Sidebar ADS

BENTUK PENJAJAHAN MODERN ERA MILENIAL

BENTUK PENJAJAHAN MODERN ERA MILENIAL 

Penjajahan kalsik dan modern kurang lebih terjadi selama tiga setengah abad lamanya. Bangsa Belanda menjajah Indonesia dan mengambil semua kekayaan sumber daya alamnya melalui sistem perbudakan masyarakat lokal dengan sistem kerja paksa/ rodi dan kebijakan-kebijakan lainnya yang membuat rakyat Indonesia sengsara. 
Mereka juga berhasil membawa wacana  "Kebenaran" untuk menjustifikasi tindakan penjajahan dan meghancurkan nilai-nilai kultural lokal. Berasal dari perasaan senasib hingga mempunyai tekad untuk melepaskan diri dari para penjajah, masyarakat akhirnya membangun kesadaran, solidaritas, dan semangat nasionalisme untuk melakukan gerakan pembebasan dan perebutan kemerdekaan dari para penjajah Bangsa Barat melalui jalan perang. 

Tetapi apakah kita benar-benar sudah merdeka dari penjajah? Meskipun secara fisik kita sudah terbebas dari belenggu penjajahan fisik.  Kemerdekaan negara bekas jajahan tidak berarti langsung menghilangkan penindasan negara penjajah, yang berbeda hanyalah bentuk penjajahannya. 

Jika dulu penjajahan dilakukan dengan perampasan sumber daya alam, maka di era modern ini bentuk penjajahan bertransformasi menjadi penjajahan sosial-budaya, ekonomi dan pemikiran yang lebih bersifat tak kasat mata.

Menurut beberapa pakar Tori Sosial, bentuk penjajahan modern Dunia Barat terhadap timur ditujukan pada wacana globalisasi ( neo-kapitalisme), Internasionalisasi, dan developmentalisme yang berlangsung secara samar tetapi berdampak jauh lebih dahsyat ketimbang bentuk kolonialisme klasik. 

Globalisasi, misalnya, bukan hanya dituding sebagai wacana yang bertujuan untuk menciptakan ketergantungan ekonomi terhadap negara lain, tetapi juga sebagai jalan masuk infiltrasi budaya transnasional terhadap budaya pribumi. 

Menggiring untuk mencitai budaya asing serta melucuti budaya pribumi dengan alasan tren atau populis. Yang terparah adalah dengan mengatasnamakan Agama, dari manipulasi ini berdampak menyuburkan radikalisme.

Oleh karena itu, kita harus melihat secara kritis bahwa kolonialisasi belum berakhir. Dalam tulisannya yang berjudul On Some Aspect of the Historiography of Colonial India, sejarahwan India, Guha, menjelaskan bahwa penindasan tidak semata-mata dilakukan oleh kelompok “luar” saja (bangsa penjajah), namun juga kelompok “dalam” (orang pribumi). 

Penindasan kelompok “dalam” seperti ini tidak terlepas dari wacana ideologis yang dikonstruksikan oleh bangsa asing yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lokal untuk menindas kelompoknya sendiri demi kepentingan mereka.

Maka jangan heran jika simpatisan wahabi lokal lebih wahabi dibandingkan penganut wahabi di Saudi begitu juga mukibin lebih rasis dibandingkan Klan Kabib yang mereka puja, ini sebagian contoh.

 ❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS