Sidebar ADS

JIWA PARA SATRIA SEJATI TAN KENO KANIRO

JIWA SATRIA SEJATI TAN KENO KANIRO 

Raden Karna, satria dalam pewayangan yang begitu "lugas" dan "berani" dalam membela prinsip kebenaran yang diyakini, dalam menantang dan mendobrak pakem-pakem sosial yang dibentuk oleh "trah ningrat" dan "trah feodal agamawan", yang senyatanya penuh dengan kepicikan, diskriminatif, dan berbagai 1001 cara yang hanya untuk "mengkerdilkan" segenap potensi kemanusiaan dari "trah rakyat". Dalam analisis ilmu weton Jawa, pribadi seperti itu jelas termasuk dalam rakam yang disebut "Kala Tinantang", yang mana menggambarkan sosok yang bertemperamen penantang atau yang mempunyai sikap batin begitu pemberani, meski dia harus ditentang dan ditantang oleh banyak musuh.

 Sehingga meskipun dia dibesarkan oleh rakyat jelata, dia sama sekali tidak mengidap mental inferior, dia tetap percaya diri dalam mengasah dan mengaktualisasikan kemampuannya, dan bahkan hingga dia yang dipandang oleh masyarakatnya bukan siapa-siapa itu begitu berani menantang tanding Arjuna yang merupakan kasta bangsawan yang begitu dihormati oleh masyarakat.

Bahkan setelah di kemudian hari ketika Karna akhirnya mengetahui ia adalah putra kandung Kunti dan hanya anak angkat dari Radha dan Adirata, Karna dalam lubuk batinnya tetap lebih bangga sebagai putra kasta sudra dan tidak bisa meninggalkan kesinisannya terhadap trah bangsawan. Hingga Karna kemudian juga tidak mau disebut-sebut sebagai Kaunteya (putra Kunti) ,dia ingin sepenuhnya membuang sangkut-paut dengan trah ningrat feodal yang kerapkali bermoral munafik tidak sesuai "klaim keluhurannya" dan bahkan Karna lebih bangga disebut-sebut sebagai Radeya (putra Radha), dia tetap ingin dikenal berasal dari keluarga trah rakyat yang miskin dalam materi, tetapi yang begitu kaya dalam cinta dan penghormatan kepada sesama manusia.

Menilik alur cerita hidup Karna yang mulanya dibesarkan oleh kasta rakyat  yang dipenuhi dengan penghinaan diskriminatif dan caci maki perendahan tetapi kemudian karena berkat kemampuannya ia bisa menjadi raja kerajaan Angga, sungguh merupakan sebuah kisah hidup yang begitu dekonstruksionis dan "pemberontakan" terhadap tatanan yang melanggengkan pengkultusan terhadap keluarga"trahing kusuma rembesing madu", keturunan para raja di satu sisi dan diskriminatif, memandang rendah, tidak memberi kesempatan, dan bahkan mengkerdilkan keluarga "trahing rakyat" putra-putri rakyat biasa di satu sisi.

Berbicara tentang sosok Karna, bagiku adalah berbicara tentang kesadaran kelas penindas vs tertindas, berbicara pula bahwa soal mengasah kecerdasan dan kemampuan itu merupakan hak setiap anak manusia dari kelahiran keluarga manapun Dan sekali lagi. Berbicara tentang Karna bagiku adalah berbicara bahwa dilahirkan dan dibesarkan dari kalangan hartawan, keturunan priyayi, keturunan nabi, tokoh agamawan, cendekiawan, tokoh terpandang dan terkenal, dan sebagainya itu sama sekali bukan prestasi. 

Prestasi yang sebenarnya itu adalah tentang segenap usaha kita sendiri untuk mengasah kemampuan dan mengaktualisasikan diri, serta bagaimana bisa bermanfaat bagi manusia sesama  lainnya.

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
  web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS