KEKERAMATAN ALAM PENYELEKSI JIWA
Banyak manusia yang bersemangat berbicara tentang Rahmatan Lil Alamin, Memayu Hayuning Bawono, tetapi sejatinya seberapa banyak manusia yang "sadar" mau mengakrabi Alam, sambung rasa dengan Alam, berkomunikasi dengan Alam?
Apakah Alam yang meliputi bumi, langit, matahari, bulan, bintang gemintang, pepohonan, gunung, sungai, laut, dan para binatang itu adalah entitas yang dianggap "nir-kesadaran" yang tidak bisa menjadi washilah/perantara/tawassul dari doa-doamu? Pikirkanlah dan resapilah dengan kejernihan kalbu atau ketajaman rasa-mu, maka akan kau sadari jika mereka itu sejatinya adalah para saudara tua manusia dan tentunya bisa kita ajak berkomunikasi, bahkan mereka bisa menurunkan banyak petuah ilmu kepada kita.
Mereka itu ada sebelum manusia ada.
Dan jangan pernah mengira kedekatan batiniah Alam Gumelar ini dengan Gusti Kang Akaryo Jagad masih kalah dengan pengakuan sombong kita yang merasa sebagai makhluk yang paling kenal dan dekat dengan Tuhan.
Alam ini jauh lebih sepuh dan lebih dekat ke Sang Pencipta daripada segenap makhluk muda sombong yang bernama manusia, dan bahkan sekalipun dengan manusia-manusia yang kita anggap suci.
Maka sudah pasti Alam ini punya laku lampah batin yang jauh lebih dahsyat dari pribadi manusia manapun.
Untuk itulah para leluhur Nusantara dulu sangat mentakzimi Alam, dan berdoa pun juga berperantara, bertawassul, "bersambung rasa" dengan Seisi Alam (utamanya Ibu Bumi dan Bopo Angkoso), dan tidak hanya berhenti sebatas sambung rasa dengan manusia-manusia yang dianggap suci.
Sebab sejatinya Alam itu lebih sakral, lebih keramat, dan lebih suci dari manusia mana pun yang katanya suci apalagi yg sok suci
Maka dari itu, kode etik utama seorang spiritualis sejati adalah berpantang memandang Alam itu hanya sebagai "entitas mati" dan sarana "eksploitasi" sebagaimana dalam pikiran tamak para kapitalis!
❄️بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب❄️ web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple
