Inikah akibat nya kalau memahami Al Qur'an Hanya di imani apa adanya kaya wahabi.salafi mujassimah
Maka dapat di pastikan akan tersesat dan salah.jalan di dunia dan akhirat 👎
DIALOG SYAIKH AL-SYANQITHI VS WAHHABI TUNA NETRA
Kelompok Salafi/Wahabi ini percaya bahwa Al-Qur’an dan Sunnah hanya bisa diartikan secara tekstual (apa adanya teks) atau literal dan tidak ada arti majazi atau kiasan didalamnya. Pada kenyataannya terdapat ayat al-Qur’an yang mempunyai arti harfiah dan ada juga yang mempunyai arti majazi
Berkaitan dengan pemahaman wahabi salafi ada sebuah kisah menarik antara Syeikh Al-Syanqithi
Kemudian mereka memanggil ulama untuk diajak berdebat tentang tauhid, Asma Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya. Ulama yang setuju dengan pendapat mereka akan dibebaskan. Sedangkan ulama yang membantah pendapat mereka akan dibunuh atau dideportasi dari Hijaz.
Di antara ulama yang diajak berdebat oleh mereka adalah Syaikh Abdullah Al-Syanqithi, salah seorang ulama kharismatik yang dikenal hafal Sirah Nabi Saw. Sedangkan dari pihak Wahhabi yang mendebatnya, di antaranya seorang ulama mereka yang buta mata dan buta hati. Kebetulan perdebatan berkisar tentang teks-teks Al-Qur’an dan Hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka bersikeras bahwa teks-teks tersebut harus diartikan secara literal dan tekstual, dan tidak boleh diartikan secara kontekstual dan majazi.
Si tuna netra itu juga mengingkari adanya majaz dalam Al-Qur’an. Bahkan lebih jauh lagi, ia menafikan majaz dalam bahasa Arab, karena taklid buta kepada Ibn Taimiyah dan Ibn Al-Qayyim. Lalu Syaikh Abdullah Al-Syanqithi berkata kepada si tuna netra itu:
“Apabila Anda berpendapat bahwa majaz itu tidak ada dalam Al-Qur’an, maka sesungguhnya Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا
“Dan barangsiapa yang buta di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra’ : 72).
Berdasarkan ayat di atas, apakah Anda berpendapat bahwa setiap orang yang tuna netra di dunia, maka di akhirat nanti akan menjadi lebih buta dan lebih tersesat, sesuai dengan pendapat Anda bahwa dalam Al-Qur’an tidak ada majaz ?”
Mendengar sanggahan Syaikh Al-Syanqithi, ulama Wahhabi yang tuna netra itu pun tidak mampu menjawab. Ia hanya berteriak dan memerintahkan anak buahnya agar Syaikh Al-Syanqithi dikeluarkan dari majlis perdebatan. Kemudian si tuna netra itu meminta kepada Ibn Saud agar mendeportasi Al-Syanqithi dari Hijaz. Akhirnya ia pun dideportasi ke Mesir. (Kitab Al-Ju’nat Al-Aththar (autobiografi perjalanan hidup) karya Al-Hafizh Ahmad bin Muhammad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari Al-Hasani juz 1 pasal 60 hal 36)
Ibnu Taimiyyah mentakwil ayat Al-Quran.
Dalam kitab Majmu’ Al-Fatawi Juz 2 halaman : 433, disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah berkata :
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ [القصص:88] أي: دينه وإرادته وعبادته، والمصدر يضاف إلى الفاعل تارة وإلى المفعول أخرى، وهو قولهم: ما أريد به وجهه، وهو نظير قوله:{لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا}[الأنبياء:22]. فكُلُّ معبود دون الله باطل، وكل ما لا يكون لوجهه فهو هالك فاسد باطل، وسياق الآية يدل عليه وفيه المعنى الآخر ) اهـ
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَه
“Segala sesuatu itu pasti hancur kecuali wajah-Nya “, maksudnya (kata Ibnu Taimiyyah) adalah “ Agama-Nya, Iradah dan penyembahan pada-Nya “… Wallahu a’lam bish-Shawab
Catatan :
Wahai para pengaku bermanhaj salaf (wahabi-salafi), beranikah kalian mengatakan Ibnu Taimiyyah seorang Jahmiy (Mengingkari sifat Allah) ???