ABDULLAH BUKAN UBAIDILLAH DALAM KITAB AL-SULUK
Para pembela nasab para habib Ba'Alawi di Indonesia mengatakan bahwa. Ubaidillah sudah dicatat pada abad delapan. Yang demikian itu, katanya, terdapat di kitab al-Suluk karya al-Jundi (w.730 H.), yaitu ketika ia menyebut nama Abdullah sebagai anak Ahmad. Abdullah ini, menurut para habib, mempunyai anak tiga:
👉Jadid, 👉 Alwi dan 👉Bashri.
Alwi dan Bashri dari ibu yang sama, sedangkan Jadid
ibunya berbeda. Jadi wajar yang disebut hanya keluarga Jadid, karena ibu mereka berbeda, kira-kira demikian hujjah mreka
Jadi, walaupun yang disebut hanya
keluarga Jadid sebagai keturunan Abdullah bin Ahmad, maka keluarga Alwi pun terbawa karena mereka saudara. Apakah benar Abdullah yang disebut al-Jundi itu sosok yang sama dengan Ubaidillah leluhur para habaib?
Menurut penulis, jika seandainya-pun benar, bahwa Ubaidillah adalah sosok yang sama dengan Abdullah, tetap saja masih terputus riwayat selama 385 tahun dihitung berdasar wafatnya Ahmad bin Isa tahun 345 H sampai wafatnya al-Jundi pengarang kitab al-Suluk yang wafat tahun 730 H.
Apalagi, yang penulis temukan justru menunjukan bahwa Abdullah ini sama sekali bukan Ubaidillah. Ia orang yang berbeda.
Sebelum penulis lanjutkan, mari kita lihat ibaroh yang ada pada kitab al-Suluk karya al-Jundi yang menyebut nama Abdullah bin Ahmad bin Isa. Ada beberapa ibaroh di halaman berbeda yang menyebut tentang Abdullah dan Banu Alawi.
Sebagian dari mereka adalah Abu alHasan, Ali, bin Muhammad bin Jadid (Hadid, dua riwayat manuskrip) bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja‟far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abdidin ( seharusnya tidak ada bin, karena Zainal Abdin adalah laqob Ali) bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhah, dan dikenal dengan nama Syarif Abul Jadid menurut penduduk Yaman, asalnya dari Hadramaut dari para syarif di sana yang dikenal dengan Al Abi Alwi, yang merupakan rumah kesalihan dan ibadah dalam tarikat tasawwuf”.
Perhatikan! Ketika al-Jundi menyebutkan nama-nama ulama yang datang ke Taiz, ia menyebut nama Abul Hasan Ali. Siapa Abul Hasan Ali ? Disebut oleh al-Jundi,
bahwa ia dikenal dengan al-Syarif Abil Jadid bagi penduduk Yaman, asalnya dari Hadramaut berasal dari para syarif di sana. Mereka dikenal dengan keluarga Abu Alwi, keluarga kesalihan dan ibadah yang berjalan dalam tarikat tasawwuf.
Al-Jundi, dalam kitabnya tersebut, menyebut silsilah Abul Hasan Ali sebagai berikut:
1.Ali bin Abi Talib k.w.
2.Husain
3.Ali Zainal Abidin
4.Muhammad al-Baqir
5.Ja‘far al-Shadiq
6.Ali al-Uraidi
7.Muhammad al-Naqib
8.Isa al-Rumi
9.Ahmad
10.Abdullah
11.Jadid
12.Muhammad
13.Ali
14.Hadid
15.Ahmad
16.Muhammad
17.Abul Hasan Ali (617 H) Abu Hasan Ali ini dikenal dengan nama Syarif Jadid yang berasal dari Hadramaut.
Lalu perhatikan nasab para habib Ba Alawi sampai generasi ke 17 di bawah ini
👇
1. Ali bin Abi Talib k.w.
2. Husain
3. Ali Zainal Abidin
4. Muhammad al-Baqir
5. Ja‘far al-Shadiq
6. Ali al-Uraidi
7. Muhammad al-Naqib
8. Isa al-Rumi
9. Ahmad
10. Ubaidillah
11. Alwi
12. Muhammad
13. Ali
14. Alwi
15. Ali khali qosam
16. Muhammad Sohib mirbat (w.550 H)
17. Ali Waldul Faqih (w.590 H.)
18. Muhammad Faqih al-Muqoddam (653 w. H)
Perhatikan !! Abul Hasan Ali, hidup segenerasi dengan Muhammad Sohib Mirbat, Ali Walidul faqih, dan Faqih al-Muqoddam. Kenapa ketika menyebut bahwa Abul Hasan berasal dari syarif-syarif di Hadramaut, al-Jundi tidak menyebut nama Muhammad Sohib Mirbat atau Faqih al-Muqoddam? Padahal, al-Jundi wafat tahun 730 H.,
Seharusnya al-Jundi mengenal Muhammad Sohib Mirbat atau Faqih alMuqoddam, karena disebut dalam literasi para habib, semisal Syamsu Dzahirah
(h.72), bahwa Muhammad Sohib Mirbat adalah ulama besar dan syaikhul masyayikh al ajilla‘ al- a‘lam‖, gurunya para guru yang agung dan menjadi tokoh, juga disebut dalam kitab yang sama ia sebagai --Imam al-a‘immah‖, imamnya para imam.
Faqih al-Muqodam, menurut Solih bin Ali al-Hamid Ba Alawi dalam kitabnya, Tarikh Hadramaut (h.709), adalah ulama besar yang sampai tingkatan mujtahid mutlak.
Seharusnya, dengan sebesar penyebutan itu, al-Jundi mengenal keduanya, karena alJundi tinggal Aden, Yaman. Yang demikian itu misalnya, al-Jundi menyebutkan:
👇
“Syarif Abul Hasan ini berasal dari Hadramaut dari para syarif disana yang
dikenal dengan Al Abi Alwi satu keluarga dengan Sohib Mirbat dan Muhammad alFaqih al-Muqodam”. Tetapi al-Jundi tidak menyebutkan demikian. Ia hanya
menyebut Abul Hasan Ali.
Para Habib, semisal Hanif Alatas dalam buku sanggahannya terhadap buku penulis, menyatakan bahwa al-Jundi menyebut Faqih al-Muqoddam, Ali Khali Qosam, putra solih Muhammad bin ali bin alwi, dan sayyid Abdullah bin Alwi. Benarkah klaim itu? Mari kita uji..!
Sebelumnya, mari kit baca ibaroh kitab al-jundi yang isinya berikut ini :
👇
“Sebagian dari mereka (tokoh Hadramaut) adalah Abu Marwan, sebagai laqob, adapun namanya adalah Ali bin Ahmad bin Salim bin Muhammad bin Ali. Ia seorang ahli fikih yang terbaik yang besar, darinya meyebar luas ilmu di Hadramaut., Karena kesalihannya dan keberkahan pengajarannya.Ia mempunyai karangan yang banyak. Ia adalah awal orang yang bertasawuf dari keluarga Aba Alwi. Mereka (sebelumnya) dikenal dengan fikih. Dan ketika sampai kepadanya tentang itu dan sesungguhnya ini telah bertasawuf lalu ia menjauhinya. Dan sebagian yang telah belajar fikih kepada Abu Marwan adalah Abu Zakaria, ia keluar ke Maqdisyu lalu menyebarkan ilmu di sana dan di peloksoknya dengan penyebaran yang luas dan aku tidak mengetahui seorangpun sejarah mereka.”
Dari ibaroh ini, kita menemukan secara dzahir, bahwa Abu Marwan seabagai
keluarga Ba Alawi, dan ia merupakan orang pertama yang menjalani tarikat
tasawuf. Dan nama Abu Marwan ini tidak lazim dipakai keluarga Habib Ba Alawi.
Tapi menurut para habib, disini ada kalimat yang hilang, yaitu setelah kalimat “musonnafat adidat” terdapat kalimat “Wabihi tafaqqaha Muhammad bin Ali BaAlwi” lalu baru dilanjutkan kalimat “wahua awwalu…” jadi yang benar menurut Hanif, “belajar kepadanya (Abu Marwan), (orang yang bernama) Muhammad bin Ali Ba Alwi (Faqih Muqoddam)…”. Hal itu, menurut Hanif, disyahidi oleh kitab Husen bin Abdurrahman al-Ahdal yang bernama Tuhfatuzzaman fi Tarikhi Sadat al
Yaman. Setelah penulis mencari kitab ini, memang ada seperti yang disebut Hanif, ada tambahan Muhammad bin Ali. Kekurangannya, kitab ini di tahqia oleh Abdullah Muhammad al-Habsyi dari keluarga BaAlawi sendiri. Bukan penulis
meragukan pentahqiq tanpa alasan, tetapi beberapa pengalaman pentahqiqan yang dilakukan kalangan internal Ba Alawi, mulai dari kitab Abna‟ al-Imam dan al-Raud al-jaliy, selalu ada masalah. Taruhlah itu betul, bahwa ada nama Muhammad bin Ali Ba Alwi, tetapi apakah betul itu al-Faqih al-Muqoddam? Kita lanjutkan ibaroh
al-Jundi berikut.!
👇
"dan sebagian dari keluarga Abi Alwi, telah terlebih dahulu disebutkan sebagian mereka, ketika menyebutkan Abi Jadid beserta orang-orang yang datang ke Taiz, mereka adalah keluarga kesalihan, tarekatnya dan nasabnya, diantara mereka adalah Hasanbin Muhammad bin Ali Ba Alawi, ia seorang ahli fikih, ia menghafal kitab al-Wajiz karya Imam gazali, ia punya paman namanya Abdurrahman bin Ali BaAlawi”
Dari ibaroh ini ada nama yang disebut al-Jundi merupakan keluarga Ba Alawi, yaitu Hasan bin Muhammad bin Ali Ba Alawi. Nama Muhammad bin Ali Ba Alwi yang disebut kembali, ia mempunyai anak bernama Hasan. Pertanyaannya, kalau Muhammad bin Ali Ba Alwi itu al-Faqih al-Muqoddam, seperti interpretasi Hanif, apakah al-Faqih al-muqoddam mempunyai anak bernama Hasan?
Mari kita lihat kitab nasab Ba Alawi Syamsu al-Dzahirah, apakah al-Faqih alMuqoddam mempunyai anak bernama Hasan?
Perhatikan ibaroh di bawah ini ;
وله واي الفقيه ادلقدم( من الولد مخسة بنٌن: علوي وأمحد وعلي وعبد هللا ادلتويف برتْي سنة
وعبد الرمحن ادلتويف بٌن احلرمٌن... ٖٙٙ 35
“ia (al-Faqih al Muqoddam) mempunyai anak laki-laki lima: Alawi, Ahmad, Ali,
Abdullah yang wafat di Tarim tahun 663 H, dan Abdurrahman yang wafat antara
Makkah- Madinah.” (Syamsu al-Dzahirah: 78)
Jelas di sini disebutkan bahwa al-Faqih al-Muqoddam tidak punya anak bernama Hasan. Jadi jelas pula bahwa Muhammad bin Ali yang disebut al-Jundi itu bukan alFaqih al-Muqoddam.
Penguat kedua bahwa Muhammad bin Ali yang disebut al-Jundi itu bukan al-Faqih al-Muqoddam adalah kalimat;
👇
“Ia (Hasan bin Muhammad) mempunyai paman bernama Abdurrahman bin Ali …” pertanyaanya, apakah Ali ayah al Faqih alMuqoddam mempunyai anak bernama Abdurrahman? Mari kita lihat kitab Syamsu al-dzahirah dengan ibaroh di bawah ini !
له ابن واحد هو الشيخ االمام دمحم الشهًن ابلفقيه ادلقدم هنع هللا يضر...36
“ia (Syekh Ali bin Muhammad sohib Mirbath) mempunyai anak satu, yaitu syekh Imam Muhammad yang masyhur dengan (nama) al-Faqihal-Muqoddam.”
(Syamsu al-dzahirah: 77)
Dikatakan dalam kitab Syamsu al-Dzahirah, bahwa Ali (ayah al-Faqih alMuqoddam) hanya mempunyai anak satu, berarti Hasan yang disebut al-Jundi mempunyai paman bernama Abdurrahman jelas bukan anak al-Faqih al-Muqoddam dan bukan keluarga Habib Ba Al Kiwi. dalam keterangan ibaroh di bawah ini !
👇
“dan sebagian dari mereka adalah Ali bin Ba Alwi, ia banyak ibadahnya, agung
pangkatnya, ia selalu solat, dan ketika membaca tasyahhud, ketika iamembaca „assalamualaika ayyuhannabiyyu‟, ia mengulang-ulangnya, maka ditanyakan
kepadanya (kenapa ia mengulang-ulang kalimat tersebut?), (ia menjawab): „aku
melakukannya sampai Nabi s.a.w. menjawabnya‟, maka banyak sekali ia
mengulang-ulang itu.Dan Ali mempunyai anak namanya Muhammad Ibnu Solah,
ia punya paman namanya Ali bin BaAlwi, sebagian rincian keluarga Aba Alwi
adalah Ahmad bin Muhammad, ia seorang ahli fikih yang utama, ia wafat kira-kira tahun 724 H; dan Abdullah bin Ba Alwi, ia masih hidup sampai skarang, ia bagus ibadahnya dan menjalani tasawuf”.
-------------------------------------------------
شمس الظه ٌرة: 77
/2السلوك، الشاملة: 4
/2السلوك، الشاملة: 463
35شمس الظه ٌرة: 78
/2السلوك، الشاملة: 4
/2لوك، المكتبة الشاملة: الس 13
31البرقة المثٌقة: 151