Sidebar ADS

KRITERIA MENJADI WARGA NU YANG KAFFAH

KRITERIA MENJADI WARGA NU YANG KAFFAH

Untuk bisa disebut sebagai Warga NU yang kaffah kriteria ringkasnya diantaranya:

1. FIKROH (Pola Pikir/ Sikap).

Dalam berinteraksi dalam berbangsa , bernegara dan beragama selalu berpola pikir dan bersikap :

At-Tawassuth atau sikap tengah-tengah.
Yaitu sikap yang sedang-sedang saja, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.

At-Tawazun atau seimbang dalam segala hal.Termasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits).

Al-I'tidal atau tegak lurus.

Tasamuh atau toleransi.
Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini.

MAFHUMNYA MUKHALAFAH-nya :
"Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi dalam pola pikir dan bersikap keluar dari empat hal tersebut di atas, maka perlu dipertanyakan lagi ke-NU-annya.

2. HAROKAH

Warga dan Pengurus NU harus bergerak sesuai dengan cara NU. 

Gerakan NU yang baik adalah gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU. Siapapun bisa bergerak untuk NU. Bisa berjuang bersama struktural maupun sebagai kultural.

MAFHUM MUKHALAFAH-nya:
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi dalam pergerakannya tidak selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU, maka pengakuannya sebagai Warga NU perlu dipertanyakan.

3. JAM'IYYAH (Organisasi).

Untuk menjadi Warga NU seutuhnya , Jam'iyyahnya harus mengikuti Jam'iyyahnya NU yang tersebar dalam bentuk Badan Otonom NU maupun Lembaga NU.

MAFHUM MUKHALAFAH-nya:
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi Jam'iyyahnya  mengikuti Jam'iyyah yang jelas-jelas berseberangan dengan garis perjuangan NU , maka ke-NU-an nya perlu dicurigai.

4. AMALIYAH

Untuk menjadi Warga NU yang kaffah, amaliyahnya harus mengikuti amaliyahnya NU, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Ziarah kubur, Manaqib, Istighosah, Tawasul dll.

MAFHUM MUKHALAFAH-nya:
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi malah menyesat-sesatkan Maulid Nabi Shallallahu alayhi wa Sallam, mensyirik-syirikkan ziarah kubur, membid'ah-bid'ahkan Manaqib dan Istighosah, mengkafir-kafirkan Tawasul, jelas ke-NU-annya hanya sebatas kamuflase belaka.

5. SIYASYAH (Politik).

Untuk menjadi Warga NU yang kaffah, politiknya harus mengikuti politiknya NU, yaitu Politik Kebangsaan bukan Politik Kekuasaan yaitu: Arah perjuangan Politiknya untuk menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menerima PANCASILA sebagai Azas tunggal dalam Bernegara, tanpa mempersoalkan apapun partainya, serta apapun warna bajunya.

MAFHUM MUKHALAFAH-nya:
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi dalam berpolitiknya merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menolak PANCASILA sebagai Azas tunggal dalam Bernegara maka jelas tertolak ke-NU-annya.

6. GHIRAH (Semangat Juang).

Untuk menjadi Warga NU yang kaffah harus memiliki semangat juang yang tinggi dan tangguh dalam mewujudkan perjuangan NU dalam menjaga Agama Islam Ahlussunnah Wal Jamaa’ah An-Nahdliyah yang rahmatan lil alamin dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
MAFHUM MUKHALAFAH-nya: 
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi semangat juangnya malah menodai nilai-nilai Islam Ahlussunnah Wal Jamaa’ah An-Nahdliyah yang rahmatan lil alamin dan merongrong  Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pengakuannya sebagai Warga NU hanyalah kedustaan belaka.  
 
7. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
 
Untuk menjadi Warga NU yang kaffah dalam beramar ma’ruf nahi munkar harus dilakukannya dengan cara yang ma’ruf , bukan dengan cara yang munkar. Karena beramar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan dengan cara yang munkar , pelakunya menjadi bagian dari kemungkaran itu sendiri. 
 
MAFHUM MUKHALAFAH-nya: 
Apabila ada orang yang mengaku sebagai Warga NU tetapi dalam beramar ma’ruf nahi munkar dilakukannya dengan cara yang mungkar , maka ke-NU-annya sangat diragukan . 
 
Demikian paparan ringkas tentang KRITERIA menjadi Warga NU yang kaffah utuh dan menyeluruh. 
 
Warga NU gemar sholawat dan majlis maulid serta variannya, hari ini tidak ada Pentas majlis cinta nabi (maulid dll.) 

Yang lebih di cintai Nabi selain di dalamnya meluruskan Nasab Kanjeng Nabi dan ajarannya yang di kotori oleh kaum pengusung fitnah Sarro' ( hadits Nabi yang mengungkap datangnya zaman di mana akan ada kaum yang mengaku keturunan Nabi tapi hakikatnya kotoran ahlul bait Nabi ).

Pertanyaannya, adakah pesan dan nasehat Nabi tentang siapa yang layak kita patuhi petuahnya dan layak pula disebut sebagai keturunan Nabi ? Dalam sebuah riwayat Ahmad dan Abu Daud dikatakan ;

عن عبد الله بن عمر، قال كنا قعودا عند النبي صلى الله عليه وسلم فذكر الفتن، فأكثر في ذكرها، حتى ذكر فتنة الأحلاس، فقال قائل: وما فتنة الأحلاس؟ قال “هي هرب  وحرب ثم فتنة السّراء دخنها من تحت قدمي رجل من أهل بيتي، يزعم أنه مني وليس مني، وإنما أوليائي المتقون ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ ، ثُمَّ فِتْنَةُ الدُّهَيْمَاءِ ، لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ لَطْمَةً ، فَإِذَا قِيلَ : انْقَضَتْ ، تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا ، وَيُمْسِي كَافِرًا ، حَتَّى يَصِيرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ ، فُسْطَاطِ إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ ، وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ ، فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ ، مِنْ يَوْمِهِ ، أَوْ مِنْ غَدِهِ

Dari Abdullah ibn Umar berkata,"Pada suatu hari kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW. Beliau memberikan peringatan tentang fitnah-fitnah (ujian besar di akhir zaman) yang banyak bermunculan, sampai beliau menyebutkan Fitnah Ahlas.

Seseorang bertanya, “Wahai Rasulallah, apa yang dimaksud fitnah Ahlas?”Beliau menjawab, “Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian fitnah sarra’ yang asapnya keluar dari bawah kaki seseorang dari Ahli Bait-ku, ia mengaku bagian dariku, padahal bukan dariku. Karena sesungguhnya orang-orang yang aku kasihi hanyalah orang-orang yang bertaqwa.

Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya.

Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia 
justru berlanjut, di dalamnya seorang pria 
pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu 
atau besoknya. (HR. Ahmad & Abu Daud)

Syaikh al-Mulla ‘Ali al-Qari’ dalam "Mirqatul Mafatih" menjelasksan maksud dari fitnah sarra’ adalah fitnah karena banyak yang bermegah-megahan hingga lupa dan jatuh dalam perilaku maksiat. Karunia kenikmatan tersebut membuatnya jatuh dalam kemaksiatan.

Pada akhir zaman, fitnah sarra’ ini yang dikatakan dalam hadist di atas berasal dari mereka yang mengaku ahli bait Rasulullah SAW. Syaikh Ali al-Qari menggambarkan mereka ( Ba'alawi ) sebagai orang yang mengaku keturunan Nabi, tapi secara nasab tidak terkonfir oleh data pustaka dan tidak mencerminkan akhlak yang baik.

Munculnya beberapa golongan orang yang mengaku keturunan Nabi dan setelah dilakukan kajian data pustaka secara Nasab tidak tersambung. begitu pula tidak secara akhlak. inilah merupakan salah satu ujian akhir zaman yang harus diwaspadai oleh umat Muslim sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW. dalam hadisnya.

Di Indonesia, keturunan Nabi ada yang dipanggil Habib meskipun masih diragukan Nasabnya secara pustaka dan tidak terkonfir sanad nasabnya. dan ada juga yang dipanggil Sayyid. Tapi sebagian para Sayyid dan Syarif mereka membaur menutupi jati dirinya. itu dikarnakan sejarah dahulu akibat penjajahan oleh kompeni Belanda. oleh karnanya tentu tidak semua keturunan Rasulullah bersikap seperti yang digambarkan dalam hadis Nabi tersebut.

Tetapi setidaknya, hadist di atas bisa menjadi pengingat kita agar tidak terhanyut dalam arus politik identitas oleh segelintir kelompok yang mengatasnamakan Habib sebagai cucu Kanjeng Nabi ( Ba'alawi )

Rasulullah di utus untuk menunjukkan uswah Hasanah,Yang tidak berprilaku Hasanah siapapun itu jangan belagu ngaku ngaku dzurriyah Rosul, walau masih dzurriyah pun bisa jadi gak diakui

Maka agar terhindar dari Amarah Nabi (setelah datangnya bayan/hujjah ttg hakikat ba'alwi ) dan berharap ridho Nabi maka katakan tidak pada majlis-majlis yang mengatasnamakan cinta Nabi tapi di isi oleh kotoran kotoran bersurban yang mengklaim jadi cucu cicit Nabi !!,.

Maka agar kegiatan majlis sholawat tidak salah jalan sebaiknya mengambil solusi undanglah para pembela Nasab mulia Nabi yang lurus ( bener tur pener).


   ❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
https://www.facebook.com/pg/qsantri.eu.org/posts/qsantri.com

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS