Sidebar ADS

AGAR SELAMAT DARI FITNAH, PERBANYAK LITERATUR

AGAR SELAMAT DARI FITNAH, PERBANYAK LITERATUR 

Di indonesia sebenarnya banyak orang atau bahkan publik figur yang memiliki nasab atau keturunan dari tokoh terhormat yang luar biasa, seperti Asri Welas yang merupakan keturunan ketujuh dari pangeran Diponegoro, Maia Estianty cicit dari HOS Cokroaminoto, Dian Sastrowardoyo yang merupakan cucu dari pahlawan nasional sekaligus mantan Menteri Luar Negeri ke -7, dan masih banyak yang lainnya.

Namun kebanyakan dari mereka enggan memberi tahu nasab mereka kepada khalayak, kecuali ada sesuatu hal yang memaksa. Alasannya karena khawatir mereka akan mencoreng nama baik leluhurnya. Misalnya ada orang yang diketahui sebagai keturunan Diponegoro yang melakukan korupsi atau tindakan kriminal, maka nama leluhurnya akan tercoreng.

Seseorang yang biasa, tetapi dia punya leluhur orang yang luar biasa dan disegani. Maka ia akan mudah mendapatkan jabatan, keuntungan dan naik derajatnya karena nasabnya itu. Tetapi jika ia melakukan kesalahan maka nama leluhurnya pun juga akan ikut salah. Ini yang menjadi penyebab anak keturunan pahlawan nasional pun tidak mau dicatutkan nama leluhurnya.

Dalam contoh kasus yang sama itu ada keturunan Nabi Muhammad SAW, yang biasa kita sebut sebagai Syarif dan Sayyid. Diantara mereka itu ada beberapa golongan berdasarkan karakternya, yang pertama adalah golongan yang tidak mengatasnamakan dirinya keturunan Nabi Muhammad. Alasannya mereka tidak mau menggunakan nama gelarnya karena mereka khawatir kalau mereka melakukan hal-hal yang jahat, maka Nabi Muhammad SAW akan ikut tercoreng namanya.

Karakter kedua yaitu yang tidak terlalu cinta Nabi Muhammad SAW tapi menggunakan nama Nabi Muhammad SAW untuk kepentingan dirinya. Biasanya mereka itu orangnya biasa-biasa saja, tetapi biar mendapatkan pengikut maka kegiatan dan perkataan yang paling kotor sekalipun, kalau dia mengatakan bahwa saya keturunan Nabi SAW. Maka orang orang awam akan mendukung dia habis-habisan.

Ceramah golongan yang palsu biasanya menekankan kemuliaan keturunan Nabi SAW dan statusnya yang sakral.

Orang awam pasti akan terperdaya, karena menurut orang awam “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” maka jika mereka, pasti akhlaqnya akan meniru Nabi Muhammad SAW. Kira-kira itu pemahaman orang awam.

Sehingga dengan itu yang palsu akan mendapat akses ekonomi, akses kekuasaan, sampai pengikut yang banyak. Walaupun secara geneologis dia memang bagian darinya, tapi secara definitif dia tidak memiliki itu semua.

Golongan yang paling nista adalah mereka yang mengaku sebagai bagian dari keturunan Nabi Muhammad SAW untuk kepentingan hawa nafsunya. Namun sejatinya didalam darahnya tidaklah mengalir setetes pun darah Nabi SAW alias palsu. Secara uji pustaka maupun uji ilmiah DNA mereka tidak terkonfirmasi.

Di indonesia ini lazim terjadi, karena masyarakat kita minim literasi dan hanya melihat seseorang dari covernya. Kalau ada presiden, pasti anaknya ikutan, saudaranya ikutan, istrinya ikutan. Semua kerabatnya akan jadi pejabat dan politisi.

Ditengah masyarakat feodal yang awam, akan melihat sosoknya dari garis keturunannya atau keluarganya, dan bukan dari kualitas atau kinerjanya. Inilah yang secara sistematis akan menciptakan masyarakat yang bobrok.

Karena mereka yang memiliki kepentingan sosial politik, wajib mempertahankan kebodohan dan keawaman masyarakat, agar tetap bisa di pilih. Kalau masyarakat jadi pintar tentu mereka tidak akan terpilih.

Menurut kitab karya Imam Ghozali yang berjudul Bidayatul Hidayah. Ulama itu pasti ada yang jahat, atau yang biasa disebut dengan ulama su’. Mereka adalah ulama yang tidak memiliki integritas dan tanggung jawab intelektual dan hanya mementingkan duniawinya. Ulama yang jahat itu ciri cirinya;

1. Hartanya banyak dari ceramah.
2. Membanggakan ilmunya.
3. Suka pamer jumlah pengikut.
4. Merasa dirinya spesial karena gelar atau keilmuan tertentu.

Perlu kita ingat, kita ini hidup diakhir zaman. Dan di akhir zaman itu ada yang namanya Dajjal. Ia bisa membalik yang jahat menjadi seolah olah baik, dan yang baik menjadi seolah olah jahat. Maka dari itu kita harus berhati hati.

Lalu bagaimana cara membedakannya? Perbanyaklah ilmu, kuatkan iman, baca semua literatur kemudian bandingkan, maka sedikit demi sedikit kita pasti tercerahkan.

Waallahu Aklamu bissowaab..........
www.qsantri.com 

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS