Ternyata Habib menurut istilah Hadromaut adalah orang yang nasabnya bersambung dengan Alwi bin Ubaidillah, istilah khusus ini berlaku mulai zamannya Umar bin Abdurrahman Al Atthos. Ia menciptakan istilah ini dengan tujuan menarik rasa cinta yang tulus dari orang-orang mukmin.
Sedang Ba'alwi menurut penduduk Hadromaut mempunyai arti khusus yaitu setiap orang yang nasabnya bersambung dengan Alwi bin Ubaidillah.
Namun istilah Syarif digunakan oleh keturunan Hasan bin Ali, sedangkan gelar Sayyid digunakan oleh keturunan Husain bin Ali. Kalau jamaah namanya Sa'adah. Dan istilah inilah yang di gunakan di seluruh dunia muslim.
Adapun istilah Sayyid dan Syarif secara bahasa sebenarnya tidak menunjukkan kepada ahlil bait Nabi SAW. Kalau merujuk bahasa, Syarif artinya adalah orang yang mulia. Sedangkan Sayyid artinya mengungguli atau memiliki. Demikian maknanya secara bahasa.
Sedang Habib itu artinya mencintai dan bisa juga dicintai. Maka siapa pun bisa digelari Habib karena ia dicintai ataupun mencintai.
Tapi kalau sudah menjadi istilah tentu bisa berbeda, karena setiap kaum punya istilah sendiri. Sayyid dan Syarif menjadi istilah untuk Dzurriyah Nabi SAW, misalnya di Mesir disebut dengan istilah Syarif. Di tempat lain disebut dengan Sayyid. Semuanya sah-sah saja memanggil julukan tersebut.
Sebelum munculnya KH Imaduddin Utsman Al Bantani (LBM PBNU, MUI Banten) dkk yang menyatakan bahwa, nasab Klan Ba'alwi tidak tersambung ke Nabi Muhammad SAW berdasarkan uji pustaka penelitian manuskrip, uji genetika melalui tes DNA, serta secara ilmu filologi atau sejarah. Dan otoritas pencatat nasab klan Ba'alwi yaitu RA sampai tulisan ini di upload masih diam sejuta bahasa.
Di masyarakat hanya mengenal sejarah Habib sebagai berikut, bahwa Habib dapat dilacak dari pendirinya, yaitu Ahmad bin Isa (wafat tahun 345 H). Ahmad bin Isa atau Imam Al-Muhajir ini merupakan generasi ke-8 keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra.
Ahmad bin Isa melakukan hijrah dari Basra ke Hadhramaut (Yaman) bersama keluarganya pada Tahun 317 H untuk menghindari Dinasti Abbasiyah yang sedang berkuasa pada saat itu. Sebelum ke Yaman, Ahmad bin Isa pernah melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Di Madinah, beredar isu bahwa para keturunan Rasul akan mengambil alih kekuasaan.
Isu tersebut membuat pemerintah yang berkuasa saat itu cemas sehingga banyak keturunan Nabi yang diburu dan bahkan dibunuh. Akhirnya Ahmad bin Isa dan keluarganya memutuskan untuk berhijrah.
Versi lain menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa adalah seorang yang alim dan wara. Di Irak beliau disegani dan mempunyai kedudukan terpandang. Mereka hijrah ke Hadhramaut bukan karena dimusuhi atau dikejar-kejar penguasa, melainkan karena lebih mementingkan keselamatan akidah keluarga dan pengikutnya.
Mereka hijrah dari Basrah ke Hadhramaut untuk meneladani kakek buyutnya, yaitu Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ahmad bin Isa wafat di Husaisah, salah satu desa di Hadhramaut, Yaman pada Tahun 345 Hijriah. Beliau mempunyai dua putera yaitu Ubaidillah dan Muhammad.
Ubaidillah hijrah bersama ayahnya ke Hadhramaut dan memiliki tiga putera yaitu Alwi (Alawi), Jadid, dan Ismail. Pada akhir abad ke-6 H, keturunan Ismail dan Jadid tidak mempunyai kelanjutan, sedangkan keturunan Alwi tetap berlanjut. Keturunan dari Alwi inilah yang kemudian dikenal dengan kaum Alawiyin. Maka secara khusus, istilah Habib mengacu kepada keturunan Alwi bin Ubaidillah (wafat awal abad ke-5 H).
Dari keturunan Alwi bin Ubaidillah lahirlah Al-Faqih Muqoddam pada Tahun 574 H (1176 M) di Hadhramaut. Beliau dikenal sebagai leluhur Alawiyyin dan juga pendiri Tarekat Alawiyyin. Klaim secara sepihak menyatakan, Nasab Al-Faqih Muqaddam Muhammad bersambung ke Alwi bin Ubaidillah bin Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir hingga ke Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husein.
Namun secara ilmiyah dengan bukti kitab sezaman tidak ada yang menerangkan seperti itu. Berikut ini daftar kitab rujukan para naqib di hampir seluruh dunia Islam yang tidak membahas nama Ubaidillah (383 H) :
1. Maqitil At thalibiyyin karya Abu Al faraj Al Isfahani (abad 4 H).
2. Tahdzib Al Nasab karya Abu Hasan Al ubaidili Al Husaini (Abad 4 H)
3. Al Majdi Al Makhtut, Karya Abu Hasan Ali Al Umri ( Abad 5 H)
4. Al Majdi fi Ansab at Thalibiyyin karya Abu Hasan Ali Al Umri (Abad 5)
5. Nihayatul Ikhtisar, karya As Sayyid An Naqib Abu Muhammad Syamsuddin bin Muhammad Al athqa, beliau adalah Imam An Naqib"( pencatat dan pengawas) Nasab Keluarga Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam (abad ke 6 H) di Kitab beliau ini tidak ada nama Ubaidillah bin Ahmad
6. Syajarah Al Mubarakah karya Fahrurrozi (Abad 6 H)
7. Thoroful Ash hab Fi Marifatil Ansab karya Sultan Raja Al Asyrof,Umar bin Yusuf Bin Rosul pada Abad ke 7 H ,ini penguasa Yaman dari Dinasti Rasuli (Keturunan Imam Hasan) melakukan sensus terhadap keturunan Nabi di seluruh Yaman, termasuk wilayah Mirbath, dan jumlah ba'alawi di masa itu sudah banyak. Hasilnya : Tidak ada keluarga Al Husaini di yaman di masa itu, yang ada hanya keturunan Imam Hasan Bin Ali dari banyak kabilah. Dan semuanya diperinci Dengan detil dan memuaskan.Tentu saja keluarga ba'alawi tidak di masukkan dalam hasil sensus tersebut. Di abad ini belum muncul Klaim nama ubaidillah yang di cantolkan sebagai anak Ahmad bin Isa Al Husaini.
8. At Tadzkirah fi Ansab Al Muthhaharah,karya ibnu Mahna Al Ubaidili Al Husaini (abad 7 H)
9 . Udah At Thalib Kubra, Karya Jamaluddin bin Ali ibnu Anbah Al Husaini (Abad 8 H)
10. Umdah at Thalib Sughra, karya Jamaluddin bin Ali ibnu Anbah Al Husaini (Abad 8 H).
11. Al Ashili karya syarif Shafiudin Muhammad Bin Tajuddin Ibnu Thaqthaqi Al Husaini (Abad 8 H)
12. Sikhakul Akhbar Nasabi Sa'adah Al Fatimiyah Al Akhyar karya Sayyid Muhammad Sirajuddin Bin Abdullah Al Qosim bin Muhammad Huzam Ar Rifai (abad 9 H)
13. Musyajarah Al Kasyaf Karya Sayyid Jamaluddin Abdullah bin Abi Al Barakat Al Jurjani ( Abad 10 H)
Mereka juga mengklaim tanpa bukti ilmiyah menginformasikan, bahwa anak keturunan mereka hijrah ke Indonesia pada Abad ke-13 yaitu Walisongo yang bermarga Adzmadkhan. Dan ternyata Adzmankhan itu Hoax yang di buat oleh L.W.C Van Den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout Et Les Colonies.
Oleh karena itu Walisongo tidak ada sangkut pautnya dengan Yaman. Tidak ada satupun gelar Habib padanya, yang ada adalah gelar seperti Syarif, Sayyid, Makhdum, Asmarakadi, Mahgribi, Parsi, Kubro, Akbar.
~~بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب~~ web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple