RUNTUHNYA KLAN BA’ALAWI DAN NARASI SESATNYA
“Manusia Hebat, Berbicara Ide Gagasan. Manusia Biasa, Berbicara Peristiwa. Sementara Manusia Rendah, Membicarakan Orang Lain.” (Eleanor Roosevelt)
Baik, kita tidak akan membicarakan orang lain secara personal, karena selama ini memang tidak hobby demikian. Namun anehnya ketika nama kita dibully, lalu kita balik bertanya dengan teknik yang sama, ternyata sudah meradang dan playing victim.
Sudahlah, memang jongos tidak akan jauh dari majikannya, yang mana hobby mempersekusi nasab orang lain, ketika nasabnya dipertanyakan langsung merasa terdholimi.
Dalam koridor dakwah, untuk percaya atau tidak Ba’alawi turunan Nabi, silahkan saja. Tidak ada kewajiban juga untuk percaya. Nabi saja menyampaikan kebenaran disertai dengan mukjizat masih banyak yang ingkar. Apalagi yang hanya Kajian Pustaka dan Genetika. Tapi tentu saja kebenaran akan menemukan jalannya, dan akal sehat akan selalu menang melawan narasi sesat.
Dan kehancuran itu sudah jelas di depan mata. Silahkan yang masih bertahan, mungkin untuk mengais sedikit rejeki atau panggung yang semakin sempit demi eksistensi diri. Bertahan untuk tercoreng dalam sejarah.
Tapi, kenapa SINGA tidak mau menanggapi gonggongan ANJING ?
> Karena bagi Singa, wasting time, buang-buang waktu, tidak level dan tidak doyan.
> Singanya mungkin kasihan.
> Singanya banyak agenda lain yang lebih penting.
KEHANCURAN ini sangat nyata bagai matahari di musim kemarau pada siang hari.
(Saya tidak mau pakai kata TRAGIS, karena sudah diplagiat oleh victim player).
Kalo mau disurvey, berapa persen rakyat Indonesia yang masih percaya BA’ALAWI cucu Nabi?
Mari dihitung : Non muslim kah? Muhammadiyah? Apalagi Al Irsyad. Atau Islam Nasionalis, Abangan?
Semuanya jelas dari awal sudah ragu kalau mereka Turunan Nabi.
Yang percaya secara tradisional adalah dari Kaum Nahdhiyyin. Tapi dengan gerakan masif ini, tinggal berapa persen Nahdhiyyin yang masih percaya. Penulis yakin, masih banyak orang NU yang cerdas daripada yang sebaliknya.
Apabila jumlah warga NU sekitar 80 juta orang ( https://hasanuddinali.com/2017/01/19/menakar-jumlah-jamaah-nu-dan-muhammadiyah/ ). Misalkan yang masih percaya Ba’alawi turunan Nabi sekitar 1/10, maka taklebih dari 8 juta orang. Atau sekitar 3% warga Indonesia yang teracuni virus Yamanisasi ini.
Dan dengan kehadiran negara, serta sikap tegas PBNU, diprediksi percepatan penyadaran bisa lebih efisien.
Sejarah mencatat siapa saja yang membikin narasi jahat dan mencoba melawan Pusaka Bangsa, akan mengalami nasib yang sama. Dalam sejarah Nusantara modern, jangankan DI/TII, atau PKI yang ingin makar di negeri ini. Pasukan terkuat di dunia, Mongol pun hancur-lebur di Nusantara. Hingga kemudian era Kolonialisme, ditengah kemunduran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi negeri-negeri muslim. Mereka datang dengan teknologi yang lebih maju dan teknik pecah-belah. Itupun tidak menjajah seluruhnya, namun perjanjian dagang & menyewa wilayah. Sebagai contoh, coba lihat Perjanjian Gianti. Yaitu pecahnya Mataram Islam dan kewajiban VOC kepada Jogja ataupun Surakarta.
Makanya, selain belajar agama, kita wajib belajar ragam ilmu lainnya. Termasuk Sain & Teknologi, agar tidak mudah ditipu dengan dogma-dogma agama ala Abad Pertengahan/Kegelapan di Eropa.
Contohnya ada orang jual EMAS, karena tidak mampu menguji, ternyata cuman KUNINGAN. Ngaku cucu Nabi ternyata Yahudi Khazari. Kita mudah silau dengan cerita dongeng dan sihir-sihir yang tidak mencerdaskan. Mudah ditakut-takuti dengan cerita bualan pendusta berkedok agamawan.
Agama harusnya mencerdaskan, bukan membuat umatnya menjadi katak dalam tempurung.
“Puncak dari Agama adalah Akal !” (Imam Ali bin Abi Tholib RA).
Kesimpulannya :
Ketika kitab sejaman NIHIL, Syahadah Nasab dari Naqobah Internasional NIHIL, dan test DNA juga hasilnya NIHIL, maka segala narasi yang ‘was-wis-wus gedabrus’, hanya akan diketawain orang.
Itulah kenapa orang bathil selalu banyak dalih dan alasan. Namun orang benar selalu sederhana dalam memberikan bukti & solusi. Karena bagi pembohong, mempertahankan kebohongannya selalu dibangun dengan kebohongan baru.
Hingga di titik inilah, kebohongan yang paling awal itu tercabut akarnya, dan tumbanglah pohonnya. Yaitu KEBOHONGAN mencantolkan nasab melalui tokoh bermasalah. Bernama KANG UBED yang konon putra dari Sayyid Ahmad bin Isa Al Husaini.
Sekian dan Wassalam, Salam sejahtera, Rahayu Nusantaraku !
* KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT