Sidebar ADS

MENELITI KEBODOHAN YANG TERPENDAM

MENELITI KEBODOHAN YANG TERPENDAM

Saya berpandangan jika hidup sebuah proses "perjalanan" dan sekaligus proses "pembelajaran" dalam sebuah pawiyatan (sekolah) yang disediakan oleh Sang Hidup, oleh karena itu saya adalah pribadi yang suka ngangsu kaweruh (belajar dan meguru), termasuk suka membaca buku, suka berdiskusi, suka mendengarkan cerita orang, dan termasuk suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Semua itu dalam rangka ngangsu kaweruh, dalam rangka belajar dan meguru.

Tetapi di kemudian hari melalui suatu peristiwa Sang Hidup mengingatku kembali, bahwa ada "bahaya halus tetapi fatal" di jalan ilmu itu, bahaya itu bernama rasa congkak dan rasa lebih tercerahkan secara intelektual daripada orang lain.

Ternyata mindset saya dalam hal belajar "keliru total". Dengan mindset yang keliru total itulah outputnya menjadikan saya pribadi yang "congkak" di hadapan kehidupan, alih-alih saya jadi memahami pawiyatan agung yang digelar oleh Sang Hidup, justru saya menjadi tersungkur semakin jauh dari esensi nilai-nilai pawiyatan kehidupan itu.

Tetapi Sang Hidup itu memang sangat welas asih, orang sebandel saya tetap diajar dan diperingatkan dengan penuh welas asih demi memahami satu pelajaran hidup yang "teramat penting" untuk meningkatkan kesadaran agar lebih mawas diri. Ya, satu pelajaran penting dari Sang Hidup itu adalah: hidup ini memang ibarat sebuah sekolah/perguruan, tetapi bukan bertujuan untuk menjadikan kita pintar, intelek, dan terpelajar, melainkan bertujuan menjadikan kita untuk semakin "sadar" atas "kebodohan-kebodohan" kita yang terpendam.

Untuk semakin "menyadari kebodohan-kebodohan kita yang terpendam" itulah mindset yang tepat dan selamat di jalan ilmu, dengan mindset menyadari kebodohan itulah rasa congkak secara intelektual tidak akan tumbuh. Maka dengan berbekal kesadaran itulah, jika sekarang ada yang bertanya: apakah saya ingin menjadi orang yang pintar dan terpelajar? Akan saya jawab tegas: sama sekali tidak.!! saya hanya ingin menjadi orang yang bisa terus menerus menyadari kebodohan-kebodohan saya yang terpendam. Maka sekarang jika saya tetap ngangsu kaweruh ke guru-guru kehidupan, tetap membaca buku, tetap berdiskusi, dan mempertanyakan banyak hal, semua itu dalam rangka untuk semakin menyadari kebodohan-kebodohan saya yang terpendam dan bukan untuk menjadi pintar, intelek, apalagi sok pintar.*

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
     web.facebook.com/qsantri.eu.org

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS