MENAKAR KEASLIAN DAN YANG PALSU
Pada situasi normal, seorang berhaplo J1 tentu hanya akan menurunkan jalur pancer lanang berhaplo J1 juga.
Ketika kemudian ada seorang laki-laki Haplogrup non J1 menyaru menjadi keturunannya pada zaman belum ada test DNA, maka keturunan ke bawah si penyaru ini pada jalur pancer lanangnya pun bukan J1. Bahkan setelah sekian generasi menjadi 65 kabilah pun umpamanya, jalur pancer lanangnya tidak akan menjadi J1.
Berapa step keturunan dari seseorang bisa menjadi 65 kabilah?
Kalau satu orang punya 4 anak laki-laki, lalu 4 anak memiliki 16 cucu laki-laki, dan 16 cucu ini punya 64 cicit laki-laki, dan keturunan masing-masing cicit ini bikin kabilah sendiri-sendiri setelah anggotanya cukup besar , maka dalam tempo tidak sampai 10 generasigenerasi sudah bisa terbentuk 65 kabilah yg semua jalur pancer lanangnya tidak berhaplogroup J1.
Kalau asumsi dipersempit hanya tiap 2 keturunan laki-laki dari anak setiap generasi, paling jauh dalam hitungan 20 generasi sudah ada 65 kabilah yang berhaplogroup bukan J1.
Apalagi ternyata ada adat memasukkan nama menantu laki-laki dalam catatan nasab mengganti anak perempuan (kata Prof Menachem Ali) tentu tidak aneh terjadi Haplogroup gado-gado di 65 kabilah tsb.
Jadi tidak ada istilah "65 kabilah itu terlalu besar untuk disebut palsu semua", bila ternyata yang 65 kabilah ini semuanya keturunan dari SATU orang palsu. 1000 kabilah pun bisa kalau memang semua berasal dari SATU leluhur palsu.
Banyak sejarah mencatat pemalsuan nasab terjadi secara gila-gilaan pada masa ekspansi & migrasi bangsa Timur Tengah ke berbagai belahan dunia.
Di masa Ottoman terdeteksi 300.000 orang yang memalsukan nasab untuk memperoleh restitusi pajak. Belum lagi pemalsuan nasab oleh para penguasa "religius" untuk mendapatkan legitimasi atas kekuasaannya.
Kalau yg 300.000 ini kabur dari Ottoman ke Asia Tenggara dan ndawir di sini, dijamin laku sebab secara penampakan tidak jauh berbeda dengan para Sayyid asli.
@maman69ocap
#AyoTestDNA