Sidebar ADS

SEJARAH AWAL MULA GELAR JULUKAN HABIB

SEJARAH AWAL MULA GELAR JULUKAN HABIB 

Salah satu ciri utama Kelompok Syiah yang paling utama adalah menanamkan kecintaan kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw. Sehingga kita mengenal istilah Habib (yang dicintai) dan Muhibbin (yang mencintai).

Istilah Habib dan Muhibbin ini sangat populer di Indonesia yang berawal pada abad 19 M dengan masuknya imigran- imigran asal Yaman ke Nusantara.

Ada yang unik yang penulis temukan tentang gelar Alhabib yang menurut hemat penulis pertama kali digunakan oleh ayah dari ubaidillah almahdi yaitu Ahmad al habib.

Dalam kitab sejarah dan menemukan gelar al Habib yang digunakan oleh nama dari ayah Ubaidillah al-Mahdi ini yaitu Ahmad al-Habib atau Muhamnad al Habib. Dan bisa jadi setelah berdirinya dinasti Ubaidillah AlMahdi ini orang mulai menggunakan gelar alHabib ini untuk keturunan Rasulullah Saw. 

Ubaidillah setelah menjadi Pemimpin Dinasti Fathimiyah selain mendapatkan gelar al Mahdi dia juga memiliki Laqab Alawi yang bemakna keluhuran yang tinggi. Yang diklaim sesuai dengan perilaku suci dari Ubaidillah al Mahdi. 

Selain gelar Alawi yang digunakan untuk Para Zuriyat nabi Saw baik al Hasani maupun al-Husaini saat itu juga  dikenal dengan panggilan Syarif atau Sayyid  dalam makna keturunan dari Sayyidina Ali R.A.

Bahwa tokoh Ubaidillah al-Mahdi berhasil menipu umat Islam 2 abad lamanya  termasuk para ulamanya dengan mengklaim dirinya sebagai Zduriyat Rasulullah Saw. 

Ubaidillah AlMahdi ini memilik banyak Nasab yang menurut jumhur ulama Ahlussunah wal Jamaah pada saat itu dengan istilah arabnya   "Ikhtilafun Katsirun Jiddan" alias palsu. Dan para ulama Ahlussunah wal Jamaah sepakat bahwa Ubaidilah al-Mahdi ini adalah keturunan Yahudi.

Maka wajar saja Sulthan Salahuddin al-Ayyubi sebelum merebut AlQuds Palestina terlebih dahulu bangkit untuk memerangi sekutu terkuat pasukan salib yaitu Dinasti Ubaidilah al-Mahdi ini sampai ke akar-akarnya.

Untuk di Indonesia, gelar Habib yang bermakna Yang dicintai sebagai bentuk kepatuhan yang lebih kepada para Sayyid pada saat itu. 

Istilah ini pertama kali digunakan di Aceh oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhamad Az- Zahir ( seorang pengkhianat pada perang Aceh ) di Abad 19 M yang Sebelumnya di Aceh mereka memanggil untuk sebutan zuriyat Rasulullah dengan sebutan Teungku Sayet Sayyid).

Aceh yang sulit ditaklukkan oleh Belanda dari luar hanya bisa ditaklukkan dari dalam dengan menyusupkan ulama-ulama gadungan yang mengaku sebagai zuriyat Rasulullah Saw. Dan akhirnya memberikan fatwa-fatwa atau  doktrin-doktrin yang melemahkan umat Islam Aceh.

Hasil penelitian Snouck Hurgronje bahwa umat Islam Aceh hanya tunduk dan patuh kepada ulamanya, maka ulama ini adalah sentral dari kekuatan masyarakat Aceh. Akhirnya kita bisa menyaksikan Aceh bisa ditaklukkan.

Tentunya kita kaum Aswaja sepakat bahwa mencintai zduriyat Rasulullah Saw adalah wajib sebagaimana sama wajibnya untuk membenci dan memerangi orang-orang yang mengaku sebagai keturunan nabi Saw. 

Hal yang sama yang telah dilakukan oleh Sulthan Salahuddin alayubi yang akhirnya berhasil mengembalikan kejayaan Umat Islam pada masanya dengan merebut AlQuds kembali ke pangkuan Islam.

Fenomena yang terjadi sekarang ini semoga masyarakat muslim Indonesia terutama warga Nahdiyin bisa merebut kembali dimana bisa terbebas dari kecintaan buta. Sehingga menyintai kelompok ataupun tokoh berlandaskan ilmu disertai pemikiran yang kritis sesuai ajaran Islam melalui fatwa-fatwa ulama dan para cendikiawan muslim kaum Nahdiyin. 

Kata terakhir masyarakat Indonesia tidak membutuhkan orang-orang yang bernasab, akan tetapi masyarakat Indonesia jauh lebih membutuhkan orang-orang yang berakhlak mulia disertai ilmu yang mumpuni di bidangnya.

Wallahu Aklamu bissowab.......

Penulis : qsantri.com
Kutipan : Syarif Helmie & HR Ahmad Suranagara (Kedua Penulis adalah Pemerhati Sejarah dan Nasab Nusantara)

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS