MEMBEDAH NASIB TRAGIS KLAN BA’ALAWI
“Peradaban dibangun dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan, barang siapa menolak keduanya maka dia akan menjadi sampah peradaban !”
(KRT. Faqih Wirahadiningrat)
Sebagaimana sudah dapat diduga bahwa Ba’alawi akan mengalami fase keruntuhannya di Bumi Nusantara.
Mereka yang selama ini paling arogan atas nasabnya, tentu saja untuk membangun nasibnya, kini seolah seperti anak terlantar di negeri orang.
Ketragisan tersebut penyebabnya karena :
1. Terlalu bangga akan nasabnya yang disambungkan kepada Nabi SAW.
2. Melakukan praktik rasisme, selain merasa sebagai ras paling mulia juga merembet kepada aturan pernikahan yang direkayasa atas dasar kafa’ah, atau kesetaraan derajat ras. Dimana putri mereka harus menikah dengan sederajat rasnya yaitu turunan Nabi, sementara untuk yang laki-laki bebas dengan siapa saja.
3. Klaim garis lurus laki-laki silsilah nasabnya kepada Sayyidina Husein bin Ali, cucu Nabi SAW. Disinilah letak blunder terbesarnya, sehingga gampang dibuktikan kepalsuannya.
4. Banyak melakukan hinaan, cacian, bahkan persekusi kepada pribumi apabila dianggap akan menyaingi dan mengancam eksistensi nasab mereka. Untuk hal ini ada yang garis radikal, tetapi ada juga dengan cara moderat. Cara kedua inilah yang paling sulit dideteksi, karena diantaranya menggunakan organisasi Sufisme dan merapat ke NU. Disinilah NU menjadi ‘tersandera’, bingung mau berbuat apa. Beruntunglah saudara-saudara yang di Muhammadiyah, sejak dulu waspada dengan urusan beginian.
5. Melakukan pembelokan sejarah dan pencangkokan nasab baik kepada Pahlawan Nasional juga tokoh-tokoh di Kesultanan Nusantara.
Begitulah ketika hampir semua pihak bangkit mempertanyakan semua hal diatas, seketika mereka remuk-redam dan gagap dalam menjawabnya. Andai Ba’alawi bisa menghadirkan 4 hal dibawah ini, maka ketragisan itu bisa dihindari :
> Data kitab nasab sejaman untuk menjawab keterbatasan nasab selama 550 tahun. Sampai tulisan ini dibuat Hasilnya masih NIHIL.
> Hasil isbat nasab resmi dari Naqobah Internasional, terutama dari asal negeri leluhurnya, baik Yaman ataupun Iraq (negeri asal Sayyid Ahmad bin Isa yang diklaim sebagai datuknya). Hasilnya juga NIHIL.
> Hasil test Y-DNA yang presisi sebagai keturunan lurus laki-laki dari Imam Husein (J1-FGC30416) bin Ali (FGC10500). Hasilnya, jangankan menemukan kedua Haplotype diatas, haplogroupnya saja bukan J1, malah G2. Artinya, selain gagal sebagai keturunan lurus laki-laki, malah terdeteksi bukan ras Arab.
> Tidak bisa menghadirkan data yang sepuh dan runut terkait ketersambungan nasab tokoh-tokoh Nusantara baik Walisongo maupun Raja-Sultan Nusantara dengan mereka. Rata-rata datanya berasal dari era penjajahan. Seperti dalam Kitab Syamsu Dzohiro, yang jelas tertulis menurut VAN DEN BERG. Tokoh ini adalah konseptor utama pengacau sejarah Nusantara yang memiliki anak buah diantaranya Snouck Hurgronje dan Mufti Batavia Usman bin Yahya. Nama terakhir adalah dari Ba’alawi yang mendapat medali penghargaan dari Ratu Belanda. Artinya, klaim mereka sebagai yang paling berjasa di Nusantara telah gagal-total. Sebuah rencana jahat massif yang layu sebelum berkembang.
Realita dari 4 hal tersebut diatas adalah :
Mereka tidak akan pernah menemukan kitab nasab sezaman. Karena pendataan nasab Nabi SAW ternyata berjalan demikian rapi dari masa ke masa, saling terjalin dan terjaga hingga kini. Dan itu diwujudkan dengan adanya Majelis Saadatul Asyrof dari tiap bani dan tiap negara.
Mereka tidak akan pernah dapat isbat dari Naqobah Yaman, karena data keluarga Nabi ternyata sudah demikian rapi, bahkan di Abad 7 H sudah pernah diadakan sensus. Untuk Naqobah Iraq, tentu akan lebih tragis lagi, karena Sayyid Ahmad bin Isa hanya punya 3 putra (Muhammad, Ali dan Husein), dan tidak ada nama Ubaidillah yang diklaim sebagai datuknya Ba’alawi. Bahkan tidak pernah hijrah ke Yaman. Semua sudah kami tulis dalam edisi sebelumnya.
Apalagi untuk Test DNA, kegagalan disini membuktikan bahwa Catatan Tuhan tidak pernah salah. Haplogroup G mereka menunjukkan garis laki mereka berasal dari Kaukasus, dan Haplotype mereka yang memiliki kode PF3296 identik dengan keluarga Yahudi Askhenazi. Bila ini dikaji lebih dalam, mereka yang sama sekali bukan bangsa Arab, apalagi Bani Hasyim Quraisy. Justru adalah Yahudi Khazari dari Kaukasia. Yakni keturunan dari suatu bangsa yang hidup dari merampok di Jalur Sutra. Suku ini memeluk Agama Yahudi di jaman The Great Solomon (Sulaiman AS), untuk memperoleh perlindungan dan jatah jalur sutra yang strategis di Kau kasus.
Mereka sama sekali bukan keturunan Ibrahim AS. Karena Bangsa Yahudi yang keturunan dari 12 suku putra Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim harusnya haplogroup Y-DNA nya juga J1. Bila Quraisy Bani Ismail bin Ibrahim, J1-L859, mereka J1-L860. Kerajaan KHAZARI ini beribukota di ITIL, musnah akibat sebuah bangsa asing dari Mongol hingga Kerajaan Rusia ( https://web.archive.org/web/20080927200637/http://news.yahoo.com/s/ap/20080920/ap_on_re_eu/russia_lost_capital ). Yahudi Khazar ini terkenal sebagai Yahudi suku ke-13, diluar keturunan 12 suku Abrahamik diatas. Bahkan menurut pakar Eskatologi Dunia, Syekh Imron Hosein, Ya’juj Ma’juj itu manusia biasa yang jahat & membuat kerusakan di muka bumi, munculnya dari Kaukasus ( https://odysee.com/@PreppersAkhirZaman:8/yakjuj-makjuj-keturunan-bangsa-khazar:f ). Yaitu Yahudi garis ke-13 yang kini mendirikan Negara Zionis Israel, dan sebagian lainnya menyebar ke seluruh dunia, baik tetap beragama Yahudi maupun menjadi Yahudi Crypto (beragama diluar Yahudi).
Kegagalan di point ini diperparah dengan mengklaim nasab trah Kerajaan Nusantara ke Ba’alawi. Ibaratnya menggunakan jurus Dewa Mabuk, namun benturkan kepala ke batu cadas. Kengawuran itu misalnya, mengklaim Trah Pakubuwono ke Assegaf, sementara Hamengkubuwono ke Bin Yahya, konyol bukan? Padahal keduanya berangkat dari 1 kakek yang sama yaitu Amangkurat Jawi. Atau yang sekarang sedang viral, Pahlawan yang gugur di Perang Sepehi lawan Inggris, yaitu Senopati Singo Barong alias KRT. SUMODININGRAT, cucu Sultan Hamengkubuwono I dibelokkan ke Bin Yahya Ba’alawi. Tentu saja ini akan semakin mempercepat rungkadnya nasib Ba’alawi di Nusantara.
Salam Waras, Rahayu Nusantaraku !!!
Ditulis di Malam Maulid Nabi SAW 1445H, di suatu sudut sepi Bumi Untung Suropati dan kampungnya Empu Gandring (semoga kita bisa mengambil ketauladanan & memetik hikmah sejarah dari ketiganya, Al Faatihah)
Oleh KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT, Sang Pelayan Hina dari Seluruh Yang Mulia Bani Walisongo Yang Jaya di Nusantara Raya
Pengembang ; qsantri.com