketiga, Harun menitahkan untuk mencari Abu Ishmah dan dia tidak akan pernah memasuki kota Bahgdad dan melakukan salat zuhur di masjid, kecuali jika di sampingnya ada kepala Abu Ishmah yang sudah dipenggal, Darahpun tumpah di awal kekhilafahannya, Ini adalah satu simbol kekuatan militer yang dimiliki oleh sang khalifah baru,. "Kenapa Abu Ishmah yg dijadikan korban pertama"?
Menurut Imam Thabari, dulu Harun, Abu Ishmah, dan Ja’far (putra Musa) pernah berkuda bersama, Saat hendak melewati sungai, kabarnya Abu Ishmah, sang jenderal, lebih mengutamakan Ja’far bin Musa melewati sungai dan bergegas memerintahkan Harun diam di tempat sampai “penerus takhta lah yang akan menyeberangi sungai”.
Harun Sangat kecewa karena saat itu dia masih sebagai waliyul ‘ahdi yaitu (penerus tahta), dan Abu Ishmah sudah terang-terangan mendukung Khalifah Musa mengangkat Ja’far, Maka, Harun pun meminta kepala dari Abu Ishmah setelah dia menjadi Khalifah agar tidak ada satu pun yang berani menentang atas pengangkatannya.
Bagaimana dengan Ja’far bin Musa (anak khlaifah sblm harun)? Di masa ayahnya, Musa, masih menjabat sbagai Khalifah, kepala kepolisian Abdullah bin Malik al Khuza’i telanjur memberikan baiat-nya kepada Ja’far, Maka, di malam Harun menerima baiat, kamar Ja’far pun didatangi oleh Huzaymah bin Khazim at Tamimi yang membawa sejumlah lima ribu pasukan, berjaga-jaga kalau kepala kepolisian melindungi Ja’far.
Huzaymah mengancam jikalau Ja’far tidak mau membaiat Harun, maka kepala Ja’far akan dipenggal saat itu juga,.Ja’far tidak punya pilihan lain, Dia pun setuju membaiat pamannya Harun, Begitulah hal urusan baiat-membaiat ini bisa membuat "kepala terpisah dari tubuh".
Bagaimana dengan Abdullah bin Malik al-Khuza’i yg sudah telanjur mendukung Ja’far?
Keluarlah fatwa bahwa dia bisa saja menghapus baiat yang sudah telanjur
itu dengan cara berjalan kaki mulai dari Baghdad -menuju ke Ka’bah (±980km) memohon ampun, Abdullah bin Malik tidak punya pilihan, selain mengikuti dan melaksanakan penebusan baiat yang telanjur keliru ini, Kepalanya selamat dari tajamnya pedang, meski kakinya dipastikan melepuh berjalan sejauh itu.
Seorang Perdana Mentari (wazir) Yahya Barmakid adalah sosok yang mencintai ilmu, Dia memberikan pengaruh positif kepada Khalifah, al-Imam Suyuthi yang mengabarkan betapa Harun juga sangat mencintai para ulama, dan selalu gemar bersedekah, dan taat beribadah.
Dikabarkan dia sholat sunnah seratus rakaat setiap hari, Orangnya tinggi dan kulitnya putih, Rajin membaca shalawat setiap mendengar nama Rasulullah saw disebutkan, Harun juga membangun perpustakaan yang kemudian dikenal dengan nama "Baytul Hikmah" dan kelak dilanjutkan oleh anaknya, Al Ma’mun.
Baytul Hikmah menjadi cikal bakal kegemilangan dunia ilmu pengetahuan dalam sejarah Islam, Naskah dari negri Yunani, Cina, Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Pakar Islam, Yahudi, Nasrani bahkan Budha pun berdatangan dan ikut mengkaji ilmu pengetahuan dan juga berdiskusi di Baytul Hikmah, Lewat Baytul Hikmah, terjadi institusionalisasi perintah pertama Allah: Iqra’! (Bacalah!).
Perdana Menteri Yahya Barmakid, dan Para pejabat juga banyak diangkat dari Persia, dan orang-orang Arab itu banyak yang tersingkir, Yahya Barmakid telah melayani Harun ar-Rasyid sekitar 17 tahun, tetapi kemudian Harun mulai tidak suka dngan semakin berkuasanya Yahya, sehingga dia mencopotnya dari jabatan Perdana Menteri, Sejak itu pula pamor keluarga Barmakid mulai redup.
Pada masa Perdana Mentri Harun ini pulalah seni berkembang baik, salah satunya termasuk pembacaan puisi dan nyanyian, Bahkan kisah “Seribu Satu Malam” diceritakan dalam setting masa Harun ar-Rasyid, Ini pula yang menjadi penyebab nama Khalifah Harun sangat terkenal dalam dunia sastra bahkan di Negri Barat sekalipun pada saat itu.
Harun ar-Rasyid juga bersahabat akrab dengan Abu Yusuf, ulama besar murid Imam "Abu Hanifah".
Kalau sebelumnya Abu Hanifah menolak diangkat sebagai Hakim oleh Khalifah al Manshur, maka Harun pun juga berhasil membujuk Abu Yusuf untuk menjadi Ketua Mahkamah Agung, Mazhab Hanafi berkembang luas lewat posisi resmi Abu Yusuf di pemerintahan ini.
Imam Suyuthi, yang berasal dari tradisi mazhab Syafi’i, banyak mengisahkan tentang bgaimana Abu Yusuf, seringkali mengeluarkan keputusan yang selalu mendukung kebijakan Khalifah Perdana Mentri Harun yang keliru?
Misalnya, dikisahkan bahwa beliau Harun jatuh cinta pada seorang budak perempuan, Namun budak tersebut mengatakan bahwa Harun tidak bisa "menikmati"nya karena budak tersebut pernah digauli oleh Khalifah al Mahdi, ayah Harun, Jadi “bekas” milik ayah nya tidak boleh dimiliki anak.
Harun meminta fatwa pada Abu Yusuf yang kemudian menjawab, “klaim budak tersebut bahwa dia pernah digauli ayahmu tidak dapat dipercaya.”
"Dalam fiqh memang masalah sebuah kesaksian satu orang budak perempuan apakah bisa diterima atau tidak telah menjadi perdebatan".
Jadi, Abu Yusuf sebenarnya sah saja berfatwa demikian, tapi kedekatannya dengan Khalifah Harun membuat para ulama mazhab yang lain pun ikut mempertanyakan "validitas fatwanya".
Kitab "Tarikh Thabari" mencatat bahwa peperangan juga terjadi pada masa Harun, Salah satu yang terbesar adalah pertempuran Krasos, yaitu dengan pasukan Byzantium pada tahun 804 Masehi, Imam Thabari mengabarkan bahwa Byzantium kalah dari Harun ar-Rasyid dengan kehilangan lebih dari 40 ribu pasukan.
Harun berkuasa sekitar 23 thun, telah Menjadi Khalifah saat berusia cukup muda, yaitu 22 tahun, dan wafat dalam usia yg juga masih muda, yaitu 45 tahun.
Saat beliau wafat pada saat itu negara dalam keadaan makmur dengan bnyak memiliki kekayaan 900 juta dirham,.
"Sebelum wafat, Harun mengajak kedua anaknya, al Amin dan al Ma’mun, pergi haji". Dan kemudian menuliskan tentang wasiatnya yang disimpan di dalam dinding Ka’bah bahwa al Amin akan menggantikan Harun, dan setelah al-Amin wafat, maka al Ma’mun yang berkuasa.
Khalifah Harun ar-Rasyid juga berpesan agar kedua anak nya yang "berbeda" ibu ini tetap menjaga kekompakan dan juga hubungan baik sepeninggalnya.
Namun, sejarah berkata lain, meskipun wasiat dan kesepakatan itu diletakkan di Ka’bah sekalipun, Nafsu duniawi akan kekuasaan mengalahkan segalanya, itu
Ketika Harun ar Rasyid wafat, al Amin mengingkari wasiat ayahnya, Al Amin membatalkan pengangkatan al-Makmun, dan malah mengangkat putranya, yaitu Musa bin Muhammad (bayi yang masih netek) sebagai bakal penggantinya kelak, Maka terjadilah perselisihan yang menyebabkan peperangan di antara keduanya pada tahun 198 H. Peristiwa ini berakhir dengan termbunuhannya al Amin.
Al Makmun dibaiat menjadi khalifah pada tahun 198 H. Beliau menjabat khalifah selama dua puluh tahun, dan menetap di wilayah "Khurasan" sejak pengangkatannya sebagai khalifah.
Wallohu aklamu bimurodih.....
Setajam2nya pisau lebih tajam perkataan
dan umpatan yang sangat menyayat hati *اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد* ━━❖✨www.qsantri.com✨❖━━
*┏━━❖•ஜ°🕌﷽🕌°ஜ•❖━━┓*
*💚NAHDLATUL 'ULAMA💚*
*┗━━❖•ஜ°🇮🇩NU🇮🇩°ஜ•❖━━┛*
