Sidebar ADS

BIRO MARKETING HABIB DAN KOTAK AMAL‼️

BIRO MARKETING HABIB DAN KOTAK AMAL 

Kotak amal kerap kali berwarna bening dan tembus pandang. Selain itu, kita jarang menemui kotak amal yang kosong, selalu terisi sejumlah uang dengan varian pecahan mulai dari ribuan sampai ratusan ribu. Kita akan menjumpai kotak amal dengan jumlah uang yang tidak sedikit di dalamnya.

Pada beberapa kali kesempatan, saya dan mungkin kita semua, seringkali terdorong untuk menyumbang ketika melihat kotak amal dengan penampakan yang tembus pandang dengan sejumlah uang di dalamnya, meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyumbang.

Pernahkah kita berpikir bahwa uang yang berserakan di dalam kotak amal tersebut pada dasarnya bukan semuanya hasil sumbangan dari masyarakat umum tetapi disengaja oleh para kelompok yang meminta sumbangan sebagai salah satu umpan agar orang lain ikut menyumbang?

Ada dorongan psikologis untuk ikut menyumbang ketika melihat kotak amal yang terisi sejumlah uang. Dorongan tersebut muncul tiba-tiba yang terstimulasi dari otak. Mungkin karena niat tulus untuk ikut membantu, atau bahkan perasaan merasa tidak nyaman jika tidak sekadar memasukkan sejumlah uang ke dalamnya.

Menyumbang adalah satu hal yang baik sementara kemampuan marketing adalah hal yang lain. Saya pun kemudian menerka-nerka, kenapa setiap kotak amal yang ada di SPBU lebih sering ditempatkan di dekat antrean motor dan jarang sekali diletakkan di antrean mobil?

Ternyata fenomena ini pernah menjadi bahan riset oleh peneliti sosiologi dan psikologi Erasmus University, Belanda. Topik penelitian fokus pada menyelidiki perilaku berderma. Salah satu hasil penelitiannya adalah orang miskin menyumbang lebih banyak porsi harta ketimbang orang kaya.

Secara lahiriah, menyumbang adalah perbuatan terpuji karena membantu orang lain yang membutuhkan. Namun pada perkembangannya, menyumbang dikomodifikasi oleh sebagian kalangan tertentu sebagai profesi untuk jalan kompas mengeruk keuntungan dari khalayak ramai. Menyumbang menjadi bisnis paling menjanjikan di negeri ini yang sangat mudah terprovokasi oleh iklan-iklan atau seruan untuk menyumbang.

Marketing Habib

Ketika membayangkan kotak amal yang sengaja memperlihatkan isinya, saiya langsung teringat terhadap para kabib yang sering kali dengan bangganya mengungkit semua sisi kehidupannya, entah dengan gamblang melakukannya sendiri atau didesain dan dipublikasikan oleh media yang berafiliasi dengan mereka.

Tujuannya tidak lain untuk membangkitkan dorongan dan simpati dari masyarakat memilih mereka untuk menjadi panutannya. Mengungkit kehidupan pribadi merupakan salah satu upaya efektif untuk menarik simpati kalangan masyarakat akar rumput untuk memilih tokoh yang dianggap paling menderita atau paling dermawan dalam dakwah Islam.

Kita sering bertanya, kenapa intrik sangat kental ketika masa awal berproses kabib naik panggung dengan sendirinya akan meredup setelah mereka manggung dari satu tempat ke tempat lain sudah berlalu.

Metode ini memiliki tujuan akhir yaitu memenangkan simpati masyarakat. Target tersebut menjadi harga mati bagi siapa pun yang ikut terjun dalam dunia panggung. Kemudian mekanisme yang dilakukan untuk mencapai tujuan melalui cara ini dengan bahasa lebih vulgar, marketing kabib.

Pada momen inilah, semua hal diupayakan untuk memenangkan pertarungan merebut simpati. Ini diperlakukan sebagai sebuah brand yang akan dijual ke konsumen dengan melalui berbagai tahap seperti brand identity, brand positioning, dan brand image.

Marketing Kabib merupakan kombinasi penerapan dua ilmu yaitu pemasaran dan penerapan ilmu merebut simpati. Perkembangannya semakin membuka ruang bagi para kabib untuk melakukan manuver dengan tujuan menggapai puncak menguasai para mukibin.

Para kabib dan berbagai pihak yang berkepentingan kemudian mendesain sebuah mekanisme marketing yang mendekatkan figur kepada masyarakat. Marketing kabib menjadi sangat populer juga tidak terlepas dari begitu banyaknya saluran media yang bisa digunakan apalagi di era media sosial yang semakin berkembang pesat.

Eskalasi konflik yang terjadi baik yang terjadi di dalam internal para kabib, maupun dengan diluar kabib, alih-alih diselesaikan bahkan mereka akan menjadikan isu ini sebagai saluran untuk headline di media-media utama. Tujuannya jelas agar figur yang mereka tonjolkan akan akan menjadi familiar di perbincangan masyarakat.

Bahkan semua konflik masa lalu akan diangkat sedemikian rupa dan diberitakan agar menjadi drama merebut simpati.

Teruntuk para mukibin untuk agar merubah pandangannya mengenai bagaimana memilih panutanya dalam sistem marketing kabib. Maka, simpanlah rasa sayangmu untuk keluargamu. Jangan berikan untuk para kabib yang selalu minta dimuliakan.

Inti memilih itu adalah sikap sewajarnya bagaimana akhlaq dan keilmuan mereka ketika menjadi panutan, sebatas itu. Jangan sampai menangis dan membela mati-matian kepada kabib panutanmu ketika di periksa ternyata nasabnya tidak tersambung kepada Nabi SAW.

Begitulah seharusnya kita memilih panutan tetapi pada kenyataannya, banyak yang menghabiskan energi mereka untuk kabib yang dipilih sebagai panutannya. Bahkan harus rela berkelahi dan berkonflik dengan orang-orang terdekat.

Parahnya, kabib memahami dengan baik karakteristik mukibin di negeri ini yang sangat sentimental, apalagi ketika berhubungan dengan citra diri yang agamais atau merasa menderita. Dari proses identifikasi itulah, para marketing kabib mendesain seorang kabib agar terlihat agamais atau terlihat paling menderita dalam memperjuangkan dakwah kebenaran.

Kita semua tiba-tiba saja iba dan menjadikan semua citra artifisial sebagai dasar untuk simpati terhadapnya. Masyarakat di negeri itu adalah masyarakat pelupa dan pemaaf serta sangat sentimental. Mereka tidak mampu menakar segala sesuatu sesuai porsinya. Kapan harus memaafkan, kapan harus melupakan dan kapan harus sentimental.

Memilih panutan ranahnya rasio. Jadi ketika memilih seorang untuk dijadikan panutan, maka yang mendominasi keputusan kita adalah rasio yang bekerja. Ahklaq dan ilmu adalah standar ketakwaan yang dapat diraba dan dilihat secara manusiawi, sedang riwayat di masa lalu dan hal-hal lain yang memiliki korelasinya bisa menjadi pertimbangan.

Kita harus menyingkirkan sentimen pribadi ketika memilih panutan. Memilih karena kasihan, memilih karena sosok merupakan artis idola, memilih karena kedekatan keluarga dan alasan-alasan lain yang sentimental.

Pengalaman pahit sebelumnya bisa menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa bagaimana itu bukan dunia hitam putih. Luka yang ditinggalkan sejarah kabib sebelumnya masih terbuka lebar karena sebagian kelompok masyarakat menganggap menjadi mukibin merupakan jalan jihad.

Namun pada kenyataannya, sistem marketing kabib hanya menyisakan luka bagi masyarakat awam sementara para kabib makan enak dan tidur di kasur empuk serta hidup dalam kemewahan. Bahkan yang lucu adalah mukibin yang terbawa emosi padahal hidupnya penuh kemelaratan dan penderitaan namun ketika diperas malah tersenyum.

Pelaku marketing kabib sudah terlatih untuk bisa langsung bersahabat dengan lawan-lawannya namun mukibin tidak dengan mudah melakukan rekonsiliasi dengan masyarakat yang berbeda pilihan. Mereka akan tetap menyimpan dendam dan menganggap yang lain bersalah.

Begitulah dampak dari dunia marketing kabib yang hanya bisa dimengerti dengan mengambil jarak yang pas. Satu hal yang harus kita yakini bahwa mukibin akan selalu menjadi marketing paling andal untuk mencapai tujuan para kabib.

Layaknya kotak amal, para kabib dengan senang memperlihatkan semua cerita hidupnya, bahkan kehidupan keluarganya agar menggugah hati masyarakat untuk memilihnya sebagai panutan hidup.

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
     web.facebook.com/qsantri.eu.org

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS