Di era Kolonial Hindia Belanda muncul istilah “Pribumi” yang diterjemahkan dari bahasa Belanda Inlander. Tahun 1854 pemerintah Kolonial Belanda mencetuskan istilah “Pribumi” untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di Nusantara saat itu terutama untuk tujuan diskriminasi sosial.
Selama masa Kolonial Belanda mereka menanamkan Rezim Segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat, yaitu:
> Ras kelas pertama “Europeanen” (Eropa kulit putih) dan pribumi Kristen atau katolik.
> Ras kelas Kedua “Vreemde Oosterlingen” (Timur Asing) seperti Tionghoa, Arab, India maupun non-Eropa.
> Ras kelas ketiga “Inlander” yang diterjemahkan menjadi pribumi.
Karena sebutan itu sangat Rasis di jamannya maka muncullah penolakan dari Kaum Nasionalis. Dimana sebutan Inlander dirubah menjadi Indonesier. Pribumi menjadi Bumiputra. Dan justru Jepanglah yang menghapus sistem ini. Ketika masuk ke Indonesia tahun 1942, sebagai awal berkobarnya Perang Dunia II. Mereka menawarkan semangat kesetaraan, sebagai Saudara Tua dari Indonesier. Tetapi tujuannya sama saja, agar Bumiputera mau membantunya melawan Sekutu. Seolah keluar dari mulut ‘Serigala’, malah masuk mulut ‘Buaya’.
Kembali ke istilah INLANDER yang sangat rasis. Di jamannya mereka yang diklasifikasikan dalam kelas ini, setara dengan ANJING. Sehingga banyak gedung Kolonial dan fasilitas umum ada tulisan : ‘Verboden voor Honden en Inlander’. Bumiputra dianggap ANJING di tanah kelahirannya sendiri. Di tanah yang dibangun selama ribuan tahun lamanya oleh leluhurnya sendiri. Di dalam Novel Best Seller, BUMI MANUSIA, karya Pramoedya Ananta Toer, pribumi juga disebut sebagai MINKE. Plesetan dari Monkey, atau MONYET.
Inlander sendiri terbagi menjadi 3 bagian :
> Inlanders Gelijkgesteld, yaitu pribumi beragama Kristiani yang disetarakan dengan warga kelas utama Eropa. Maklumlah tujuan dari Penjajahan memang Gold, Glory dan Gospel. Mendapatkan emas, kejayaan dan penyebaran agama. Semangat Gospel, memang sebagai kelanjutan dari dendam dan motivasi Perang Salib.
> Inlander De Eerste, atau pribumi pertama. Adalah golongan ningrat, aristokrat atau priyayi keluarga Kerajaan Nusantara. Golongan ini pun sejatinya juga disamakan dengan ANJING. Tujuannya adalah Desakralisasi dan Delegitimasi baik secara mental maupun politik, agar tidak percaya diri bila ada niatan untuk bangkit. Traumatik Perang di Nusantara yang dikobarkan Kerajaan dan Kesultanan Nusantara, seperti Pangeran Diponegoro telah membuat Belanda bangkrut dan terpecah menjadi Belgia dan Luxemburg. Namun sejarah mencatat, kaum Aristokrasi Nusantara tidak pernah padam semangatnya untuk menghapus penjajahan dari Bumi Pertiwi. Pergerakan Kemerdekaan menuju terbentuknya NKRI juga dimotori oleh golongan ini. Baik Budi Utomo, Sumpah Pemuda maupun BPUPKI & PPKI. Tanpa restu pemilik kedaulatan lama, yaitu Para Sultan dan Raja Nusantara, NKRI tidak akan pernah berdiri dan mendapatkan kedaulatannya di mata internasional.
> Inlander De Tweede Klasse, inlander paling bawah kelasnya. Yaitu rakyat jelata non bangsawan. Bila yang priyayi saja, Raden Tirto Adisuryo putra seorang Bupati, yang dalam Novel Bumi Manusia disebut MINKE atau MONYET. Maka bagaimana dengan pribumi kelas rendahan ini. Mungkin dianggap hama atau lalat.
❁ بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب ❁
KRAT. FAQIH WIRAHADININGRAT