Sidebar ADS

NYADRAN MENJADI TRADISI DESA WONOSARI

NYADRAN MENJADI TRADISI DESA WONOSARI 

Pekan-pekan terakhir bulan Sya'ban, mayoritas pendukung kebudayaan Islam-Jawa, memiliki tradisi pembersihan makam leluhur. Tradisi ini disebut nyadran yang sudah ada sebelum klan berakidah kastanisasi rasis penyembah berhala nasab imigran asal Yaman memperkenalkan tradisi Haul.

Istilah nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, yakni "Sradha". Istilah yang digunakan warga Hindu untuk upacara pemuliaan roh leluhur. Diawali di masa pemerintahan Raja Majapahit, Hayam Wuruk, ia menyelenggarakan upacara Sradha untuk memuliakan arwah sang Ibunda Tribhuwana Tunggadewi.

Masuknya Islam membuat ritual Sradha menjadi tradisi nyadran yang rutin diselenggarakan pada bulan Ruwah. Kosa kata Ruwah merujuk pada kata Arwah, di mana bulan Syakban dianjurkan untuk memuliakan orangtua, termasuk yang sudah meninggal.

Di Jawa nyadran biasanya diselenggarakan oleh dusun atau desa yang memiliki pemakaman umum. Kadang penyelenggaraan nyadran diselenggarakan trah makam tertentu. Biasanya makam keluarga.

Sejarahnya, dulu sebuah dusun terbentuk oleh seorang cikal bakal. Dari cikal bakal inilah, lahir dan berkembanglah anak, cucu, cicit dan seterusnya. Ketika anak keturunan itu tinggal di luar dusun awal, nyadran menjadi momentum reuni keluarga besar satu nenek moyang.

Di banyak pemakaman umum, nyatanya menjadi tidak jelas cikal bakal dusun yang ada. Warga berpijak pada beberapa cerita rakyat. Maka menjadi tak terlalu penting untuk membahas akurasi asal-usul sejarah sebuah dusun. Namun nyatanya tradisi nyadran mampu menjadi pemersatu dan masih berlangsung hingga saat ini.

Karena pengaruh Islam, nyadran ditujukan untuk bersama-sama mendoakan arwah leluhur.

Penyelenggaraan nyadran diawali dengan kerja bakti membersihkan makam. Kemudian dilanjutkan dengan mendoakan arwah. Untuk setiap tempat memang bervariasi, namun umumnya adalah pembacaan Surat Yasin dilanjutkan tahlil.

Saat datang, semua membawa nasi berkat. Ada juga yang membawa snack, atau bahkan nasi bungkus daun pisang. Setelah selesai berdoa nasi berkat, tumpeng, dan snack kemudian dibagikan.

Tradisi nyadran sudah berbeda pada saat ini. Bukan saja makanan yang dibawa, namun juga upaya pembersihan makam. Sekarang yang jauh-jauh jarang mau pulang untuk nyadran. Mereka memilih mengirimkan uang sebagai pengganti nasi berkat atau makanan serta upah pembersihan makam.

❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
  web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS